Malam harinya setelah sholat isya acara tolak bala diselenggarakan di tepi sungai belakang rumah Hening. Jadi gak heran kalo sekarang disekitar rumahnya rame orang, mulai dari pihak penyelenggara sampe pengunjung yang mau menyaksikan.
"Bukankah hidup didesa sangat tentram?"
Dipa gak menjawab, untuk saat ini lagi males ngomong sama kakeknya.
Juragan Bramantyo menepuk pelan pundak Dipta, "suatu hari nanti kamu akan mengerti kenapa kakek melakukan ini. Dan saat itu kakek berharap masih hidup agar bisa melihat wajah penyesalanmu!"
Dipta mendengus kasar, "gak usah sok melo, aku gak bakal luluh. Kakek lakuin ini karena gak suka sama aku, membuangku dengan cara yang halus, itulah yang sebenarnya."
Juragan mengehela napas sambil mengangguk, "ya …, untuk saat ini kita anggap begitu."