Chereads / Re Time / Chapter 21 - Pelacakan

Chapter 21 - Pelacakan

"Sebenarnya ada masalah apa di rumahmu?"

"Bukankah aku sudah bilang. Aku telah mengulangi waktu. Nomor yang aku lacak adalah nomor orang yang akan membunuh keluargaku. Karena itulah aku berusaha melacaknya sebelum dia beraksi."

"Kenapa tidak meminta tolong pada polisi?"

"Tidak bisa."

"Ampun, deh. Bapak masih kepikiran soal kasus itu ya. Dan katakan sebenarnya apa yang terjadi di rumahmu?"

"Sudah kubilang aku mengulangi waktu."

"Pak Owen?"

"Aku mengulangi waktu," ucap Owen dengan kukuh.

"Ah, baiklah terserah saja. Kau telah mengulangi waktu. Lalu, nomor itu adalah orang yang akan membunuh keluargamu tetapi apa hubungannya dengan mengulangi waktu?"

"Setiap Tris atau Mia terbunuh, aku kembali ke awal lagi. Tanggal 23 ini. Nomor itu pernah menghubungi telepon rumahku setiap tanggal 23, tidak ada kebetulan, ini direncanakan olehnya."

"Begitukah?"

"Jadi, aku memintamu untuk melacaknya. Ngomong-ngomong Irvan, kau sebelumnya bertanya padaku apakah aku masih tak percaya dengan keberadaan Hacker Nata? Kalau itu tentu aku ingat betul bahwa dia sudah lama mati."

"Eka yang bilang bahwa dia kemungkinan besar masih hidup. Dan Pak Owen tetap tak percaya jika dia benar-benar masih hidup? Padahal tentang mengulangi waktu itu lebih tidak bisa dipercaya," ucap Irvan sedikit ketus.

"Aku sangat berterimakasih padamu. Entah tentang nomor atau apapun segalanya. Namun Irvan, soal Hacker Nata. Bisa dikatakan aku mulai percaya, jelas saat aku mencoba untuk melacak nomor itu sebelum nomornya menelpon telepon rumahku."

Owen berniat akan meninggalkan laptopnya bersama Irvan. Namun langkahnya terhenti saat Irvan bertanya, ke mana dia akan pergi.

"Entah ya, aku mungkin ingin keluar sejenak untuk berpikir."

"Pak Owen, setelah tahu bapak melacak nomor seseorang. Aku sempat berpikir bahwa dirimu naif. Tapi aku berubah pikiran setelah mendengar bahwa kau telah mengulangi waktu. Jujur aku ingin tertawa sebelumnya tapi di sisi lain aku percaya apa perkataan orang tua. Semoga saja, fenomena yang kau alami tak lagi terjadi dan hidupmu aman selalu."

Terdapat beberapa kalimat berisikan harapan sejati. Dengan tus Irvan berdoa agar apa yang telah terjadi padanya tidak membuat Ia putus aza akan tujuannya. Sembari sedikit berbincang. Sedikit demi sedikit Irvan pun nyaris menemukan sesuatu saat melacak nomor asing itu.

Awalnya Irvan mencoba melacak dengan laptop milik Owen namun berakhir kegagalan. Karena itulah Irvan melacaknya dengan komputer yang Ia miliki meski sedikit beresiko.

"Bukan ingin tertawa tapi kau kan sudah tertawa," ucap Owen, mengingat kejadian sebelumnya Ia telah ditertawakan oleh Irvan.

"Pak Owen tahu, aku telah berpikir jika aku berada di posisimu yang telah mengulangi waktu. Karena itu aku tak tertawa."

"Apa kau ingin mengatakan 'Hidupmu pasti berat,' benar begitu bukan? Yah, wajar saja kau tertawa saat mendengar adanya karakter fiksi berjalan."

Apa yang dimaksud oleh Owen tentang 'Karakter Fiksi Berjalan' adalah karena Ia mengibaratkan orang yang telah mengulangi waktu atau sebut saja penjelajah waktu itu pasti tidak ada. Mustahil dan tak masuk akal kecuali karakter yang dibuat dari sebuah cerita.

Sebenarnya Owen tak pergi ke manapun, melainkan ingin berpikir sejenak di luar rumah Irvan. Sembari melihat anak-anak yang terkadang mondar-mandir dan bermain apapun yang mereka suka.

"Dia membicarakan Hacker Nata dengan antusias. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kematian Eka terjadi setelah dia menyelidiki Hacker Nata. Namun mengapa dia berpikir bahwa Hacker Nata masih hidup? Apa yang membuatnya berpikir seperti itu?"

Meski begitu, pertanyaan tentang hal ini sulit dipecahkan. Owen tak bisa berpikir tentang alasan Eka yang sebenarnya. Kalaupun benar Hacker Nata masih hidup lalu siapa yang dieksekusi.

"Jika yang menembak Eka dari dalam rumah itu adalah dia. Maka itu masuk akal. Lantas mengapa membunuh Eka dengan pistol dan bom? Dia itu kan pembunuh berantai dan sadis,"–pikir Owen seraya bersandar pada dinding–"dulu dia seringkali menyiksa para korban sebelum membunuhnya. Aku tak yakin dia masih hidup sekarang."

Hacker Nata adalah peretas handal, namun julukan yang didapatnya ini bukan hanya karena dia suka meretas akun banyak orang, melainkan Ia juga menggunakan kemampuannya itu untuk mengintai beberapa orang yang kemudian berujung penculikan, penyiksaan sampai pembunuhan.

Kabarnya dia telah dieksekusi 3 tahun yang lalu. Dia sama sekali tak dilindungi hukum karena kejahatannya. Hal yang mungkin bisa dijadikan suatu alasan mengenai Eka yang berpikir bahwa Hacker Nata masih hidup, mungkin saja karena Eka tahu siapa dia sebenarnya?

"Sejak kabar kematiannya tersebar, tak satupun ada informasi soal identitasnya. Ya, itu wajar saja. Dan lagipula, kalau Hacker Nata benar-benar mengincar keluargaku maka seharusnya Ia lakukan setelah Eka. Kenapa juga dia harus menunggu selama 3 bulan?"

Ponsel Owen berdering, Ia mendapatkan telepon dari Tris secara tak terduga.

"Halo, maaf aku sedang dalam perjalanan ke mall. Aku pergi ke sana karena seseorang ingin bertemu denganku. Tidak masalah, kan?"

"Tris? Astaga, aku lupa untuk bilang jangan mengangkat telepon darinya. Aku bodoh sekali karena mengira telepon akan datang nanti malam bukan siang ini," celetuk Owen dalam benaknya, terkejut.

"Apa dia mengatakan sesuatu lain?"

"Ya, kasus 3 bulan lalu."

"Apa? Tunggu Tris, itu berbahaya. Tunggu aku, aku akan ikut denganmu." Owen pun panik dan segera berlari menuju rumahnya.

"Tidak, jangan katakan aku harus kembali setelah setengah perjalanan. Lagipula hanya dia yang bisa menceritakan hari itu. Kau tidak."

Tris mengatakannya dengan ketus. Ia jelas marah pada Owen. Tapi bagaimana bisa Tris pergi tanpa seijinnya terlebih dahulu.

"Tris, kau membawa mobilnya?" tanya Owen memastikan, setelah Ia sampai di rumahnya.

"Iya, tentu saja."

"Lalu di mana Mia?"

"Mia ada di rumah tetangga. Pintu rumah tidak aku kunci, jadi kau bisa masuk."

"Hah? Kau tidak menguncinya? Dasar ceroboh! Cepat kembali ke sini Tris!" pinta Owen sembari membuka pintu lalu menutupnya kembali.

"Tidak akan! Aku akan baik-baik saja. Di sana banyak orang, maka dari itu dia tidak akan bermacam-macam."

Berakhirnya obrolan mereka yang tersambung lewat telepon. Membuat Owen berdecak kesal, Ia pergi keluar komplek, dan begitu melihat taxi melintas Ia segera memberhentikannya dan masuk untuk segera sampai ke tempat tujuan.

"Pak, biarkan saya yang mengendarainya. Tenang saja, tidak akan sampai ke maksimal batas kecepatan."

Owen dan pak supir taxi berganti peran. Owen mengendarainya secepat yang Ia bisa. Tapi ternyata di tengah perjalanan, bukan lampu merah melainkan kemacetan di jalan telah terjadi.

"Ya, ampun!"

Segera Ia keluar, tak lupa membayarnya. Ia berlari secepat mungkin ke arah mall terdekat yang Ia tahu. Karena yakin, mereka berada di sana, tentu saja itu berkat di masa sebelumnya.

"Aku yakin dia sudah sampai sebelum kemacetan terjadi."