Chereads / Juvenile Delinquency / Chapter 13 - Apa Dia Orangnya?

Chapter 13 - Apa Dia Orangnya?

Harry yakni ayah Aarun terus mengikuti istrinya Riany ibu Aarun yang tampak sangat marah, wanita tua itu berjalan cepat tanpa menghiraukan Harry yang sedari tadi berbicara padanya, pria itu dengan sabar terus mengikuti istrinya.

Orang-orang yang kebetulan juga ada di sana hanya menonton mereka, mungkin saja kini banyak kabar yang tidak sedap menimpa keluarga mereka, apalagi pastinya tetangga terdekat mereka sudah tahu jika keluarga itu tidaklah harmonis alias sudah diambang kehancuran.

Beberapa kali Harry menahan lengan istrinya namun Riany terus menepisnya, Riany telah memutuskan untuk bercerai, Riany mungkin saja telah di hipnotis oleh pria selingkuhannya, pasalnya wanita tua itu begitu mencintainya, padahal pria itu juga telah memiliki seorang istri dan juga anak.

Riany bahkan rela menjadi yang kedua, awal mula semua kesesatan ini terjadi ketika Riany diundang ke sebuah acara seorang teman sewaktu sekolah.

Riany yang tidak ingin dikalah saing oleh teman sekolahnya, memaksa Harry untuk membelikannya tas dan juga gaun yang cukup mahal, karena permintaan istrinya Harry akhirnya mau dan mereka menuju ke sebuah Mall terbesar di Sydney.

Setelah berkeliling cukup lama, akhirnya Riany jatuh cinta pada gaun berwarna hitam yang belakangnya terbuka, wanita itu akhirnya memilih gaun itu meski sebenarnya ia telah di tegur oleh suaminya jangan terlalu memakai pakaian yang terbuka.

Tibalah ia dipesta, teman SMA-nya telah berdatangan, Riany tidak menyangka jika dia akan di pertemukan dengan cinta semasa SMA-nya, pria itu adalah Roberto Alvino, bahkan yang membuat Riany sangat menyesal karena telah memutuskan Roberto yang ternyata seiring berjalannya waktu telah menjadi pria kaya dan memiliki banyak saham.

Ini bukanlah sebuah reuni, ini hanya acara ulang tahun anak teman Riany, Yerena. Yerena mengundang teman sekolahnya dulu yang sekarang tinggal di Sydney untuk sekedar berkumpul.

Setelah pesta itu, ia mulai terus memikirkan pria lain serta penyesalannya yang amat dalam apalagi jika ia sudah membandingkan Harry dengan Roberto, mereka sangat berbeda level menurut Riany.

Ia menyesal mengapa ia memutuskan Roberto dan malah menikah dengan Harry yang jelas-jelas hanya membuat hidupnya selama ini susah. Hari demi hari ia mulai tidak bersyukur atas apa yang telah ia miliki, hingga suatu ketika ia kembali meminta nomor telepon Roberto pada Yerena dengan alasan untuk sekedar menyapa teman lama, Yerena yang tidak curiga sedikit pun tentunya memberikan nomor Roberto pada Riany.

Itulah awal mula perselingkuhan itu terjadi, hingga Harry makin hari makin curiga mengapa istrinya mulai memperlakukan dirinya berbeda tidak seperti dulu, istrinya sering keluar rumah tanpa alasan yang jelas dan juga sering memegang sebuah handphone yang sebelumnya tidak pernah Harry lihat sebelumnya.

Wajar saja dirumah itu mereka hanya mempunyai telepon rumah dan tidak memiliki handphone. Aarun dan Arin terkadang saling curhat soal orang tuanya yang mulai sering bertengkar namun mereka hanya berpikir mungkin itu karena faktor ekonomi yang melemah, sama seperti suami istri lainnya.

Mereka tidak pernah menyangka jika ternyata pertengkaran itu mulai karena adanya orang ketiga.

Setelah Arin pulang ke rumah dan tahu akan kebusukan ibunya, Riany sangat marah pada Harry karena dialah yang memberitahu semuanya, setelah bertengkar hebat pada malam di mana Aarun sedang asyik berjalan-jalan bersama Ardo, saat itu juga Riany menelpon Roberto untuk tidak bersembunyi lagi dan dia menyuruh agar pria itu menjemputnya tepat di depan lorong kompleks perumahan.

Setelah menghilang tiga hari, Harry ternyata mendapati istrinya ada disebuah penginapan yang cukup jauh dari rumah, ia memperoleh alamat itu dari adik Riany yang tinggal di kampung halaman mereka, karena Riany sempat menghubungi adiknya itu.

Riany memasuki rumah dengan cara mendobraknya hingga membuat Aarun dan Arin mengalihkan pandangan dari berita yang tadi mereka tonton.

Riany sama sekali tidak melihat atau pun tidak melirik kedua anaknya yang nyata-nyatanya ada di hadapannya, hanya berbicara pada Harry sesuatu yang seharusnya tidak boleh anaknya dengar, sesuatu yang telah menjadi momok menakutkan untuk Harry dan kedua anak-anaknya.

"Aku ingin kita berpisah!" tekannya pada Harry.

Wanita tua itu kemudian masuk ke kamarnya lalu membanting pintu kamar dengan sangat kuat hingga terdengar bunyi yang keras.

"Sadar lah Riany, mengapa kau memperlakukanku seperti ini, apa yang telah ku perbuat sehingga kau jadi seperti ini." Harry mencoba mengetuk pintu kamar itu.

"Aku menyesal menikah denganmu, kau pria miskin!, gara-gara kau aku tidak bisa hidup bahagia dan hidup enak seperti teman-temanku sekarang ini, kau tahu aku sekarang paling terbawah diantara semua teman-temanku!" Teriak Rainy dari dalam kamar.

"Astaga, gara-gara itu kau melakukan ini pada kami, keluargamu!" kemarahan Harry tak bisa ia bendung lagi.

"Sadarlah, semua kekayaan yang kau lihat hanyalah titipan sementara!, yang harus kita lakukan adalah selalu bersyukur akan hidup kita Riany, aku sudah pernah bilang padamu sebelum masalah ini terjadi, jangan terlalu bergaul dengan teman-temanmu, mereka itu membawa pengaruh buruk terhadapmu!"

"Kau yang membuatku seperti ini, kau sadar tidak! Jika saja aku tidak menikah denganmu, mungkin nasib ku tidak akan seburuk ini, jika saja dulu aku menikah dengan Roberto-" Riany mengucapkan nama Roberto dengan suara rendah namun Aarun, Ayahnya Harry dan juga Arin bisa mendengar jelas nama tersebut.

Mereka semua hanya terdiam saling menatap dengan pilu.

"Aku sudah tidak bisa lagi bersamamu Harry, aku mencintai pria lain," lanjut Rainy yang langsung membuat hati Harry yang kuat itu patah.

Seolah ada beribu panah tajam berwarna hitam gelap dan panas yang tertancap di hatinya, membuat hatinya hancur berkeping-keping, rasanya ia seperti mendengar kabar duka orang yang telah tiada, sakit sekali perasaannya.

Arin kembali terduduk dan mulai menangis seperti seorang anak kecil yang ditinggal oleh ibunya, Arin tidak percaya akan perkataan ibunya, Arin sangat terpukul dan merasa sangat hancur.

Suasana rumah sudah seperti neraka, Aarun terduduk di lantai guna menjernihkan pikirannya, namun ia sangat kesal, marah, sedih, emosi dan tertekan. Ibunya bahkan makin memperkeruh suasana.

"Arin berhentilah menangis! kalian ini sudah besar, kalian pasti mengerti, janganlah seperti anak kecil!" ketus Riany yang sepertinya tidak ada rasa ibanya pada anaknya sendiri.

"Justru karena kami sudah besar, kami mengerti betapa sakitnya semua ini, betapa sakitnya saat keluarga hancur!" balas Arin yang masih menangis terseduh-seduh.

"Biarkanlah ibu pergi, atau kalian ingin ikut sama ibu, nanti ibu akan menyekolahkan Aarun sampai perguruan tinggi dan Arin akan ibu pekerjakan pada perusahaan besar milik Robert-" Aarun sungguh tidak tahan mendengar ucapan gila ibunya.

Aarun bangkit, mendekati pintu kamar orang tuanya dan "Doorrrrr!" dengan kekuatannya ia berhasil membuka pintu dan tentunya menghentikan ucapan bodoh ibunya.

Harry juga langsung masuk, pria tua kurus itu tidak percaya dengan apa yang ia lihat, istrinya sedang memegang photo seorang laki-laki yang sedang duduk bersama Riany.

Jika Harry perhatikan, pakaian Riany sama dengan gaun yang ia beli saat itu, gaun hitam yang belakangnya cukup terbuka, dengan ini Harry menyimpulkan bahwa photo itu diambil saat Riany pergi ke acara ulang tahun anak teman sekolahnya.

Dan ia juga akhirnya melihat pria yang selama ini telah berani merusak rumah tangganya, Aarun yang juga telah masuk melongo saat Harry mencoba merampas photo itu dari genggaman Riany.

Aarun dan Arin mencoba menahan ibunya agar ayahnya dapat mengambil photo itu, Riany mengamuk ia sampai menendang Aarun, meski begitu Aarun tidak menyerah.

"Hentikan! Kalian menyiksaku!" teriak Riany seperti orang gila beberapa kali.

Untung saja, Harry berhasil merampas photo itu, meski photo itu sekarang sudah sangat kusut dan robek di beberapa bagian.

Harry benar-benar tidak habis pikir "Jadi ini pria yang kau cintai itu?" tanyanya pada Riany.

Aarun dan Arin juga ikut melihat photo itu saat ditunjukkan oleh ayahnya, Aarun membulatkan matanya, ia tahu siapa pria itu, Aarun sering melihat pria itu, ia tidak menyangka jika dia adalah orang yang merusak keluarganya.

"Orang itu, d- dia..?" tunjuk Aarun dengan gemetaran dan tanpa sadar mengeluarkan air matanya.