Diakui atau tidak, ada secercah kelegaan di sudut hati Rachel karena kini Ia menjadi satu-satunya wanita yang ada di sisi Cuon. Mungkin itu terdengar sadis dan tidak etis, tetapi begitulah kenyataan yang dirasakan oleh Rachel. Ia sangat lega. Bahkan sepulang dari pemakaman, Ia bisa berbicara dengan nada jauh lebih ceria dari biasanya.
"Cuon, Kau tidak rindu padaku setelah kutinggal berhari-hari?" tanya Rachel.
Serigala jantan yang mulanya memasang wajah murung itupun mendongak dan mendusel-dusel kepadanya.
"Serindu apapun aku padamu, Kau tengah marah padaku. Jadi sia-sia saja jika aku memintamu untuk pulang," ujar suara jiwa Cuon.
"Ah, begitu ya. Ya, aku memang marah padamu, Cuon. Hmm, bukan marah, lebih tepatnya cemburu," ujar Rachel.
Kini Ia berani mengatakan hal itu. Tak akan ada lagi wanita yang mungkin ditemui oleh lelakinya di dunia ini kecuali dirinya.
"Cemburu? Ck, apa yang Kau cemburui, Rachel? Kau mencemburui Marina?" tanya Cuon.