"Aku juga tidak peduli bagaimana keadaanmu setelah ini! Bibir perawanku sudah tidak asli semenjak dia mengecupnya tadi!" pikir Divya merasa sangat kesal.
Raymond masih berusaha menenangkan pikiran Divya. "Divya, maaf—"
Namun, Divya langsung memotong ucapannya. "Jangan dibahas lagi, Pak. Anggap saja hal tadi tidak pernah terjadi kepada kita," ungkapnya.
[Flashback off]
Ada segulir senyuman iblis yang tergores pada raut wajah Divya saat itu. Dengan langkah sederhana ia mulai mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Ia pun segera menghubungi Luke untuk menggantikan posisi Raymond di kantor. Setelah itu, ia segera berlalu dari sana. Namun, Raymond menahan kepergiannya.
"Eh, kamu mau kemana?" tanya Raymond dengan ketus.
"Saya mau pergi bekerja, Pak," jawab Divya dengan polosnya.
"Bekerja? Tugasmu ada di sini! Tidak perlu pergi ke kantor. Sudah membuat tubuhku babak belur. Kamu masih mau menghindar dari tanggung jawabmu?" pekik Raymond dengan melempar tatapan khasnya.