Aldi kembali memasuki lapangan indoor setelah tadi sempat berbincang sebentar dengan Sheryl. Aldi duduk di pinggir lapangan sembari menyaksikan teman temannya latihan basket.
Aldi kembali membayangkan saat ia berkenalan dengan Salsha dan juga.. Sheryl.
"Salsha atau Sheryl?" tanya Aldi kepada dirinya sendiri. "Kumat deh playboynyaa," lanjutnya sembari terkekeh.
Tanpa ia sadari, Iqbaal telah duduk di sampingnya, meraih botol air mineral tadi ia letakkan disitu. Menenguknya sampai habis tak tersisa kemudian mengelap keringat yang mambasahi pelipisnya.
"Pak Eko bilang apa?" tanya Iqbaal ke Aldi.
"Ehh." Aldi sedikit terkejut mendapati Iqbaal sudah berada di sampingnya karena sedari tadi ia asyik melamun. "Cuma bilang kalo gue harus kerjasama sama kapten basket cewek buat ngelatih mereka gitu."
"Emang kapten basket cewek siapa?" kepo Iqbaal.
"Sheryl," jawab Aldi cuek.
Iqbaal memandang Aldi dengan tatapan penuh arti. "Sheryl?"
Aldi mengangguk. "Iya. Kenapa sih?"
Iqbaal menjentikkan jarinya. "Sheryl itu korban lo selanjutnya!"
Aldi mengernyitkan dahinya. Sheryl? Korbannya?
"Sheryl? Nggak salah lo, cewek cantik kayak dia jadi korban gue? Nggak, nggak. Gue nggak mau. Cari yang lain aja."
Iqbaal terkekeh pelan melihat ekspresi Aldi. "Lo suka sama Sheryl?"
"Ngakk!" kata Aldi dengan tegas. Kemudian ia meraih tasnya sembari berdiri. "Gue pulang duluan. Ngantuk."
Aldi mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Iqbaal yang kini senyum-senyum sendiri.
"Ingat Keyla woy," goda Iqbaal lagi.
"Berisik!" teriak Aldi.
***
"Salsha, ihh tungguin."
Felly terus saja mengoceh tak jelas untuk membuat Salsha berhenti berjalan. Akhirnya dengan helaan nafas kesalnya, Salsha menghentikan langkahnya.
"Lo lama Fel, gue mau cepat cepat pulang," keluh Salsha.
Sejak tadi, Salsha harus menunggu Felly menyalin pelajaran di papan tulis, Karna tadi selama proses belajar mengajar berlangsung, Felly malah asyik dengan ponselnya, ntah dengan siapa ia chattingan.
"Salsha tunggu!"
Setelah jarak diantara mereka tinggal sedikit, Felly menarik tangan Salsha dan menuntunnya untuk menatap ke arahnya.
"Salsha, ihh. Tunggu dulu."
Salsha menatap jengkel Felly, temannya itu sungguh membuatnya kesal setengah mati.
"Gue udah capek ya, Fel nungguin lo tadi. Gue mau cepat pulang ke rumah. Gue masih ada urusan," kata Salsha ntah keberapa kali memakai alasan tersebut untuk cepat pulang ke rumah.
"Iya iyaa, kita pulang!" sungut Felly sedikit kesal juga.
Akhirnya Felly dan Salsha kembali berjalan beriringan menuju halte sekolah. Namun, tepat di parkiran, ada yang memanggil nama Felly membuat kedua nya kembali berhenti.
"Fel,"
Felly berhenti, di ikuti juga oleh Salsha. Felly kemudian berbalik dan tersenyum manis saat melihat seseorang yang memanggilnya adalah Yoga..
"Haii, kak Yoga," sapa Felly sok ramah.
Salsha menarik nafasnya kesal. Lagi lagi langkahnya harus terhenti. Salsha menatap sinis cowok yang memanggil Felly tadi. Ia belum pernah melihat cowok itu sebelumnya.
"Mau pulang Fel?" tanya Yoga basi basi.
"Hehe, iya kak," jawab Felly sok manis. Kemudian ia melihat Salsha yang menatap sinis Yoga. Felly pun berniat memperkenalkan Salsha kepada Yoga. "Oiya kak, kenalan ini Salsha, dia itu murid baru di kelas aku. Dan Salsha, ini kak Yoga, dia ketua osis di sekolah ini."
Babas tersenyum manis sembari mengulurkan tangannya ke arah Salsha. "Yoga."
Salsha hanya menatap Babas datar dan membala uluran tangan Yoga. "Salsha, kak."
"Fell, nanti sore ada rapat osis, yaa. Jam 5, lo harus datang dan nggak boleh telat," ujar Yoga.
Felly mengernyit. "Ada rapat apa kak?"
"Rapat buat lomba pensi bulan depan. Pokoknya lo nanti datang aja, deh. Jangan sampe telat, ya."
Felly mengangguk mengerti, sedangkan Salsha malah memandang sinis Yoga dan juga Felly. Niatnya ingin cepat pulang ke rumah harus tertunda karna cowok yang katanya ketua osis itu.
"Udah gitu doang kan kak? Aku sama Felly mau pulang dulu. Bye kak!" kata Salsha sekenanya. Tanpa menunggu respon dari Yoga, Salsha menarik tangan Felly dan menyeretnya, meninggalkan Yoga yang tersenyum penuh arti kearah Salsha.
Salsha terus saja menarik tangan Felly dengan cepat yang sempat membuat Felly meringis kesakitan. Karna tak tahan lagi, Felly menepis keras tangan Salsha dan berhenti melangkah. Salsha pun ikut berhenti dan menatap Felly datar.
"Sakit tau, Sha," ringis Felly sembari mengerucutkan bibir mungilnya.
"Ihhh." Salsha menggerutu kesal. "Lo tu ya, gue udah bilang kalo gue mau cepat pulang. Lo malah basa-basi sama dia."
"Maaf." Felly menampilkan wajah memelasnya. "Tapi kak Yoga, ganteng yaa. Ganteng dong. Iya kan?"
Salsha mendelik tak suka. "Ganteng darimana? Nggak tuh!"
"Ganteng tau, Salsha."
"Gantengan mana sama Jeffri nichol?"
"Ih. Tapi kak Yoga juga pintar ko"
"Pintaran mana sama Iqbaal Diafakhri yang pertukaran pelajar ke USA."
"Ih, Salsha. Gak boleh banding bandingin orang tau," kesal Felly. Ia ingin menjodohkan Salsha dengan Yoga dan jika respon Salsha seperti ini akan sulit dan pasti membutuhkan usaha yang ekstra.
"Udah ah, kita pulang aja. Malas gue debat sama lo!"
Di saat Salsha ingin melangkahkan kakinya, tiba tiba saja ada suara yang menyapanya. Hal itu membuat Salsha menggerutu kesal lagi. Karena sedari tadi ada saja yang mengganggunya.
"Haii, Salsh," sapa orang itu.
Salsha menengok kedepan karna tadi ia menghadap ke arah Felly. Salsha yang melihat siapa yang menyapanya terkejut setengah mati. Ia tak menyangka orang yang menyapanya adalah.. Aldi.
"Haii kak," balas Salsha sedikit kikuk.
Felly yang melihatnya memandang aneh ke arah mereka berdua. Ia heran kenapa Aldi bisa mengetahui siapa nama Salsha.
"Kalian udah saling kenal?" tanya Felly to teh point.
Aldi mengangguk, sedangkan Salsha salah tingkah. Felly semakin menatap Aldi curiga.
"Lo mau dekatin Salsha, ya? Lo mau jadiin dia mangsa lo, ya?" tuduh Felly langsung. Ia tak suka melihat Aldi yang sepertinya ingin mendekati Salsha. Karna Felly tau siapa Aldi sebenarnya.
"Maksud lo?" Aldi mengerutkan keningnya.
"Iya. Lo mau buat Salsha sama kayak kak Angel dan Bella kemaren. Lo jahat ya, Ald. Dasar playboy gadungan."
Salsha mengatupkan mulutnya. Merasa Felly sudah kurang ajar kepada Kakak kelasnya itu.
"Makin gak ngerti gue." Aldi pura pura tidak mengerti, padahal ia tau apa yang Felly tuduhkan.
"Nggak usah munafik lo. Lo cuma mau mainin Salsha kan. Lebih baik lo jauhin dia deh. Pergi jauh jauh sana," maki Felly. Ia semakin kehilangan kesadarannya.
"Lo apa apain sih Fell. Malu maluin tau nggak," bisik Salsha di telinga Felly.
"Biarin. Biar lo tau siapa dia sebenarnya siapa." Felly menatap Aldi nyalang. Ia memberikan tatapan permusuhan kepada Aldi. "Pesan gue, jangan pernah gangguin Salsha!"
Salsha semakin tak habis pikir dengan keberanian Felly mengata-ngatai Aldi seperti tadi.
"Aduh kak, maafin Felly, ya. Dia emang orangnya gitu kok. Tapi dia aslinya baik banget kak." Salsha mewakilkan Felly untuk meminta maaf. Menurutnya apa yang Felly katakan sudah melewati batas normal.
Felly mengernyit tidak suka. "Apaan sih, Sals. Lo gak usah belain dia deh."
Salsha menatap tajam Felly seolah menyiratkan Felly untuk diam saja.
"Maaf kak," keluh Salsha.
Aldi menggaruk tengguknya yang tak gatal. Ia bingung harus bertingkah seperti apa. Tak mungkin ia balas mengatai Felly kan? Karna menurutnya apa yang Felly katakan semua itu benar adanya.
"Iya Sha, gapapa kok. Santai aja," ucap Aldi.
Salsha mendesah lega. Ia tersenyum kecil menanggapi ucapan Aldi tadi. "Yaudah kak, Salsha mau pulang dulu. Bye kak."
"Hati hati."
Salsha mengangguk. Tak mau lebih lama membuang waktu, Salsha menarik tangan Felly dan berjalan meninggalkan Aldi yang kini tersenyum penuh makna.
******