Melihat Karin pergi, Jemmi lantas berdiri dari tempat duduknya. Bersamaan dengan itu, Jaya juga melakukan hal yang sama. Jemmi sempat terdiam dengan yang dilakukan kakaknya. Dari dulu Jemmi tahu betul kalau kakaknya itu orang yang jarang sekali marah. Bila sampai cowok itu terlihat marah, artinya itu sudah sangat mengganggunya.
"Kenapa kalian terus mendesak adanya pertunangan dan pernikahan? Apa yang kalian mau dari saya?" tanya Jaya.
Reno dan Rosa tampak tidak menjawab pertanyaan Jaya yang terkesan blak-blakkan. Kini nyali keduanya pun terlihat menciut dari beberapa menit yang lalu.
"Keutungan untuk memperlancar kerja sama perusahaan? Itu kan? Jangan kira saya enggak tahu soal niat itu. Dari awal saya sudah tahu semuanya jadi enggak perlu mengelak lagi," jelas Jaya dan makin membuat Reno dan Rosa terdiam. "Awalnya saya enggak mau membahas ini di depan papa saya, tapi sepertinya Om sama Tante yang minta semuanya ini diperjelas."
"Dasar anak yang enggak tau berterima kasih," caci Rosa dengan suara yang perlahan tapi semua orang di sini bisa mendengarnya.
Jaya tersenyum tipis. "Kalo gitu, saya bakalan bilang terima kasih atas waktunya selama ini."
Jemmi melihat kakaknya telah pergi meninggalkan ruang tamu. Dia yang sudah berdiri agak gengsi untuk kembali duduk. Dia juga tidak mau kalah dengan Jaya yang menjatuhkan kedua tamunya ini.
"Asal Tante tau, Karin bukan perempuan murahan. Dari awal, dia enggak pernah mau mengganggu kehidupan keluarga ini. Sekali pun dia tahu dia sudah hamil anak dari Kak Jaya. Beda sama Marissa yang sudah diterima baik sama keluarga ini tapi malah cari cowok lain. Apa kalian tau soal itu?"
Kalau tadi orang tua terlihat marah saat Jaya berbicara, sekarang wajah mereka terlihat bingung. Sudah dapat Jemmi pastikan kalau mereka berdua tidak mengetahui soal Marissa yang berselingkuh. Jemmi makin berbangga diri.
"Kalo Om sama Tante bingung, buat apa lagi buang waktu ada di sini? Lebih baik pulang dan tanyakan langsung ke anaknya, apa benar Jaya pacar satu-satunya dia?"
"Jemmi, maksud kamu apa?" tanya Anggita yang dari tadi mendengar segala apa yang disampaikan kedua anaknya.
"Marissa selingkuh Ma," ucap Jemmi.
"Pembohong!" ucap Rosa.
"Jemmi benar," kata Ghani yang akhirnya angkat bicara. Semua mata kini tertuju padanya. "Lebih baik kalian pulang untuk memastikan sendiri soal Marissa yang selingkuh atau enggak. Sekali pun itu salah, Jaya enggak akan bisa juga menikah dengan Marissa."
"Apa ini benar-benar harus dibatalkan?" tanya Reno yang mulai melemah. Mungkin karena sudah merasa kalah dan tidak memiliki celah lagi untuk menekan keluarga Agler.
"Kalau sampai saya bisa membuktikan omongan anak saya, saya bakalan sebar soal ini ke media," sahut Anggita. "Selama ini, apa yang Marissa mau saya kasih. Kalau sampai saya tahu Marissa selingkuh dari anak saya, artinya dia harus membayar semua kesalahannya. Kalian paham maksud saya?"
Rosa akhirnya mundur juga, dia menyenggol lengan suaminya dengan sikut. Dengan wajah marah dan tanpa berpamitan, mereka pergi begitu saja. Bahkan saat ke luar pintu rumah mereka hempaskan.
Jemmi juga meninggalkan ruang tamu untuk mencari di mana keberadaan Karin. Tempat pertama yang dia datangi adalah kamar Jaya. Sempat ingin mengetuk pintu tapi Jemmi mengurungkan niatnya.
Dia malah membuka pintu itu secara perlahan agar tidak menimbulkan suara. Namun yang Jemmi dapatkan hanyalah Emily yang sedang tidur dan juga barang yang berserakkan. Terlihat bukan seperti kamar Jaya yang biasanya.
Hingga akhirnya, Jemmi mendapati Karin dan Jaya di halaman belakang. Dalam cahaya yang temaram, Jemmi bisa melihat kakaknya sedang memeluk Karin. Seketika tangan Jemmi terkepal mengisyaratkan bahwa dia tidak menyukai pemandangan itu.
"Kak," panggil Jemmi untuk menghentikan moment manis itu. Lalu melangkah mendekat saat Jaya melepaskan pelukannya. "Mereka sudah pulang."
"Bagus," ucap Jaya singkat.
Jemmi bisa melihat Karin yang mengusap pipinya. Kemudian dia melanjutkan kembali perkataannya. "Mereka sudah pulang dengan rasa malu. Aku ngelaporin kalo Marissa selingkuh."
"Kenapa kamu lakuin itu?" tanya Jaya.
"Kenapa?" Jemmi bertanya dengan nada tinggi. "Mereka sudah sebut Emily anak haram, apa Kak Jaya bakalan biarkan mereka gitu aja?"
"Aku sudah bilang ke Marissa kalau enggak bakal membahas soal dia yang selingkuh."
"Kak Jaya bilang begitu sebelum Om Reno dan Tante Rossa datang ke sini dengan cara marah-marah sekaligus menghina Emily."
Hinaan itu masih terbayang-bayang di benak Jemmi. Biar bagaimana pun, Emily adalah anak kandungnya. Jika Karin yang hanya sebagai ibu pengganti untuk Emily bisa sakit hati saat mendengar hinaan itu, bagaimana dengan Jemmi yang memang ayah kandungnya? Tentu kemarahannya lebih besar.
Jaya beralih pada Karin yang sudah tidak menangis lagi. "Kamu mau ke kamar? Kasian Emily sendirian di sana."
Karin mengangguk dan Jaya pun memapah cewek itu saat berjalan meninggalkan halaman belakang. Mereka melewati Jemmi begitu saja. Mata Jemmi terus melihat ke arah mana keduanya berjalan hingga punggung keduanya menghilang di balik pintu kamar.
****
"Kamu sudah baikkan sekarang?" tanya Jaya. Ini sudah kedua kalinya dia bertanya pada Karin.
"Iya, aku udah enggak apa-apa kok," jawab Karin sambil merogoh tas yang dibawanya untuk mengambil mainan Emily.
Sekarang ini, mereka sedang ada di dalam perjalanan menuju restoran tempat mereka makan malam. Mobil Ghani memimpin perjalanan, di sana ada Ghani yang menyetir, Anggita dan juga kedua pembantu yang diajak makan bersama malam ini.
Tadinya Jemmi ingin naik mobilnya sendiri, tapi mamanya melarang dan menyuruhnya untuk ikut dengan Jaya. Jadi di sinilah Jemmi berakhir. Duduk di belakang sendirian sambil melihat kakaknya yang terus saja sok perhatian pada Karin.
"Kak Jaya, apa enggak bisa lebih kreatif lagi?" protes Jemmi dari belakang.
"Maksud kamu apa?" Jaya melihat Jemmi dari kaca spion depan.
"Tanya hal yang sama berkali-kali, itu bukan cara nunjukkan perhatian. Kenapa enggak cari pertanyaan lain?"
"Lebih baik begitu menurut aku," sahut Karin dari depan sambil menoleh ke arah Jemmi. "Keliatan tulus dari pada yang banyak pertanyaan tapi enggak berarti apa-apa."
"Bilang aja kamu bosan ditanya gitu terus sama Kak Jaya, jangan merasa enggak enakkan," ledek Jemmi.
"Enggak," bantah Karin. "Mau Kak Jemmi tanya gitu ratusan kali bakalan aku jawab juga. Kenapa jadi kamu yang enggak suka?"
Karin menjulurkan lidah untuk meledeknya. Jemmi tidak bisa melawan lagi karena sudah kalah. Tadinya dia berniat untuk menjatuhkan Jaya yang masih saja bersikap kaku pada cewek. Ternyata, Karin malah membela cowok itu. Sehingga, orang yang kalah adalah dirinya sendiri.
"Ternyata cara kamu buat dekati cewek enggak bisa berhasil ke semua cewek ya Jem," tambah Jaya dengan nada mengejek.
"Berisik!" Jemmi mengalihkan perhatiannya melihat ke ponsel yang ada digenggamannya. Dia menceritakan semua kejadian hari ini pada Bobby.