Camelia selalu saja tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya jika itu berkaitan dengan uang yang dikatakan sang nenek, sehingga dia pun sudah tidak bertanya lagi. Dia berpikir mungkin semua itu sangat menyesakan sehingga sang ibu tidak mau menjawabnya atau menjelaskannya.
Dia pun saat ini sudah berada di restoran dan dia sudah bersiap untuk melayani pelanggan yang baru saja tiba, dia sudah memegang menu makan yang ada di restoran. Namun, langkahnya terhenti karena dia melihat seseorang yang dia kenal, dia merasa ragu untuk mendekat ke arah orang itu.
"Kenapa bengong saja? Cepat layani meja di sana," ucap seorang pria yang merupakan manajer restoran kepada Camelia.
"Baik, Pak."
Setelah menjawab sang manajer, dia pun menarik napasnya dan kembali berjalan mendekat ke arah meja yang akan dia layani, meski di dalam hatinya tidak ingin melakukan itu. Dia pun kembali mengingat apa yang terjadi kemarin siang di mana dia melihat dan mendengarkan perdebatan sepasang kekasih.
"Rupanya kamu bekerja di sini," ucap seorang pria yang akan dilayani oleh Camelia sembari tersenyum.
"Silakan Anda bisa melihat menu makanan di restoran kami," Camelia berkata dengan nada penuh hormat dan dia berusaha bersikap sopan kepada pria yang sedang duduk di depannya itu.
Camelia berusaha bersikap sopan dan menghilangkan semua rasa takut yang ada di dalam hatinya karena dia adalah pria yang berdebat dengan wanita yang ditemukan tewas tidak lama setelah itu terjadi. Entah mengapa di dalam pikirannya hanya terbayang wajah wanita itu setelah kematiannya dan itu semakin membuatnya menjaga jarak dengan pria itu.
"Mengapa kamu terlihat ketakutan saat melihatku?" tanya pria itu kepada Camelia.
"Kamu yang membunuh wanita itu bukan?" Camelia langsung menjawab tanpa berpikir kembali dengan apa yang sudah dikatakan olehnya.
Suara yang dikeluarkan Camelia begitu keras sehingga ada beberapa orang yang langsung melihat ke arahnya, pria itu terdiam dan dia menatap Camelia dengan tatapan yang tajam. Dia merasa jika Camelia adalah wanita yang akan membutanya dalam masalah, dia hendak menarik Camelia dan membawanya ke luar dari restoran tetapi di hentikan oleh temannya yang sedari tadi hanya memperhatikannya.
"Cornelius, sebaiknya kamu bisa mengontrol dirimu. Ingat ini ada di mana dan semua orang bisa benar-benar mengira jika kamu adalah pembunuhnya," ucap sang teman kepada pria itu.
Cornelius Raymundo, dia adalah CEO sebuah perusahaan yang bergerak di bidang IT. Dia adalah seorang pria yang tidak pernah menyerah dengan apa yang sudah diinginkan olehnya dan akan terus berjuang untuk mendapatkannya.
"Nona, sebaiknya kamu tidak berkata seperti itu karena semua itu bisa membuat semua orang salah paham dan mengira jika temanku ini adalah seorang pembunuh," pria itu kembali berkata kepada Camelia dengan nada sopan.
"Noah, tidak perlu kamu jelaskan kepadanya karena dia tidak akan percaya kepadamu," sambung Cornelius yang sudah tahu jika semua yang dikatakan olehnya atau sang sahabat tidak akan pernah bisa dipercaya oleh wanita yang ada di hadapannya itu.
Camelia hanya terdiam dan dia pun mulai melihat ke arah para tamu lainnya yang mulai berbisik, dia merasa tidak nyaman juga dengan hal itu. Semua keributan ini karena mulutnya yang tidak bisa terkontrol dan malah langsung menunuh pria itu sembagai pembunuh wanita itu.
"Semua yang aku katakan memang benar. Aku mendengar apa yang dia katakan kepada wanita itu dan mengancamnya akan membunuhnya dan semua itu terbukti, 'kan?" Camelia kembali berkata karena dia masih sangat yakin dengan apa yang ada di benaknya meski sebenarnya dia merasa takut.
Cornelius hanya tersenyum dan dia pun berdiri lalu mendekat ke arah wanita yang sudah menuduhnya sebagai seorang pembunuh, dia terus melangkah meski Camelia berjalan mundur. Dia memegang tangan Camelia saat melihat wanita itu akan terjatuh karena kakinya tersandung.
"Kamu begitu yakin jika aku yang membunuhnya? Bagaimana jika semua itu tidak benar? Apakah kamu sudah siap untuk menerima ā¦,"
"Apa kamu juga akan membunuhku jika aku mengatakan semuanya kepada pihak berwajib?" sela Camelia sebelum Cornelius menyelesaikan kalimatnya.
Cornelius menyeringai dan dia begitu tertarik dengan wanita yang ada di hadapannya itu, dia merasa tertantang dengan seorang pelayan restoran biasa. Dia menatap kembali dengan tajam wanita itu dan melihat ada rasa takut tetapi juga terlihat ada rasa ingin melawan dengan apa yang terjadi.
Semua orang terus mentap ke arah Cornelius yang terlihat sedang mengancam seorang pelayan wanita, ada seorang pengunjung yang langsung menghubungi polisi untuk melaporkan semua hal yang sudah terjadi. Tidak begitu lama tiba sebuah mobil polisi yang langsung masuk ke dalam restoran.
"Cornelius, sebaiknya kamu melepaskannya," Noah berkata kepada Cornelius yang sudah melihat polisi berjalan mendekat ke arah sang sahabat.
Cornelius pun melepaskan tangannya dan dia masih menatap Camelia dengan tajam, dia memperlihatkan sorot mata yang mengintimidasi. Dia tidak akan pernah melepaskan wanita yang sudah membuatnya masuk ke dalam masalah besar hingga berurusan dengan pihak kepolisian.
"Tuan, sebaiknya Anda ikut dengan kami," ucap seorang polisi karena dia melihat apa yang dilakukan oleh Cornelius.
Noah berusaha berbicara dengan polisi dan menjelaskan apa yang terjadi tetapi ada seorang pengunjung yang mengatakan jika Cornelius adalah pembunuh wanita yang mayatnya ditemukan kemarin siang. Polisi pun langsung menangkap Cornelius dan membawanya ke kantor polisi begitu juga dengan Camelia karena dia adalah yang menyatakan jika Cornelius yang membunuh wanita itu.
Camelia pun sudah berada di kantor polisi dan dia menjelaskan semuanya yang dia tahu sehingga dia berpikir jika yang membunuh wanita itu adalah Cornelius. Sang polisi mencatat semua informasi yang diberkan oleh Camelia dan setelah itu mengizinkannya untuk pergi tetapi jika diperlukan maka Camelia harus memenuhi panggilan dari pihak kepolisian.
"Kamu sudah berurusan dengan orang yang salah. Tunggu aku membereskan semua ini maka kamu akan bertemu denganku setiap hari," Cornelius berkata dengan nada mengancam kepada Camelia.
Camelia tidak peduli akan hal itu dan dia pun berjalan meninggalkan kantor polisi, dia memegang dinding saat sudah berada di luar. Kedua kakinya gemetar karena sudah mendengar acmana dari Cornelius dan dia tidak tahu mengapa bisa melakukan hal segila ini di saat masalah di rumahnya begitu besar.
"Kamu tidak boleh lemah karena yang kamu lakukan sudah benar," Camelia berkata untuk menguatkan dirinya.
Dia pun berjalan ke luar dari area kantor polisi dan dia memutuskan untuk kembali ke rumah karena ada pesan dari majaerh jika dirinya tidak perlu masuk selama dua hari ini. Camelia menghela napasnya dan dia benar-benar dalam masalah besar kali ini, dia berharap jika dirinya tidak diberhentikan begitu saja dari restoran.