Chereads / Si CEO Berondong / Chapter 20 - Tobo Berondong Famous (20)

Chapter 20 - Tobo Berondong Famous (20)

Aha! Simon akhirnya terpikir cara cespleng berbaikan dengan Tobo, si Bobo Ho yang menganggapnya angin lalu tujuh hari belakangan ini. Sengaja Simon memakai hari hitungannya, karena dulu mereka marahan paling tiga hari dah baikan. Nah ini sudah masuk satu pekan tak kunjung ada kemajuan, tuh.

Bobo Ho temannya itu suka ngemil, macam cewek patah hati lagunya. Seharusnya menyenangkan perut si cowok gampang aja. Apa aja juga disabet, kok. Tabiat rakus Tobo klise jatuhnya, si omnivora pemakan segalanya, termasuk juga berondong jagung kepunyaan Simon?

Alhasil Simona jadi korban, dalam konteks diperbudak Simon untuk memproduksi berondong spesial, hadiah untuk Tobo kelak, yang tak juga memaafkan Simon di hari marahan yang kedelapan. Tak ayal mereka terlibat adu debat yang memanas.

"Hah? Dibikin gitu banget? Kok? Gak salah tuh, Pak Sim?"

"Sesuain aja sama request ini. Gak usah banyak komen dan gak usah nanya-nanya segala. Oke?"

Dipikir-pikir lagi, kemarahan Tobo yang tak surut-surut lumayan lebay gejalanya. Cuma sebuket bunga tahi kotok, kok segitu amat diseriusin. Bunganya kan cakep, kuning lagi, cuma baunya memang gak nahan, sih. Lalu masih ada kartu ucapan yang tulisannya manis dan romantis.

Teruntuk Kakanda Tobias cintaku, ah, apalah arti bunga ini dibandingkan aroma tubuhmu. Uap dari keringatmu menyadarkanku, ada juga bau melebihi harumnya marigold dan air got muka rumahku. Satu-satu yang kurindu adalah bau nagamu. Maka itu, mohon jadikan marigold ini pewangi bagi cinta kita selama-lamanya.

Apa sih yang membuat Tobo marah sedemikian lama? Setahu Simon ucapan di kartu itu fine fine aja, kok. Siapa pun yang membaca bakal terharu, toh? Bahkan Simon amat yakin, Tobo akan gede rasa dan menyangka Jemima aka Iyem pelakunya. Sengaja ia berulah supaya Tobo kecewa berat nantinya, karena rasa di hatinya melambung tinggi sementara Jemima tidak tahu apa-apa soal itu.

Bingung juga Simon, kok Tobo tahu ya bunga marigold itu ulah isengnya? Tulisan di kartu bukan ditulis olehnya, karyawati toko buku yang menuliskannya. Kebetulan Simon membeli kartu ucapan berikut kertas buket bunga, dan mbak SPG-nya baik banget dan senang membantu customer. Heran, kok Tobo bisa membongkar "kejahatannya" itu, padahal ia sengaja mencantumkan alamat toko buku saat order ojek online dan namanya disamarkan jadi Jemima. Kayaknya dah gokil banget ya akal-akalannya Simon?

Singkat cerita, berondong spesial buatan Simona rampung dan Simon mengemasnya dalam keranjang hantaran yang apik. Sepertinya Simona mau protes sesuatu tetapi batal karena Simon memberinya isyarat tanda OK yang ceria. Anu, itu lho Boss, komentar itu dipendam Simona lantaran spesialnya karakteristik berondong pesanan sang Bossnya Simon.

ABS. Asal Bapak Senang atau Asal Berondong Senang untuk enaknya? Yang pasti Simon optimistis Tobo bakal kegirangan oleh hantaran ini. Salah satu hampers terbaik yang pernah dipersembahkan Simon pada sohibnya, bahkan ia membubuhi kata-kata mesra, Tanda maafku dan salam manis persahabatan dari Simon CEO Berondong. Hehehe, keren kan isi ucapannya?

"Ini kita kirimkan pake ojek online, Pak?" Simona menenteng hampers berondong dengan tangan kirinya, yang kanan sibuk memijit-mijit ponsel.

Hampir Simon berkata iya. Ups, sepertinya ada ide yang lebih jitu, deh. "Oke, sini biar aku yang antarkan langsung saja, Mona."

Berhubung Simon tak punya motor atau mobil, ya boro-boro, SIM saja ia tak mampu punya, maka diordernya ojek online seperti biasa dan ia menebeng dengan tujuan rumah Tobo. Selama ini ia juga selalu menumpang ojek pulang pergi dari kantor ke rumahnya, sementara Simona dilihatnya diantar jemput laki-laki yang diduganya pacar asisten pribadinya itu. Kerennya, pacar Simona bermobil middle-end yang harganya lumayan tak terjangkau Simon.

Sambil bermotor, maksudnya menebeng motor ojek, Simon ingat sedihnya ia kala mobil orangtuanya dilepas murah demi utang mendesak. Rentenir yang menagih utang betul-betul ganas, maka mau tak mau mobil mereka dua unit terbang dan nyokap jadi menebeng mobil tetangga, teman satu arisan dan mantan segeng SMA dulu.

Ah, sebentar lagi ia akan sampai di rumah Tobo yang lumayan sultan. Pastilah Tobo memarkir Fiat-nya di muka rumah, mobil yang biar lawas harganya selangit, agar Simon sadar alangkah percuma ia bersaing dengan sohibnya itu. Belum-belum sudah kalah kelas, belum-belum kebanting duluan. Ah, gak usah muna lah, gimana-gimana uang yang paling punya kuasa, memang manusia teri macam Simon bisa berbuat apa?