Aldi !
Nama itu terus saja berputar di kepala Salsha sejak dirinya berada di kantin bersama Felly. Semua itu karena ia sempat berpandangan dan terpesona akan manik mata Aldi serta semua hal buruk yang di lontarkan Felly membuat Salsha terus saja kepikiran akan sosok Aldi.
Salsha memang orang yang mudah kepikiran. Tentang apapun itu, tak terkecuali saat ini. Ia belum sepenuhnya percaya akan apa yang Felly katakan. Menurutnya, Aldi adalah orang yang baik, di lihat dari caranya tertawa dan manik mata Aldi. Yaa, itu hanya persepsi awalnya saja.
Tak mau terlalu kepikiran tentang hal itu, Salsha langsung membuka laptopnya, membuka file yang telah ia simpan di flashdisk nya. Seperti yang sudah di ketahui, Salsha memang suka membuat cerita. Sudah ada 3 cerita yang berhasil ia selesaikan dan sampai sekarang masih tersimpan di flashdisk nya. Dan kini, Salsha sedang berusaha menyelesaikan cerita ke empat nya yang berjudul Menanti Keajaiban. Salsha tersenyum hangat membaca hasil karyanya.
"Andai aja aku bisa nerbitin karya aku ini, pasti aku bisa nabung buat biaya kuliah nanti."
Salsha kembali mengetik lanjutan untuk ceritanya tersebut. Cerita yang berhasil menyita perhatiannya dan juga Felly. Ya, Felly sempat terkesan dengan cerita yang Salsha buat.
Saat Salsha asyik mengetik di laptopnya, tiba tiba saja Bi jum datang membawa segelas susu coklat untuk Salsha.
"Non, minum susunya dulu."
Memang sudah tradisi kalo Salsha harus meminum susu setiap malam. Dan yang memberinya susu pun selalu bi Jum.
Salsha menghentikan kegiatan mengetiknya. Salsha tersenyum hangat kepada Bi Jum. Bibi yang telah merawatnya sejak ia masih kecil.
"Mama belum pulang Bi?" tanya Salsha.
Bi Jum menggeleng. "Belum non, mungkin pulangnya tengah malam lagi."
Salsha mendadak lesu. Selalu begini, Salsha sangat jarang bertemu dan mengobrol dengan orang tuanya. Sejak kecil, Salsha hanya di asuh oleh Bi Jum. Sedangkan orang tuanya malah sibuk bekerja.
"Kapan ya Bi, Mama sama Papa ada waktu buat aku. Dari kecil, cuma Bibi yang selalu ngejaga dan ngerawat aku" keluh Salsha sembari tersenyum getir.
Bi Jum tersenyum, ia mendekat ke arah Salsha dan mengelus lembut rambut Salsha. "Orang tua Non kerja juga buat Non kan? Mereka banting tulang biar bisa biayain sekolah Nona sama Tuan"
"Tapi kan, Salsha juga butuh kasih sayang Bi. Salsha mau kok nggak usah kuliah asal Mama sama Papa punya waktu buat Salsha," gerutu Salsha.
"Udah lah Non, Bibi yakin suatu saat nanti nyonya pasti punya waktu sama Nona. Mending sekarang non Salsha minum susu nya terus tidur yaa." Bi jum menasehati.
"Iya Bi."
Akhirnya Salsha pun meninum susu nya sampai habis tak tersisa. Bi Jum tersenyum hangat melihat Salsha walaupun sebenarnya ia merasa kasihan melihat Salsha seperti ini. Salsha tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
"Bi Jum keluar yaa.,"
***
Aldi memasuki ruang musik sekolah nya. Tempat nya mojok bersama Iqbaal. Jika Aldi ataupun Iqbaal malas untuk belajar, tempat yang paling aman mereka tempati adalah ruang musik tersebut.
Aldi duduk di sofa yang ada di ruang tersebut. Mengambil gitar yang berada tak jauh dari tempatnya duduk. Rasa rindu menyergap hatinya. Rindu kepada sosok sahabat yang paling mengerti dirinya.
Keyla Deandra Putri atau yang kerap di sapa Key adalah sahabat Iqbaal dan Aldi sejak Smp. Namun, karena kepintaran Key, ia harus di pindahan ke USA untuk pertukaran pelajar.
Awalnya Aldi hanya menganggap Key sebagai sahabatnya. Tapi, setelah kepergian Key, Aldi baru tahu kalau ia mencintai Key lebih dari sahabat.
"Kangen Key,," lirih Aldi.
Aldi memetikkan senar gitanya, menutup mata dan mencoba menahan kerinduan yang semakin menyesakkan dadanya.
Jika bisa aku untuk memilih
Ku ingin apa yang ada begini tuk selamanya
Disetiap cerita pasti ada akhirnya
Disetiap suka ada duka
Apapun yang kan terjadi
Ingat kita pernah berada disini
Jangan pernah lupakan kita
Semua suka duka cerita bersama
Simpanlah dihati
Aldi menyanyikan sepenggal lagu itu untuk menutupi kerinduan nya kepada sosok Key. Key orang yang humoris, baik, lucu dan pengertian.
"Gue cuma mau bilang kalo gue kangen Key." lirih Aldi.
Iqbaal yang baru saja memasuki ruang musik sembari membawa dua botol minuman kaleng. Ia duduk di samping Aldi. Terkekeh kecil melihat keadaan Aldi sekarang. Iqbaal tau kalau sebenarnya Aldi menyukai Key bahkan sebelum Key pergi ke USA.
Iqbaal melemparkan minuman kaleng tersebut ke arah Aldi. "Kenapa lagi sih?"
Aldi menggeleng lemah pertanda jawaban. Ia membuka kaleng minuman yang di bawa oleh Iqbaal dan meminumnya sedikit.
"Kangen sama Key?" pancing Iqbaal.
Aldi lagi lagi menggeleng.
"Come on Ald, gue udah tau gimana perasaan lo ke Key. Lo suka kan sama dia?"
Aldi langsung menoleh ke arah Iqbaal. Pikirannya berkecamuk. Selama ini Aldi berusaha menekan rasa sayang dan kehilangan nya akan sosok Key agar tidak di ketahui siapapun.
Melihat Aldi yang langsung menoleh, membuat Iqbaal yakin dengan apa yang baru ia katakan. "Gue tau, dari sebelum Key pergi ke USA. Lo udah suka sama dia lebih dari sahabat."
Aldi menggeleng kuat. "Ngacoh lo."
"Dan lo jadi playboy, buat nutupin rasa kehilangan lo dari sosok Key."
Aldi semakin tak habis pikir kenapa Iqbaal bisa mengetahui semuanya. Memang benar apa yang di katakan oleh Aldi. Aldi menjadi playboy dan tak menghargai wanita hanya karna ia merindukan sosok Key. Sosok yang telah menjungkirbalikkan hatinya.
Iqbaal menatap lurus ke depan. Mencoba membayangkan kenangan saat mereka masih bersama. "Key itu cantik ya, imut, periang. Dia gak pernah nunjukin masalahnya ke kita. Dia bisa berlagak ceria saat dia punya masalah besar sekalipun."
Aldi yang mendenganya pun membayangkan sosok Key. "Saking bisanya dia nutupin masalahnya. Kita nggak tahu kalau dia sering di pukul sama Papanya. Karna, pada saat sama kita, dia selalu ceria, humoris, lucu juga."
Iqbaal terkekeh pelan. Keduanya benar benar kehilangan sosok Key.
"Wajar kalo lo suka sama dia. Karena nyatanya dia mampu buat semua orang suka sama kepribadian dia."
"Lo juga?" tembak Aldi langsung.
"Gue? Yaa nggak lah. Key udah benar benar gue anggap kayak adik gue sendiri walaupun umur kita sama. Nggak kayak lo, yang jatuh ke dalam pesonanya Key."
Aldi mengernyit. "Lo tau darimana?"
Iqbaal menepuk pundak Aldi. "Gue tau dari cara lo memperhatikan dia, cara lo menenangkan dia saat dia sedih. Semuanya. Dan asal lo tau, Key juga suka sama lo!"
Aldi semakin antusias dengan topik pembicaraan mereka kali ini. Key menyukainya ? Mungkinkah?
"Lo serius?"