Chereads / Si CEO Berondong / Chapter 21 - Tobo Berondong Femes (21)

Chapter 21 - Tobo Berondong Femes (21)

Akhirnya Simon sampai juga di rumah sobat baiknya. Tobo si berondong famous, yang sebetulnya lebih tua tiga tahun, tapi Simon menganggapnya adik yang lima tahun lebih muda. Jiwa Tobo selalu delapan belas tahun selamanya, maka sebetulnya ia berondong sejati di mata Simon. Kebetulan Tobo murid populer di sekolah sepanjang SD sampai SMA-nya, maka pantaslah dinamai berondong femes oleh Simon yang jealous padanya.

Dulu, semasa SMA, Simon pernah satu sekolah dengan Tobo. Simon kelas satu, Tobo kelas tiga. Sempat menunda sekolah satu tahun, Tobo agak ketelatan satu angkatan, dan saat masa seragam putih abu itulah, Tobo dan Simon saling mengenal dan akhirnya berteman baik selamanya.

Sejak dulu, Tobo punya jiwa flexing yang mencolok. Waktu itu gaya pamer-pameran unjuk harta belum dinamai flexing, tapi intinya mirip. Sengaja bermobil mewah ke sekolah, tentu diantarkan supir pribadi, Tobo bakal berlama-lama mejeng di muka pagar, bersandar di pintu mobilnya, padahal satu sekolah sudah ngeh sejak dulu, mobil hitam berlogo bintang sudut tiga itu milik keluarganya yang pengusaha sukses.

Waktu itu, usaha berondong Poppin Corn masih moncer, maka Tobo menggaet Simon sebagai rekan segeng yang membernya anak-anak cukong semua. Di antara anak Geng Emerald yang digawangi Tobo, cuma Simon yang paling dipercayai Tobo, menjadikan hubungan mereka erat dari dulu hingga sekarang.

Ya, walaupun sekarang Tobo memelototinya garang. Meskipun kini, mobil bintang sudut tiga Tobo sudah berganti fiat antik yang harganya bahkan lebih selangit. Simon merasa kadar persahabatan mereka belum menurun sedikit pun, sekalipun perang dingin tengah digencarkan Tobo. Sekarang beliau antara mau tak mau menerima buah tangan Simon yang mimiknya cengengesan.

"Dalam rangka apa ini? Kok tumben-tumbenan elo baik ke gue, ada bingkisan segala?" Tobo menyemprot Simon, meski nadanya seperti orang basa-basi.

"Bukan biasanya gue baik ke elo, Bo?" Simon berkelit selihai mungkin.

"Oh ye? Terus bunga tahi kotok itu, wujud kebaikan elo ke gue, toh?" Kembali Tobo menyikut Simon yang cengar-cengir penuh dosa.

"Just kidding, Bo. Gitu aja dimasukin ke hati. Kan kita ini ..."

"Temen? Jadi kita temen di mata elo, Mon? Sorry, pemberian elo keburu masuk ke hidung gue. Baunya itu yang bikin gue naik tensi sama elo, tahu?"

Baru saja Simon terpikir jurus minta maaf yang jitu, Tobo menyelak dengan "tabokan" jitu. "Bau naga. Meski kartu itu bukan tulisan elo, gue tahu elo pelakunya. Cuma elo di dunia ini yang berani ngejekin gue bau naga."

Nah, lho. Pantas aksi bejatnya diketahui Tobo. Rupanya gara-gara tulisan bau naga, ya. Terbetik ingatan beberapa tahun lalu, saat mereka satu geng di SMA 11, Simon menyebar desas-desus soal bau naga Tobo yang sering kelupaan menyikat gigi sebelum tidur. Waktu itu Tobo nyaris tak sudi memaafkan Simon, bila bukan Simon punya akal menghadiahkan mouthwash minty yang lebih praktis dari menyikat gigi. Saking senangnya, Tobo memberikan balasan celana kolor keren sebagai tanda jasa untuk Simon.

Boxer cowok bergambar tengkorak maut masih disimpan Simon sampai sekarang. Ia segan memakainya karena gambarnya terlalu horor. Semuanya masih diingat Simon, terkecuali soal bau naga Tobo, julukan yang membuat Tobo ngeh, bahwa pelaku prank itu dipastikan Simon sobat setianya itu. Heran, Simon malah lupa sama sekali Tobo pernah diolok bau naga dulunya.

"Jangan salah, Bo. Bau naga itu bagus, lho. Napas naga itu sakti, apalagi setelah elo makan berondong kado gue, elo bakal paham bau naga yang paling tokcer kayak apa. Coba elo icip-icip dulu, hitung-hitung tanda I am so sorry, Bo."