Valie mengusap kepala Mave yang tertidur di sampingnya sejak beberapa saat yang lalu. Gadis itu kemudian beranjak, membereskan kamar kekasihnya yang bisa di katakan benar benar berantakan.
Well, ia tahu siapapun tidak diijinkan memasuki ruangan ini. Terlebih pelayan. Dan Mave termasuk seorang yang amat malas merapikan kamarnya. Mungkin lelaki itu akan melakukannya sekali dalam dua bulan.
Valie menghela napas berat, meraih keranjang sebelum memasukkan seluruh pakaian kotor yang berserakan di lantai ke dalamnya. Gadis itu menatap keluar, di mana kaca besar di kamar Mave langsung menghadap ke halaman depan mansion. Para pengawal berjajar di sana. Banyak sekali dengan pakaian serba hitam. Juga pelayan di mansion ini. Padahal, sebelum ia datang, penghuni tempat ini hanyalah Mave.
Valie menarik napas penjang, berjalan keluar ruangan dengan hati hati. Mave adalah seorang yang mudah terganggu oleh suara apapun ketika tidur. Dan ia sebisa mungkin tidak menimbulkan suara berisik yang akan menganggu Mave nantinya. Lelaki itu butuh istirahat.
Gadis itu berbalik setelah menutup pintu. Menatap jaharan pelayan di hadapannya, ia lantas mengangguk dan menberikan keranjang yang di bawanya kepada salah satu pelayan di sana, "Aku suka aroma sabunnya. Jangan ganti aromanya,"
"Baik nona,"
"Dimana Daniel?"
"Tuan Daniel berada di halaman depan Nona Valie,"
"Baik terimakasih," Valie segera melangkah menjauh. Hendak menemui Daniel.
Sedang beberapa pelayan masih menatap Valie. Valie adalah perempuan pertama yang Mave bawa ke mansion. Walaupun keduanya tidak pernah mengkonfirmasi hubungan mereka, namun Daniel sudah memperjelasnya, Mave dan Valie adalah sepasang kekasih. Sejak dua tahun yang lalu.
Walaupun Valie hanya beberapa kali pergi ke mansion, dan interaksi keduanya terkadang tidak mencerminkan jika Mave dan Valie adalah sepasang kekasih, namun terlihat jelas bahwa Mave memperlakukan Valie dengan begitu spesial. Salah satunya adalah kebebasan mengunjungi seluruh ruangan di mansion ini. Terlebih jika itu kamar dan ruang kerja Mave di mana tidak ada siapapun yang diijinkan memasuki ruangan itu kecuali Mave sendiri. Dan Valie, gadis itu bahkan bisa dengan bebas melakukan apapun di sana.
Valie, gadis itu sangat spesial, tidak ada yang tidak iri terhadapnya. Terutama untuk para gadis yang diam diam menyukai sosok Mave yang begitu berwibawa.
Di sisi lain, Valie sendiri tengah berdiri di halaman mansion. Menghadap ke arah timur di mana matahari mulai terbit di sana, "Da Zera mulai melakukan pergerakan," ujar Valie, "Terlepas jika Calisto dan Da Zera merupakan musuh abadi, tapi aku juga adalah penyebab ketegangan yang semakin menjadi itu. Mereka mengincarku. Dan Da Zera jelas tidak akan melepaskanku dengan mudah,"
"Apa yang harus saya lakukan nona?" Daniel menunduk dengan hormat. Ia mengerti maksud terselubung dari kalimat Valie.
Namun gadis itu justru menggeleng, "Tidak perlu. Aku hanya ingin melihat seberapa jauh pergerakan mereka untuk menangkapku. Aku menemukan beberapa mata mata di sini. Well, akan ku singkirkan mereka,"
"Mata mata?" Daniel menatap ke arah Valie dengan tatapan tidak percaya, "B-bagaimana mungkin?"
"Tidak masalah Daniel. Aku akan membereskannya," jawab Valie santai, gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap menerawang ke arah depan, "Calisto berpindah tangan dua tahun yang lalu. Dan jelas mengalami banyak kemajuan sejak saat itu. Ayah dan ibu juga menyetujuinya. Tapi, semakin banyak musuh yang kita hadapi karenanya,"
"Anda benar,"
"Aku akan pergi ke Nevada untuk menemui ayah dan ibu besok. Aku harap kau bisa mengatasi semuanya Daniel. Hanya untuk sementara," finalnya.
"Apa ada sesuatu yang mendesak hingga anda dan Tuan Mave hendak pergi ke Nevada?" tanya Daniel hati hati.
Valie menoleh, menatap Daniel sejenak lalu menggeleng pelan, "Hanya berniat mengunjungi ayah dan ibu. Lalu bersenang senang di Las Vegas. Mungkin juga menyingkirkan sejumlah tikus. Bukan masalah besar,"
"Baik nona saya mengerti,"
Gadis itu mengangguk, berbalik untuk kembali memasuki mansion. Namun gadis itu berhenti ketika merasakan sebuah pergerakan mengarah kepadanya. Dan dengan cepat Valie menggeser tubuhnya bertepatan ketika sebuah suara tembakan terdengar, "Kau pikir kau bisa membunuhku dengan mudah? Aku ratunya di sini. Dan kalian tidak bisa meremehkanku dengan mudah," Valie terkekeh sinis, tanpa repot repot berbalik untuk melihat siapa pelaku yang berniat membunuhnya, "Daniel. Bereskan dia,"
"Baik nona,"
Valie lagi lagi hanya mengangguk, melanjutkan langkahnya memasuki mansion besar milik Mave. Segera melangkah menuju ruang makan yang ramai akan pelayan, "Biar ku periksa makanannya,"
Beberapa pelayan tampak menurut, mundur beberapa langkah membiarkan Valie memeriksa sarapannya. Gadis itu mengangguk angguk takzim, menatap seluruh hidangan di atas meja sebelum berhenti tepat di belakang kursi yang biasa ia duduki lalu tersenyum simpul, "Wow? Belum sampai dua puluh empat jam aku pindah ke mansion ini namun aku sudah bisa menemukan dua rencana pembunuhan terhadapku? Haha lucu sekali,"
"M—maksud nona?"
"Bahkan dia tidak cukup rapi sampai membiarkan bubuk sianidanya bercecer di meja makan. Lagi pula, terletak jelas perbedaannya. Aku tidak akan mati semudah itu. Kau pikir dengan memberi racun pada makananku aku bisa mati begitu saja? Oh pemikiran yang benar benar bodoh," Valie terkekeh jenaka, "Angela,"
"Ya Nona,"
"Bereskan semuanya. Dan katakan pada Daniel untuk menangkap seluruh mata mata di sini," ucapnya tenang, wajah Valie tetap datar seolah tidak ada emosi apapun di sana. Itulah saat di mana orang tidak akan memprediksi apa yang tengah di pikirkan oleh gadis itu, "Jangan gunakan pistol lagi. Itu bisa membangunkan Mave. Aku merasa kasihan kepadanya. Ia bahkan belum tidur sejak semalam. Wajahnya bahkan sudah mirip sekali dengan panda. Terlebih kantung matanya,"
"Apa anda baik baik saja nona?" tanya Angela khawatir.
Valie mengangguk singkat tanpa menoleh, memilih menatap layar ponselnya, "Aku baik baik saja. Kau tidak perlu khawatir. Membunuhku tidak semudah itu. Dan sepertinya aku mengerti sesuatu,"
"Apa anda mengetahui sesuatu nona?" tanya Daniel yang dengan buru buru berjalan mendekat ke arah Valie.
Gadis itu lantas mengangguk singkat, "Mereka bukan mata mata Da Zera. Mereka mempunyai motif lain. Hanya untuk membunuhku. Mereka terlalu kotor untuk anggota Da Zera. Da Zera terlalu rapih untuk ini,"
"Maksud nona?"
"Mereka bukan dari Da Zera. Selidiki motifnya. Dan biarkan aku membersihkan diri. Tinggal di mansion Mave memang melelahkan. Namun setidaknya lebih baik di bandingkan jika tinggal bersama keluarga pamanku," jawab Valie santai seraya mengayunkan sebelah tangannya seraya mengedikkan bahu, "Tolong ingatkan aku untuk membangunkan Mave. Dia jelas akan marah jika aku terlambat membangunkannya. Kalian jelas tidak ingin melihat kemarahan lelaki menyebalkan itu bukan?"
"Ya, nona,"