Chereads / Isekai Dungeon / Chapter 35 - Manipulasi Sistem

Chapter 35 - Manipulasi Sistem

Secara ajaib, Tirta berhasil mengoperasikan komputer tersebut tanpa menggunakan listrik, bahkan ia memodifikasinya dengan kemampuannya, membuatnya menjadi unit super komputer sehingga Bella dan Neil pun terkesiap dengan sesuatu yang dilakukan Tirta.

"Bagaimana mungkin?" Bella mendekat ke arah Tirta, karena peralatan itu sendiri sekarang menjadi komputasi yang cukup canggih.

"Apa ini hanya berlangsung sementara?" tanyanya lagi.

Tirta hanya tersenyum padanya sembari memetakan jaringan di kota ini, ia mampu menembus dan memanipulasi beberapa tingkat keamanan sampai kemudian ia sampai pada data kependudukan, "Apa kau punya wajah Bell."

"Ee, ini dia."

Ia menyerahkan sebuah tanda pengenal, "Ini ya, kalian terlihat mirip, apa dia kakakmu?"

"Itu benar, sudah jelas dari nama kami bukan, kami saudara kembar."

"Ya, aku bisa merasakan kesamaannya walaupun fisik kalian sudah jauh berbeda."

Tirta memindai tanda pengenal itu hanya dengan tangannya, sebuah file langsung muncul dari dalam komputer.

"Aku tak tahu, kau bisa menggunakan teknologi secanggih ini, Tirta," ucap Neil yang ia juga heran.

Dalam beberapa gerakan jari, Tirta langsung menemukan tempat Bill.

"Ini dia, dia ada di pusat kota, kupikir mungkin ia sedang dijadikan kelinci percobaan."

Pernyataan itu sontak membuat Bella tak percaya, ia jelas-jelas waktu itu menerima pemberitahuan perpindahan Bill ke tempat kasta rendah, "Tidak mungkin, kau pasti salah!" teriak Bella.

"Apa kau punya bukti ia berada disana sekarang?"

"Aku memang tak memiliki bukti dimana ia sekarang, tapi dari pemberitahuan kepindahannya ..."

Tiba-tiba Bella terdiam, sebagai seorang yang memiliki pemikiran yang sama dengan Neil, Bella sebenarnya juga tak percaya dengan sistem yang ada di dunia ini, "Aku tahu, sejak awal orang-orang di kasta tertinggi memang memiliki hak lebih besar dibanding kami yang di kasta tengah dan bawah, itu sungguh tidak adil."

Bella mengerutkan keningnya, sejak awal ia memiliki sikap yang lebih bebas, namun dengan adanya sistem di negeri ini, itu membuatnya seperti di penjara.

"Bill juga, ia sebenarnya ingin menjauh dari tempat semacam ini, tapi--"

"Jangan khawatir, kita masih bisa untuk membawanya," jawab Tirta sebelum Bella sempat menyelesaikan kalimatnya.

Lantas hal semacam itu tentu saja tak membuat Bella tenang, tubuhnya yang tegang berdiri kemudian terduduk, wajahnya menunduk.

"Apa yang bisa kau lakukan? Bahkan jika kau mampu menyusup keamanan, pasti kau tak mampu melawan senjata canggih mereka bukan?"

Bella menyandarkan dirinya ke tembok yang lusuh, ia kemudian memeluk kedua kakinya. Namun Tirta kemudian berdiri mendekat ke arahnya, membuka tangannya lalu memandang wajah Bella yang terlihat putus asa.

"Apa? Apa yang kau lakukan?" ucap Bella sembari memalingkan wajahnya karena rasanya malu menunjukkan kelemahannya.

"Jangan khawatir, aku bisa mengalahkan mereka, bahkan mungkin aku bisa menghancurkan negara ini jika kamu mau," ungkapnya melengkungkan bibirnya. TIrta mencoba memberi semangat pada Bella.

"Kenapa kau bisa seyakin itu, kau seperti membual saja."

"Ikuti saja arahanku, maka semuanya akan baik-baik saja," ucap Tirta sembari menyentuh pundak sebelah Bella.

Tirta kemudian berdiri, "Karena kita sudah tahu dimana lokasinya, kenapa kita tidak makan dulu untuk mengisi energi?"

**

Waktu menunjukkan pukul tengah malam, Tirta duduk di ruang tamu sembari mengecek peralatan elektronik lalu memasukannya ke dalam tas. Di pojok kanan pintu terlihat Neil yang membawa kopi panas lalu menaruhnya di meja kemudian ia duduk di samping TIrta yang masih sibuk mengatur barang-barang.

"Apa kau biasa tidak tidur?" tanya Neil.

"Jadi kau ingin mencari kesempatan ketika aku sedang tidur?" jawab Tirta bernada santai membuat Neil yang menyeruput kopi tersedak dan memuntahkannya di lantai.

"Apa-apaan dengan perkataan itu?" ucap Neil sembari membersihkan lantai yang terkena tumpahan kopi.

"Sudah jelas karena aku putri yang cantik, siapapun terutama laki-laki akan tertarik denganku, sangat aneh apabila ada laki-laki tidak tertarik dengan makhluk yang rupawan nan jelita sepertiku."

Tirta sedikit menyibakkan helai rambutnya, ia masih berekspresi normal dan berbicara dengan Neil tanpa melihat Neil.

"Yang benar saja, aku tak terlalu memiliki ketertarikan dengan gadis yang lebih kuat dariku, dan lagipula aku bukan Mikka, nampaknya pria itu sangat tertarik kepadamu bukan?"

"Tentu saja, bahkan ia mengatakan perasaannya dengan lantang dan jujur."

"Aku terkesan, jadi bagaimana tanggapanmu?"

"Dia sangat lucu, jadi aku memberinya kesempatan walaupun mungkin dia harus berusaha ekstra keras untuk mewujudkannya. Tapi tentu saja, aku tak menutup kesempatan ke pria lain, kau juga bisa bila berniat."

Neil diam sejenak, ia merenungkan sedikit soal percakapannya dengan Tirta.

"Boleh, aku sedikit bercerita."

"Tentu saja."

**

Neil bercerita soal pasangan di dunianya, dimana orang-orang yang berada di kasta terendah tak boleh memiliki hubungan di kasta yang lebih tinggi. Situasinya sebenarnya cukup sulit, ia memiliki seseorang yang ia cintai di kasta rendah, namun kemudian sistem tak memperbolehkannya. Jadinya ia hanya bisa mengambil pasangan di area tempat ia berada dan harus sesuai dengan apa yang sistem bilang. Saat ia berada di kasta rendah, orang yang ia cintai ternyata berpindah ke kasta yang lebih tinggi untuk mencarinya, pada ujungnya mereka tak lagi dipertemukan.

"Biar kutebak, teman masa kecilmu?" ucap Tirta yang membuat Neil terbelalak.

"Bagaimana kau tahu?"

"Sudah jelas, dari caramu bercerita bahwa orang yang kau cintai awalnya berada pada kasta yang sama denganmu, lalu kau berpikir untuk bekerja ke tempat yang lebih baik, akhirnya kalian berpisah. Sistem kasta yang lebih ketat ini juga baru berlaku selama beberapa tahun belakangan ini bukan?"

"Kau tahu hanya dengan penyampaian ceritaku itu?"

"Ya kurang lebih aku sudah mengetahui semua hal yang terjadi di negeri ini selama hampir sehari aku tinggal disini."

Neil menatap heran, disamping takjub ia seperti memiliki harapan terhadap gadis disampingnya itu. Tirta mengambil alat terakhir di loker meja lalu selesai mempersiapkan seluruh barang.

"Sejujurnya, pengetahuan itu seperti sebuah pohon, jika kau mengetahui dasarnya maka kau dapat memprediksi atau bahkan mengetahui apa saja yang ada dalam suatu peristiwa."

"Ya, aku mengerti tuan putri yang cantik jelita."

Tirta berdiri lalu menepuk pundak Neil beberapa kali.

"Kau benar-benar pria penggoda ya."

"Sakit hei."

*****