"Apa aku segitu jahatnya sama kamu?"
Nona menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Kamu sama sekali enggak pernah jahat ke aku. Apa yang aku bilang ke Dea itu semua bohong. Aku membohongi Dea biar dia enggak mencari kamu karena aku takut orang-orang itu mencelakai anak aku. Kamu bisa paham itu kan?"
"Oke, aku paham," jawab Malik diikuti dengan senyuman. "Aku akan mengaku kalau kamu sudah menjelaskan semuanya ke Dea."
"Gimana ... kalau kamu dekati Dea aja tanpa dia harus tau siapa kamu sebenarnya? Mungkin dengan begitu dia bisa lebih nyaman."
"Boleh?"
"Tentu aja boleh, kamu Papa Dea Malik. Enggak mungkin kan kamu mencelakai dia?"
Malik mengambil gelas anggur yang ada di tangan Nona dan diletakkannya di atas meja. Lalu tangannya menggenggam tangan perempuan itu. "Jangankan menyakiti Dea, aku enggak akan membiarkan ada orang lain yang menyakiti Dea."
"Sekali pun itu Karel?" tanya Nona sambil menatap mata Malik dalam-dalam.