Qiani bergegas keluar untuk menyusul Venus. Ia bahkan memanggilnya lagi melalui koneksi pikiran supaya Venus sudi menunggunya.
"Semoga dia tidak pergi ke tempat pelacurnya lagi," desisnya.
Qiani merasakan Venus tak jauh darinya. Namun, Ia juga bisa mencium tak hanya Venus, aroma dari kakak-kakaknya Venus pun juga terendus olehnya.
"Aku harus bergegas mendekat." Qiani melesat dengan meninggalkan serbuk keemasan berkilau.
Terdengar suara-suara mereka sedang beradu mulut, tepatnya Venus sedang diinterogasi oleh para kakaknya. Qiani pun tak membuang-buang kesempatan untuk menguping mereka.
"Jelaskan padaku, ada apa dengan sikapmu pada Qiani tadi? Kau tidak bisa mengatakan tidak mencintai wanita itu seperti pada manusia biasa, dia seorang dewi dan kau adalah ...."
"Putra Bungsu Dewa Langit, aku tunangannya. Aku tahu itu, Kak." Venus menatap satu per satu para kakaknya yang sudah menghadang jalannya.