Izzatunnisa dan Ainatul Fatma berbeda.
Fatma memiliki semangat hidup yang kuat, seorang pekerja keras yang pantang mengeluh. Mungkin karena ia memiliki seorang adik yang harus ia hidupi. Baru bekerja di tempatku dua bulan, ia sudah mendapat panggilan dari sebuah perusahaan swasta yang baru mulai dikembangkan.
Sejak tidak lagi bekerja di tempatku, aku semakin intens memperhatikan Fatma. Bagaimana ia menjalani hidup dan bagaimana caranya bersikap. Sesekali aku memberinya tantangan. Jika hasilnya memuaskan, berarti penilaianku terhadapnya tepat dan ini bisa dilanjutkan. Jika tidak, harus berhenti dan segera mencari target baru.
Aku harus benar-benar teliti. Sebab, aku nyaris saja kecolongan suatu kali dengan melakukan kesalahan fatal.
Aku masih mempunyai seorang lagi anggota keluarga. Tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Almarhum ibunya adalah istriku dan aku menyukai anak itu. Rasa suka yang berbeda dengan ketertarikanku pada anak-anak pilihan yang berhati murni.