Setelah Putra Bungsu Dewa Langit pergi, Rachel bisa menangis sepuasnya. Ia membenamkan wajahnya di bantal. Ia merutuk nasib buruknya yang menimpanya. Lelaki itu memang menolongnya dari iblis berwajah pucat, namun malah Ia sendiri juga menculiknya. Sungguh munafik.
Ia menghela napas, tak ada gunanya menangis dan merutuk ini semua. Ia harus melakukan sesuatu, minimal menghibur diri. Mungkin bertemu pelayan akan sedikit mengalihkan perhatiannya dari putra bungsu dewa langit yang kurang ajar itu.
Rachel beranjak dari ranjangnya dan bergegas berkeliling paviliun. Tentu saja Ia tidak menemukan orang lain sama sekali, mereka tidak menampakkan diri darinya. Oh, sungguh sial, kekuatan istimewanya saja bahkan sudah dicabut oleh dewa yang keji itu.