Chereads / Maverick Davidson / Chapter 6 - Six

Chapter 6 - Six

Valie memasuki kamar Mave, mendapati sang empunya masih bergelut dengan selimut tebal. Tertidur pulas dengan posisi telungkup. Gadis itu lantas melirik jam yang berada di atas nakas, masih pukul enam tiga puluh. Masih banyak waktu untuk Mave sampai di kantornya.

Valie lantas membuka tirai, menyiapkan pakaian Mave dan juga tas kantor lelaki itu dengan setenang mungkin. Ia tidak ingin mengagetkan Mave.

Setelah selesai Valie kembali mendekati Mave, ikut merebahkan diri di samping lelaki itu dengan posisi telungkup. Menatapi Mave yang terlihat tenang dalam tidurnya. Ah iblis satu itu terlihat seperti malaikat ketika tertidur dan akan menjelma menjadi Luciver ketika sudah bangun.

"Mave," panggil Valie pelan.

Mave bergeming. Masih tidak merespon panggilan sang kekasih.

Valie tampak menahan senyumnya untuk tidak merekah terlalu lebar, lantas dengan sebelah tangan memainkan pipi Mave yang terasa kenyal di tangannya, "Maveee bangunlahh. Kau bisa terlambat hari ini,"

"Hmm?" lelaki itu berdehem, membawa lengannya meraih tubuh Valie untuk ia dekap, "Selamat pagi babe. Senang ketika aku melihatmu ketika pertama kali membuka mata di pagi hari,"

"Kau bisa terus melihatku di pagi hari saat kau membuka mata ketika kita sudah menikah nanti," jawab Valie, menyamankan dirinya dalam pelukan hangat Mave.

Mave mengangguk kemudian, meletakkan dagunya di puncak kepala sang gadis sebelum kembali memejamkan mata, "Bisakah aku tidur lima menit lagi Valie?"

"Dan kau akan terlambat jika melakukan itu," jawab Valie santai. Segera beranjak, mendudukkan diri di samping Mave yang masih terlihat begitu malas, "Hey kenapa kau berbeda hari ini? Biasanya kau adalah si diktator yang otoriter dan gila kerja. Bagaimana bisa kau terlihat malas hari ini Tuan Davidson?"

Mave menggeleng pelan seraya meregangkan tubuh sebelum ikut mendudukkan diri di samping Valie lalu memeluk erat tubuh mungil gadisnya, "Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu. Aku sangat merindukanmu. Aku lelah. Bisakah aku mengambil waktu seharian untuk memelukmu?"

"Kau bisa melakukannya nanti. Aku akan menjenguk Yuki dan kau bisa rapat di kantor. Setelah itu kau bisa memelukku sepuas yang kau mau. Sekarang lebih baik kau bersiap siap. Akan aku tunggu di ruang makan untuk sarapan," jawab Valie, berbalik menatap Mave sebelum mengecup bibir kekasihnya cepat, "Bersiaplah sayang,"

"Hmmm," lelaki itu mengangguk malas. Melihat itu, Valie terkekeh geli, sosok di hadapannya sangat berbeda dengan sosok Mave yang di kenal oleh orang orang. Dan sayang sekali sisi itu hanya dapat dilihat oleh Valie seorang.

Gadis itu melangkah keluar, sedikit membenarkan dressnya yang sedikit kusut di beberapa bagian karena ulah Mave tanpa menyadari jika sejumlah pelayan tampak mengintip ke arah kamar Mave yang memang tidak tertutup hanya untuk melihat interaksi keduanya.

"Valie," panggil Mave dengan suara keras membuat Valie menoleh.

"Yaa?? Ada yang kau butuhkan?" sahut Valie, berbalik dan melangkah cepat kembali ke kamar Mave.

"Aku mendengar semuanya tadi. Tolong bawa para penghianat itu ke ruang bawah tanah," seru lelaki itu, "Biarkan aku memberi pelajaran untuk mereka,"

"Aku sudah menduganya," ujar Valie seraya menghela napas panjang, "Cukup bersihkan dirimu lalu bergegaslah turun untuk sarapan,"

"Aku tidak akan membebaskan mereka,"

"Ya,"

"Biarkan aku membunuh mereka,"

"Terserah apa katamu dan cepatlah bersiap Mave. Astaga lihat pukul berapa sekarang,"

"Ya ya ya aku mengerti nyonya,"

Valie kembali berbalik untuk menglangkah keluar, menyempatkan menyapa beberapa pelayan sebelum bergegas menuju ruang makan. Ia dapat melihat Angela yang sekarang begitu teliti dalam memperhatikan pelayan pelayan lain yang sibuk di dapur.

Sungguh, Valie masih tidak mengerti, Angela masih terligat sangat muda, mungkin seusia dengannya atau bahkan lebih muda, namun gadis itu justru memilih menjadi kepala pelayan di mansion Mave. Bukankah gadis seperti Angela berpotensi dalam mendapat pekerjaan bagus seperti model dan lain lain.

"Nona?" Angela menyapa, tersenyum dengan wajahnya yang terlihat begitu polos, "Anda tidak boleh melamun,"

"Ah ya kau benar," Valie menggelengkan kepalanya beberapa kali seraya tersenyum, "Angela bisa kita bicara berdua? Di taman belakang?"

"Tapi nona.. Di dapur..,"

"Daniel yang akan mengawasi mereka kau tidak perlu khawatir,"

"Ah baik jika begitu," Angela mengangguk, segera mengikuti Valie berjalan menuju halaman belakang.

"Berapa usiamu sekarang?"

"Dua puluh dua nona," jawab Angela. Gadis itu bahkan berjalan di belakang Valie dengan menunduk sopan.

"Sudah berapa tahun kau bekerja pada Mavie?" langkah Valie terhenti ketika ia sampai di halaman belakang. Segera mendudukkan diri di kursi kayu yang ada di sana tak lupa menarik pelan Angela untuk duduk di sampingnya.

"Nona..,"

"Jangan sungkan Angela. Kau seusia denganku. Tidak masalah," ujar Valie seraya tersenyum, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, "Sudah berapa lama kau bekerja pada Mave?"

"Seumur hidup nona. Keluarga saya berhutang budi pada Tuan Mave oleh sebab itu kami berjanji untuk terus mengabdi pada beliau," jawab Angela, masih menunduk sopan tidak mempunyai banyak keberanian untuk menatap Valie.

"Sejak kapan kau menjadi kepala pelayan?"

"Sejak dua tahun yang lalu,"

"Hmmm sayang sekali jika kau hanya menjadi kepala pelayan. Bagaimana jika kau ku rekrut menjadi personal asisten ku?"

"Nona.?" Angela sedikit mendongak, menatap Valie dengan tatapan tidak percaya, "Nona saya pikir saya belum cukup pantas untuk itu,"

"Hei aku yang memilihmu itu berarti aku tahu kau pantas mendapatkan posisi itu,"

"Tapi nona. Bagaimana dengan Tuan Mave? Saya...,"

"Mave," seru Valie, mendongak menatap Mave yang berdiri di balkon kamarnya yang tak jauh dari posisi mereka.

Lelaki itu menatap Valie datar sebelum mengangguk, "Bahkan jika aku menolak kau tetap akan melakukannya. Tidak ada yang bisa melarangmu dan menghalangimu. Jadi terserah apa katamu Valie,"

"Kau dengar? Tidak masalah tentang gajimu Angela. Salah satu perusahaan milik Mave sudah kuambil alih menjadi milikku. Kau tidak perlu khawatir. Aku cukup kaya walaupun aku selalu bercita cita menghambur hamburkan harta Mave. Uangnya tidak akan pernah habis," gerutu Valie, "Mave,"

"Hmmm,"

"Bisakah kau meminta bawahanmu untuk membelikan sejumlah baju baru untuk Angela. Aku akan pergi pukul delapan,"

"Ya. Akan datang dalam lima belas menit,"

"Aku benar benar mencintaimu Mave,"

"Yayaya aku tahu," Mave memutar bola matanya malas. Berjalan kembali memasuki kamarnya dengan santai.

"Dia menyebalkan sekali," gadis itu kembali menggerutu, "Kau punya kartu atm pribadi?"

"Tidak nona,"

"Baik aku akan memerintahkan bawahan Mave untuk membuatnya untukmu. Kau bisa membawa tabletku untuk memeriksa jadwalku. Dan hmm kau punya ponsel?"

"Ya nona,"

"Oh bukan ponsel seperti itu, baiklah kita bisa membelinya nanti. Tunggu saja aku mempersiapkan semuanya untukmu. Terutama paspormu. Kita akan pergi ke Nevada besok,"

"Baik nona,"