Bukan pujian melainkan cacian yang didapatkan di istana setelah Ia mempertaruhkan nyawanya dan nyawa ratusan ribu prajurit di medan perang. Namun Ia hanya bisa diam karena tahu bahwa orang-orang yang mencacinya tidak lain adalah pendukung fanatik Putra Mahkota dan para penjilat-penjilatnya.
Langkah Pangeran Cuon berhenti ketika sepuluh meter di depannya Putra Mahkota juga tengah melintasi koridor istana menuju arah yang berlawanan. Pangeran Cuon tersenyum seperti biasa meski ulu hatinya terasa tercabik-cabik. Lalu berlutut ketika Putra Mahkota sudah berada lebih dekat dengannya beberapa meter.
"Pangeran Cuon memberi salam hormat kepada Yang Mulia Putra Mahkota," ucap Pangeran Cuon kepada lelaki di depannya yang kedudukannya lebih tinggi.
Sesaat, Putra Mahkota terkesiap melihat adiknya memberi salam hormat seperti biasa. Namun Ia langsung menguasai keterkejutannya dan menjawab salam Pangeran Cuon.
"Salammu kuterima, Adikku. Bangkitlah," ucapnya.
