Satu bulan berlalu setelah Camelia berhasil menguak siapa pembunuh wanita itu dan Cornelius pun selalu menemuinya. Dia selalu saja menagih janji kepada Camelia dengan semua keinginannya. Namun, Cornelius juga selalu memberikan perhatian yang lebih sehingga membuat hati Camelia merasa senang.
"Kamu pasti merindukannya bukan?" tanya seseorang rekan kerja Camelia di sebuah restoran.
"Siapa? Siapa yang aku rindukan?" Camelia balik bertanya kepada sang teman.
"Cornelius, siapa lagi pria yang selalu membawakanmu bunga bahkan sering mentraktiri kita untuk menonton," jawab sang teman.
Camelia terdiam dan dia mengingat kembali hari terakhir dirinya bertemu dengan pria itu dan setelah menghitungnya sudah satu minggu dirinya tidak melihatnya. Dia pun merasa penasaran mengapa Cornelius tidak datang dan juga tidak menghubunginya.
Biasanya pria itu tidak lelah untuk menghubunginya tiap dua jam sekali dan membuatnya merasa bosan. Namun, sekarang dia merasa ada yang kehilangan dan dia pun melihat ke layar ponselnya dan tidak melihat ada panggilan atau pesan singkat dari Cornelius.
Dia menghela napasnya dan kembali mulai bekerja karena sudah ada beberapa pengunjung yang duduk dan siap untuk memesan menu makanan yang ada di restoran. Camelia berusaha untuk menghilangkan apa yang ada di dalam pikirannya.
'Mungkin dia sudah lelah dan bosan denganku,' Camelia berkata di dalam hatinya sembari berjalan mendekat ke arah meja pengunjung yang sudah siap untuk memesan makanan.
Camelia pun sudah selesai bekerja dan dia memutuskan untuk kembali ke rumah karena hari sudah malam. Dia selalu berjaga-jaga karena merasa takut jika ada yang menghadang jalannya dan berniat buruk kepadanya.
"Sayang," panggil seseorang kepada Camelia.
Camelia terdiam sejenak dan dia merasa ragu untuk membalikkan tubuhnya dan melihat siapa yang sudah memanggilnya. Namun, dia kembali mendengar suara derap langkah kaki yang semakin mendekat ke arahnya.
"Mengapa kau hanya diam?" Orang itu kembali bertanya kepada Camelia dan menghentikan langkahnya tidak begitu jauh darinya.
Camelia membalikkan tubuhnya dan dia melihat seseorang yang sudah berdiri tegap dekat dengannya. Tanpa berkata-kata dia pun langsung memeluk orang itu dan dia tidak menyadari apa yang sedang dilakukan olehnya.
"Apa kau sangat merindukan aku?" Orang itu kembali bertanya kepada Camelia dan dia tidak lain adalah Cornelius.
Dia merasa senang dengan apa yang dilakukan oleh wanita yang selama beberap minggu dia sibukkan dengan keinginannya. Cornelius tidak mengira akan merasakan kebahagiaan seperti ini jika dipeluk oleh Camelia dan dia juga merasakan kehangatan yang belum pernah dia rasakan dari wanita lainnya yang menginginkannya.
Camelia tersadar setelah dia mendengar apa yang dikatakan oleh Cornelius dan dia melepaskan pelukannya. Namun, Cornelius menarik kembali tubuh Camelia dan memasukkannya ke dalam pelukannya dan mengeratkan pelukannya seraya tidak ingin melepaskannya.
"Izinkan aku untuk memelukmu karena aku sangat merindukanmu," Cornelius berkata kepada Camelia dan dia memejamkan kedua matanya.
Camelia hanya diam mendengar apa yang dikatakan oleh pria yang sedang memeluknya itu, dia juga merasakan apa yang dirasakan oleh Cornelius. Dia merasakan kehangatan dan hatinya menjadi lega karena bertemu dengan pria yang selama satu minggu ini hilang tanpa kabar.
Dia juga memejamkan kedua matanya dan entah mengapa dia merasa tenang berada di dalam pelukan Cornelius. Perlahan pelukan itu terlepas setelah mereka berdua saling berpelukan dalam waktu yang lama.
"Mengapa kau tidak menghubungiku? Aku pikir kau sudah bosan denganku?" tanya Camelia kepada Cornelius.
Cornelius kembali tersenyum karena dia melihat dari sorot mata dan nada bicara wanita yang ada di depannya itu sudah tidak membencinya lagi. Dia merasa jika Camelia sudah mulai membuka hati untuknya dan itu membuatnya semakin senang saja karena perjuangan yang dia lakukan selama ini tidak sia-sia.
"Aku tidak akan pernah bosan denganmu dan aku semakin mencintamu selama tidak bertemu denganmu," jawab Cornelius sembari tersenyum dan terus menatap wanita yang ada di depannya.
"Jangan lakukan ini lagi," Camelia berkata kepada Cornelius karena dia tidak terjadi hal buruk menimpa Cornelius dan dia tidak mengetahuinya.
"Aku tidak akan melakukannya lagi dan akan terus memberikanmu kabar," jawab Cornelius sembari tersenyum.
***
Hari demi hari berlalu Camelia masih terus melakukan pekerjaannya dan dia pun menjalin hubungan dengan Cornelius. Namun, dia menyembunyikan hubungannya itu dari sang nenek karena dia takut jika sang nenek akan memanfaatkan hubungannya demi mendapatkan uang yang banyak dari Cornelius.
Malam ini Camelia mengajak sang ibu untuk makan di luar atas ajakan Cornelius dan dia tidak mengajak sang nenek. Apa yang diputuskan olehnya disetujui oleh sang ibu karena mereka berdua tidak ingin membuat masalah baru sehingga mempengaruhi hubungan yang sedang berjalan saat ini.
"Sayang, apakah kau yakin kita makan di sini?" tanya sang ibu kepada Camelia.
"Aku tidak tahu karena sopir yang diberikan oleh Cornelius memberhentikan kita di sini," jawab Camelia atas pertanyaan sang ibu.
Camelia sendiri juga tidak tahu jika Cornelius akan mengajaknya makan malam di tempat yang begitu mewah. Padahal dia sudah mengatakan kepada Cornelius untuk memesan di sebuah restoran biasa saja karena itu lebih baik.
"Nona Camelia, silakan ikuti saya," ucap seorang wanita dengan nada yang penuh hormat dan sembari tersenyum.
Camelia pun memegang tangan sang ibu dan mereka berdua berjalan mengikuti wanita itu, dia melihat setiap hal yang dilewatinya. Dia sama sekali belum pernah masuk ke dalam tempat yang begitu mewah ini, meski dia beberapa kali pergi bersama dengan Danastri.
Dia menghentikan langkahnya saat melihat sebuah meja yang tertata dengan sangat indahnya, dia juga melihat seorang pria yang sudah berdiri menatap ke arahnya dengan senyum hangatnya. Camelia pun tersenyum dan dia melihat pria itu berjalan mendekat ke arahnya dan berhenti setelah berada di depannya.
"Selamat datang, Bu," sapa pria itu yang tidak lain adalah Cornelius dengan penuh hormat dan senyum hangatnya kepada seorang ibu yang berdiri di samping sang kekasih.
"Terima kasih," jawab sang ibu dengan senyumnya juga.
Cornelius masih tersenyum dan dia dan mengulurkan tangannya kepada ibunya Camelia dan sang ibu menerima uluran tangan dari anak muda yang begitu hangat. Dia merasakan sesuatu yang aneh tatkala menyentuh tangan Cornelius.
Camelia hanya tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh Cornelius yang lebih mengutamakan sang ibu. Namun, dia tidak mempermasalahkan itu karena dia merasa bahagia karena pria itu bisa menerima ibunya meski tidak berada di kelas yang sama dengan keluarga Cornelius yang merupakan pengusaha sukses.
Dia pun berjalan dan duduk di tempat yang sudah disediakan oleh Cornelius, dia menatap dengan lembut apa yang sedang dilakukan oleh pria yang dulu begitu dia benci. Namun, sekarang dia merasa bahagia karena sudah jatuh cinta kepada Cornelius, sekarang dia juga melihat sikap baik Cornelius yang ditunjukkan kepada sang ibu.
"Sayang, mengapa diam saja? Apakah kau cemburu karena aku lebih mengutamakan ibumu?" Cornelius bertanya dengan nada menggoda kepada Camelia.
"Dia tidak akan cemburu kepadaku," sambung sang ibu yang ikut menggodanya juga.
"Kalian berdua sejak kapan seperti ini? Kalian sudah bekerja sama untuk menyerangku?" Camelia balik bertanya kepada mereka berdua yang sedang menggodanya.
Cornelius terkekeh saat sang kekasih berkata seperti itu, dia semakin ingin menggoda kekasihnya itu. Dia juga merasa senang bertemu dengan wanita yang sudah melahirkan sang kekasih, meski butuh perjuangan bagi dirinya untuk membujuk Cornelia agar setuju dengan acara makan malam ini.
Makan malam pun di mulai dan mereka bertiga menikmati hidangan yang sudah tertata rapi di atas meja. Sang ibu melihat putrinya begitu bahagia bersama dengan pria yang ada di depannya dan dia merasa beruntung bisa melihat senyum Camelia seperti ini karena selama ini sang putri selalu saja bersedih jika berada di rumah karena sering berdebat dengan neneknya.
"Aku antar kalian hingga ke rumah," ucap Cornelius setelah mereka menikmati hidangan makan malam.
"Tidak perlu kami bisa menggunakan taksi saja," jawab Camelia yang masih belum menginginkan sang kekasih ke rumahnya karena tidak ingin mempertemukan sang nenek dengannya.
"Iya sebaiknya tidak perlu," sambung sang ibu yang setuju dengan apa yang dikatakan oleh Camelia.
Cornelius tidak bisa memaksa apa yang sudah kedua wanita yang ada di dekatnya itu jika sudah menentukan keputusan. Dia pun mengantar mereka berdua ke luar dan memesankan taksi, dia menunggu hingga taksi yang dipesan tiba.
"Ibu," pekik Camelia yang melihat sang ibu terjatuh dan tidak sadarkan diri.