Terusir dari istana secara halus dan demi memenuhi perintah ibundanya, Pangeran Cuon pun bersembunyi di hutan puncak Gunung Ancala Tunggal. Hari demi hari Ia lewati dalam kesendirian, Ia bertapa dan baru berhenti ketika lapar atau akan buang air saja. Tempat asing ini mengajarkannya kesederhanaan yang sangat jauh dari kemewahan kehidupan di istana. Langkahnya tenang saat Ia akan memetik apel liar demi mengobati rasa laparnya. Setelah mendapatkan apel itu, Ia pun kembali ke sebuah gua yang Ia gunakan untuk bertapa.
Ratusan tahun kemudian, Pangeran Cuon tidak lagi mendamba makanan ataupun juga minuman. Baginya, makan ataupun minum hanyalah langkah untuk mempertahankan diri dari kematian saja.
Segala kesenangan dunia sudah Ia tinggalkan. Hidupnya hanya Ia gunakan untuk bertapa, menyembah pada Yang Maha Kuasa.