Tak mau berlama lama jadi bahan tontonan, Bella berbalik dan berlari kencang, hatinya benar benar sakit di perlakukan seperti itu. Tepat pada saat di pintu kantin, Bella tak sengaja menabrak bahu Salsha yang ingin masuk ke kantin.
Mata Salsha dan Bella bertemu. Salsha memandang aneh wajah Bella yang sedang menangis.
"Lo kenapa?" tanya Salsha prihatin.
"Bukan urusan lo!" Ketus Bella. Bella kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan kantin terlaknat tersebut.
Suasana kantin kembali seperti sedia kala, ribut, bising oleh suara suara siswa atau siswi yang mengantri makanan. Aldi dan Iqbaal pun telah kembali menyantap makanan mereka yang sempat tertunda akibat Drama yang Aldi buat sendiri.
Salsha dan Felly pun kembali melanjutkan langkah mereka menuju kantin. "Lo mau pesan apa? Biar gue yang pesanin?" tawar Felly.
"Umm." Salsha mencoba berfikir. "Bakso sama jus jeruk aja deh," lanjutnya.
Felly mengancungkan jempul nya dan menuju ke tempat penjual bakso sedangkan Salsha duduk di kursi yang telah disedikan di kantin tersebut.
Salsha mengedarkan pandangan nya seluruh penjuru kantin. Salsha adalah murid pindahan dan baru seminggu menjadi murid SMA Harapan. Wajar saja jika ia tak begitu kenal dengan murid disini.
Tak sengaja mata Salsha bertemu dengan manik mata tajam seorang Teuku Aldi Kusuma. Salsha begitu asing dengan mata itu karna ia baru pertama kali melihatnya. Mata Salsha seolah terpaku menatap mata Aldi tersebut. Untuk sesaat Salsha nyaman hanya dengan menatap manik mata ituu.
Hingga Felly datang dan membuyarkan lamunan Salsha. "Wooii." Felly datang dan duduk di samping Salsha, meletakkan makanan yang baru saja ia pesan.
Salsha langsung membuang pandangannya dari mata Aldi dan tersenyum canggung menatap Felly. Ia berharap jika Felly tidak menyadari apa yang baru saja ia lakukan.
"Lamunin apa sih?" tanya Felly sembari menuangkan saos dan sedikit cabai ke dalam ketoprak yang ia pesan.
"Gak ngelamunin apa apa kok," sergah Salsha cepat. Ia tak ingin ketahuan sedang menatap seseorang yang belum ia tahu namanya itu.
Untuk menghilangkan kecanggungan yang terjadi di antara keduanya, Salsha langsung menuangkan cabe, saos dan sedikit kecap ke dalam mangkuk baksonya, mengaduknya sebentar dan menyicipi kuah baksonya, di rasa sudah pas dengan racikannya, Salsha mulai asyik memakan baksonya.
Tiba tiba saja Salsha teringat kepada Bella yang menangis saat bertabrakan dengannya. Karna rasa penasaran, Salsha mencoba bertanya kepada Felly. "Fell, kira kira lo tau nggak alasan Bella nangis tadi," tanya Salsha hati hati.
Felly pun mendongak ke arah Salsha, sebelum manjawab pertanyaan Salsha, Felly meminum jus mangga yang ada di depannya dan mengelap mulutnya dengan tissue.
"Lo penasaran, ya?" ledek Felly.
"Ihh, Felly nyebelin ihh."
Felly tertawa melihat wajah kesal Salsha. "Jadi tadi gue udah tanyak ke siswi yang sedang antri makanan, dan mereka bilang Bella nangis gara gara di putusin sama kak Aldi."
Salsha mengernyit. "Aldi? Siapa?"
Jelas saja Salsha tidak mengenal siapa Aldi karna ia tergolong murid baru di sekolah ini.
"Tuh yang itu." Felly menunjuk Aldi dengan dagunya. Tak mungkin jika ia menunjuk dengan jarinya kan? Bisa bisa Aldi tau jika mereka sedang membicarakannya.
Salsha mangikuti jejak pandangan Felly dan kaget saat melihat orang yang di maksud oleh Felly adalah orang yang tadi sempat berpandangan dengannya. Dan sialnya sekarang pun Aldi tengah menatap ke arahnya. Dan sekali lagi aksi tatap tatapan pun terjadi lagi.
"Kak Aldi itu kapten tim basket disini. Dia emang ganteng sih, gue akui. Tapi, dia itu playboy kelas kakap."
Salsha yang sedari tadi menatap ke arah Aldi beralih menatap Felly saat mendengar kata Playboy yang di lontarkan Felly. "Playboy?" Ulang nya.
Felly mengangguk. "Iyaa, Playboy. Udah banyak korban atas ke-playboy-an nya dia. Salah satu nya Bella tadi. Sebelum itu juga masih banyak siswi yang di putusin di depan semua orang sama Aldi. Jahat banget kan?"
Salsha yang mendengar nya sedikit risih. Ia kembali melayangkan pandangan nya ke arah Aldi. Ia melihat Aldi yang sedang tertawa bersama Iqbaal. Di lihat dari wajah Aldi, Salsha sama sekali tidak yakin jika Aldi itu playboy.
"Cuma satu cara agar lo aman sekolah disini," kata Felly tiba tiba.
Salsha mengalihkan pandangan nya ke Felly. "Apa?"
"Jauhin Aldi kalo lo gak mau sakit hatii."
****
Bella menatap dirinya di pantulan wastafel kamar mandi sekolahnya. Air matanya masih jatuh dengan derasnya. Tak ada wanita yang baik baik saja saat di putuskan. Bella memang benar benar mencintai Aldi, bukan karna Aldi adalah kapten basket atau most wanted disekolahnya. Tetapi, Bella bena-benar menaruh hati kepada cowok yang di pacarinya seminggu tersebut.
Bella membasuh wajahnya dengan air kran di wastafel tersebut. Hatinya teriris iris. Sudah di putuskan, di permalukan pula.
"Lihat aja Ald, gue akan balas perbuatan lo. Sebentar lagi lo yang akan ngejar ngejar gue!"
Bella kembali menangis. Tak peduli pada beberapa orang yang berlalu lalang di toilet tersebut.
"Kamu jahat Ald!"
Bella kembali maraungi nasib buruknya. Hingga ia tak sadar jika sedari tadi, Angel menatap dirinya dengan ekspresi yang sulit di tebak.
"Lo baru putus ya?" tanya Angel dengan nada meledek.
Bella membalikkan badannya dan menatap Angel dengan datar. "Bukan urusan lo."
Angel tertawa meremehkan. "Oh yaa? Gue tau kok apa yang ada di pikiran lo!"
Sedikit cerita, Angel adalah mantan Aldi dan nasibnya sama dengan Bella. Cewek yang di tinggalin pada saat sayang sayang nya. Dulu, Angel dan Aldi terlihat sangat mesra di sekolah. Setiap hari pulang dan pergi bareng, ke kantin bareng. Mungkin karna Angel adalah ketua cheers yang mengundang kedekatan mereka. Tetapi semua hanya sebentar karna Aldi yang tiba tiba memutuskan Angel di hadapan semua orang. Di lapangan indoor lebih tepatnya.
Sudah berulang kali Angel meminta balikan kepada Aldi. Namun, tetap saja Aldi menolak. Karna rasa sakit yang Angel rasakan. Ia mencari tahu alasan Aldi memutuskannya. Dan kenyataan yang harus Angel terima adalah, ia hanya menjadi korban taruhan Iqbaal dan Aldi. Sejak mengetahui hal itu, Angel sempat depresi beberapa hari. Hatinya hancur lebur di jadikan taruhan oleh orang yang di sayang. Namun, itu semua hanya berlangsung sebentar. Setelahnya, Angel bangkit dan memutuskan untuk balas dendam kepada Aldi.
Bella menepis kasar airmata nya sembari tersenyum kecut. "Lo nggak tau!"
Lagi-lagi Angel tertawa meledek. "Kita sama Bella, kita sama!"
"Kita beda!" teriak Bella tidak terima. "Aldi lebih sayang gue daripada lo!"
Tawa Angel kembali meledak. "Kalo Aldi sayang sama lo, dia nggak mungkin putusin lo di depan semua orang. Dia cuma jadiin lo taruhan sama seperti gue. Lo harusnya sadar diri."
Bella menggeleng cepat, tidak terima dengan fakta yang ada.
Sembari memegang pundak Bella, Angel berkata. "Lo harus bisa nerima kenyataan ini. Aldi itu brengsek, dia playboy dan lo adalah korban dia."
Suasana hening, Bella terdiam. Semua ini begitu sakit untuk nya. Bella yang sudah tulus kepada Aldi tiba-tiba di hadapkan dengan situasi seperti ini. Bella hanya menjadikannya taruhan.
"Gimana kalo kita kerja sama," ujar Angel dengan senyum licik.
"Kerja sama?" ulang Bella.
"Iya." Angel mengangguk. "Kita, kerja sama buat Aldi kalah dalam taruhan itu."
Bella mulai tau apa maksud dari Angel mengajak berbicara. Balas dendam buat orang yang sudah menyakiti, mungkin tak ada salahnya.
"Cara nya?"
Angel tersenyum licik lagi. "Kita nge bully siapa aja yang akan di jadiin pacar sama Aldi. Jadi nanti nggak akan ada lagi orang yang mau sama dia. And then, dia bakal kalah."