Saat membaca berkas kasus, ada sebuah kesimpulan yang menyebutkan bahwa pelaku meletakkan sendiri bingkisan yang dibawanya ke tempat penyimpanan dalam rumah korbannya. Aku benar-benar tidak habis pikir saat itu. Bagaimana mungkin seorang pembunuh bisa begitu kurang kerjaan.
Di aksi pertamanya yang gagal, aku juga melihat ada kantong plastik berisi kebutuhan dapur tergeletak di atas meja. Dia berencana melakukan hal yang sama.
Dan, hal yang paling membuatku tidak habis pikir adalah saat ini. Dia, pembunuh gila itu menciplak isi rumah Nisa. Dari interior sampai perabotannya. Gila! Sungguh membuatku marah.
Sementara aku berjaga-jaga kalau pembunuh ini kabur, Alvian masuk ke kamar. Ia memeriksa keadaan Nisa dan mengeluarkan ponselnya.
"Apa pun yang kalian lakukan tidak akan bisa mengembalikan Nisa. Aku telah menyempurnakan kemurnian hatinya." Pria itu tersenyum culas, penuh kebanggaan.
"Omong kosong!" sergahku, "Dasar pembunuh terkutuk!"