Camelia menatap ke arah Cornelius dan dia merasa sedikit takut dengan pria yang ada di depannya itu karena saat ini Cornelius sedang mabuk. Dia tidak ingin terjadi hal yang bisa membuatnya atau Cornelius menyesal karena mereka adalah saudara.
"Sadarlah dan ingatlah apa yang sudah terjadi dengan kita," ucap Camelia kepada Cornelius yang terus menatapnya dengan sorot mata yang penuh dengan hasrat.
"Aku ingat siapa aku dan juga kamu. Namun, aku tidak bisa membendung apa yang ada di dalam hati ini," timpal Cornelius sembari terus berjalan mendekat ke arah Camelia.
Cornelius memegang pundak Camelia dan dia menatap dengan tajam wanita yang ada di hadapannya itu. Dia begitu mencintainya dan tidak bisa melupakannya begitu saja dan dia sama sekali tidak menerima kenyataan jika dirinya bersaudara dengan wanita yang sangat dicintainya itu.
Camelia berusaha untuk melepaskan dirinya tetapi cengkeraman Cornelius begitu kuat sehingga begitu sulit untuk melepaskan diri. Dia pun terus mengatakan jika semua ini tidak pantas karena mereka berdua adalah saudara sedarah yang tidak bisa menjadi kekasih atau sepasang suami dan istri. Dia terus mengingatkan Cornelius dengan status mereka saat ini agar pria yang ada di depannya itu bisa melepaskannya.
"Mengapa kau mengingatkan semua itu? Aku sudah tidak ingin mengingatnya untuk malam ini oleh sebab itu aku meminum banyak minuman agar aku bisa melupakannya," Cornelius berkata kepada Camelia dengan nada kesal lalu dia menghempaskan tubuh Camelia ke atas tempat tidur.
"Tidak. Jangan lakukan semua ini, Cornelius!" pekik Camelia dan dia berharap jika ada yang bisa menolongnya dari Cornelius yang sudah kehilangan akal karena minuman beralkohol.
Terdengar ketukan pintu dan juga suara sang ayah yang meminta Cornelius untuk membuka pintu kamar. Sang ayah mendengar teriakan Camelia dan juga mendengar dari seorang pelayan apa yang sedang terjadi kepada Cornelius yang saat ini ada di dalam kamar Camelia.
"Cornelius, buka pintunya dan kamu jangan melakukan hal yang bisa membuatnya semakin hancur dan akhirnya kamu akan menyesalinya," Sang ayah berkata kepada Cornelius sembari terus berusaha membuka pintu kamar.
Cornelius mengabaikan apa yang dikatakan oleh sang ayah dan dia dia pun membungkukkan tubuhnya dan berniat untuk mencium Camelia. Dia menatap wanita yang ada di bawahnya tetapi yang dia lihat adalah wanita yang ketakutan dan kedua matanya sudah berkaca-kaca.
"Sial!" tukas Cornelius lalu dia menarik tubuhnya dan dia pun berjalan menuju ke arah pintu lalu membuka kuncinya.
Dia pun membuka pintu kamar Camelia dan melihat sang ayah yang sudah ada di depannya dengan tatapan yang tajam. Cornelius berjalan melewati sang ayah dan dia masih kesal dengan kenyataan yang menyatakan jika dirinya tidak bisa bersatu dengan wanita yang dicintainya.
Sang ayah langsung masuk ke dalam kamar dan dia melihat sang putri yang sedang menangis sembari duduk di atas tempat tidur. Sang ayah pun duduk di samping Camelia dan dia hanya diam menunggu hingga tangis sang putri mereda.
"Maafkan Ayah," ucap sang ayah kepada Camelia yang masih menangis di sisinya.
Sang ayah tidak mengira jika putra yang sudah dibesarkan olehnya bisa melakukan semua ini kepada Camelia. Yang dia tahu jika Cornelius adalah pria yang tidak mungkin melakukan semua hal yang bisa melecehkan seorang wanita.
"Ini bukan salahmu Ayah," jawab Camelia yang sama sekali tidak menyalahkan sang ayah.
Camelia pun meminta sang ayah untuk meninggalkannya sendiri karena dia ingin menenangkan dirinya. Sang ayah pun mengangguk dan dia pun beranjak lalu berjalan ke luar dari kamar sang putri, meski sebenarnya dia masih ingin menemaninya.
Setelah kepergian sang ayah Camelia menutup pintu kamarnya dan menguncinya agar Cornelius tidak masuk ke dalam kamarnya dengan mudah. Malam ini dia tidak ingin melihat wajah pria yang sedang hilang akal karena mabuk.
Dia duduk kembali di atas kasurnya dan memikirkan apa yang sudah terjadi, dia tidak bisa mengira jika pria yang begitu baik dan menghormati wanita bisa melakukan hal itu jika sedang mabuk. Meski di dalam hatinya tidak bisa membencinya karena dia pun masih memiliki perasaan kepada Cornelius.
"Apa yang aku pikirkan? Semua ini adalah salah," gumam Camelia.