"Ada apa Sayang, apa kau tak cocok dengan hidangan di Anima? Kami dapat memerintahkan pelayan untuk menghidangkan menu baru yang kau sukai," ucap Dorothy saat memperhatikan Avery yang tampak sedang menyantap hidangannya dengan perlahan.
"Ah, tidak, ini sangat lezat, walau baru pertama kali aku merasakannya," jawab Avery sambil tersenyum.
"Jangan katakan kau sudah rindu dengan kehidupan di dunia manusiamu?" tanya Dorothy lagi dengan menyelidik.
"Tidak, tentu saja. Aku belum menjelajah seluruh Anima. Aku masih sedikit kagum dengan keadaan di sini. Semuanya tampak sangat indah dan ... serasa seperti dalam dunia mimpi."
"Ini bukanlah mimpi, Sayang. Dan aku tahu apa penyebabmu mengatakan itu," timpal Dom sambil tersenyum. "Ia tadi begitu terkejut saat aku menyebutkan tentang Warick. Avery bahkan mengira ia adalah seorang pria," lanjut Dom sambil tersenyum geli.
"Oh, benarkah? Warick si naga tua tukang gerutu itu? Ah, ia tak begitu menakjubkan ketika ia menyemburkan api dari napasnya. Kau akan terkejut jika menemui kaum peri, kaum mermaid, dan sebangsanya yang begitu cantik dan rupawan. Tapi jangan sampai terkecoh dengan mereka kaum peri. Terutama para elf, goblin, ataupun ogre. Mereka sering memperdaya makhluk lain dan begitu manipulatif. Tentu saja, ada juga beberapa sebagian dari mereka hanya makhluk bodoh yang mudah dimanfaatkan oleh pihak lain."
Tanpa sadar Avery begitu antusias dan menganga mendengarkan penjelasan Dorothy. Ia begitu terlarut olehnya. "Nah, jadi Sayang, selama kau berada di sini ada baiknya kau tetap tergabung dalam pack kami. Jangan menjauh dari Dom. Di Anima, kita akan dapat bertahan jika berada dalam kelompok yang tepat. Karena tak semua yang terlihat indah adalah baik, begitu juga sebaliknya. Semua tergantung makhluk itu sendiri. Banyak godaan di sini, Sayang. Siapa yang kuat dan siapa yang lemah, akan menentukan nasib mereka sendiri. Kejahatan dan kegilaan sama besarnya di sini, seperti layaknya dunia manusia. Bahkan ... bagi kaum yang sangat mengunggulkan dirinya dan merasa paling istimewa sekali pun, tak akan bisa luput dari itu."
Avery tanpa sadar menahan napasnya selama Dorothy menjelaskan padanya. Ia sungguh meresapi dan dapat menangkap nasehatnya itu.
"Oh, Mom ... kau semakin membuat Avery tak menyentuh hidangannya. Biarkan ia menyantap hidangannya dahulu," timpal Dom.
"Tak apa, aku mengerti. Apakah ... yang kau maksud adalah kaum Sorcerer?" tanya Avery penuh arti. Ia tahu, dari cerita Dorothy, wanita itu seperti hendak menyiratkan suatu makna yang tersembunyi.
"Ya, Sayang, harus kukatakan, kaum Sorcerer memang kaum yang mengeklaim diri mereka paling tinggi. Kami tak memungkiri itu, karena dengan kekuatan sihir, mereka pasti mampu melakukan apapun. Dan ... kembali lagi, tak semua yang berkilau terlihat baik. Kaum mereka sendiri pun banyak yang melakukan kejahatan dengan kekuatan sihir hitam mereka."
Avery membasahi bibir bawahnya."La ... lalu, apakah keluarga ibuku merupakan penyihir hitam?" tanyanya.
"Tentu tidak, Sayang. Walau sombong, kuakui Alastor kakekmu adalah penyihir hebat. Ia adalah pemimpin kaum Sorcerer. Dan karena putri mereka meninggalkannya, kudengar kondisinya setiap saat semakin memburuk."
"Mem ... memburuk? Apakah ia sedang sakit atau semacamnya?" tanya Avery.
"Entahlah, Sayang ... dalam setiap perkumpulan Aliansi Anima pun, aku tak pernah terlalu memperhatikan itu. Aah ... tak kusangka ternyata sekarang cucunya menjadi pasangan putraku," ucap Dorothy.
Lucius yang sedari tadi hanya diam sambil menyimak, mulai berdehem dan angkat suara. "Jangan membuat putri kita semakin terbebani dengan ucapanmu, Sayang," timpalnya.
"Oh ... bukan begitu maksudku, Avery sayang. Aku sangat menyukaimu, walau kuakui pasti akan sangat berat menghadapi kakekmu," ucapnya jujur.
Avery tersenyum dan mengangguk. "Aku mengerti, Mom, tak apa. Aku sudah siap untuk menghadapinya. Terima kasih untuk penerimaan kalian padaku," jawab Avery tulus.
"Lihat, Lucius ... putriku memanggilku 'Mom'! Aku tak dapat berhenti berdebar ketika mendengarnya memanggilku!" seru Dorothy girang dan berbinar-binar. "Oooh, putri cantikku aku ingin membawamu berkeliling mansion dan sekitarnya. Aku ingin mendandanimu dan memperkenalkanmu di kalangan para shewolf sombong yang selama ini selalu membanggakan putri-putri mereka dan berusaha mendekati Dom dengan cara apapun."
"Mendekati?" Avery spontan membulatkan matanya. "Apa maksudnya itu?" selidiknya lagi.
"Oh My ... aku merasakan firasat buruk," gumam Dom kemudian. Ia mengenali ekspresi wajah Avery yang mulai menyelidik itu.
"Well ... mendekati, yah mencoba berbagai cara untuk menarik hati Dom," ucap Dorothy sedikit mengerutkan alisnya karena ia menangkap aura serius dari raut Avery.
"Bisakah kau jelaskan, Mom? Bukankah seorang Alpha hanya dapat bersama dengan Luna-nya saja?" tanya Avery sambil tersenyum manis. Senyum yang justru begitu mengerikan di mata Dom.
"Tentu! Kami hanya ditakdirkan pada satu mate saja. Tapi bukan berarti kami dapat menghindari sepenuhnya godaan itu. Terutama para hewolf yang banyak diincar oleh para shewolf karena kekuasaan dan kekuatan mereka." Dorothy menjawab Avery dengan polosnya.
Dom mendesah dan memijit keningnya sejenak. "Mom, hentikanlah pembicaraanmu, mari kita selesaikan makan malam kita saja," ucapnya sambil memberi isyarat dengan senyuman penuh arti. I'll
"Mengapa? Mengapa harus dihentikan?" balas Avery yang kemudian menatap Dom dengan tegas. "Apakah kau sedang melarang Mom untuk bercerita tentang wanita-wanita yang mengejar-ngejarmu selama ini? Aku hanya ingin mendengarnya saja, apakah itu membuatmu tak suka?" ucap Avery.
"Oh, ayolah Sayang, bukan seperti itu," ucap Dom sedikit tak tenang.
"O ... ow, apakah aku sudah salah berbicara?" ucap Dorothy yang mulai menyadari situasinya. Ia menggigit bibirnya dengan was-was.
"Oh, tentu tidak, Mom. Dengan senang hati besok aku akan mengikutimu kemana pun kau membawaku. Aku hanya ingin 'berkenalan' dengan para shewolf di sini dan memperkenalkan diriku secara langsung pada mereka, bahwa aku adalah Luna Dom," ucap Avery penuh makna dengan penekanan beberapa kata.
Dorothy mulai tersenyum gugup. "Oh, Sayang, tidak semua shewolf. Beberapa dari mereka telah menemukan mate mereka masing-masing, dan otomatis mundur untuk mendekati Dom. Yah, mungkin hanya Ariana yang sedikit terlalu berani dan belum menemukan pasangannya," ucapnya kemudian.
"Ariana?" tanya Avery.
"Shewolf yang ... ah, maksudku hanya pengagum Dom. Ia hanya teman bermain Dom dan aku yakin ia mengerti jika telah tahu tentangmu. Tenanglah Sayang, tak akan ada apa-apa lagi diantara mereka." Dorothy tersenyum dan meraih jemari Avery yang sedang duduk di hadapannya.
"Lagi? Tak akan ada apa-apa lagi?" ulang Avery. "Apakah maksudmu, sebelumnya ...."
"Oh, bukan ... bukan, Sayangku. Ariana hanya sedikit terobsesi dengan Dom, itu saja Sayang. Tapi tak perlu kau khawatirkan, walau ia mungkin akan bersikap sedikit manja pada Dom, kau tak perlu meragukan perasaan Dom, oke?" ucap Dorothy.
"Baiklah," jawab Avery sambil tersenyum. "Aku akan beristirahat setelah ini, agar besok dapat menemanimu, Mom," ucapnya lagi.
Dorothy tersenyum sumringah. "Oh, tentu Sayangku, tentu! Pasti akan menyenangkan! Dan tentang para shewolf, tenang saja ... mereka akan mundur begitu melihat putri menantuku yang cantik ini," ucapnya antusias. Avery mengangguk dan tersenyum manis.
"Ya, pasti akan menyenangkan! Bukan begitu, Sayang," ucap Avery sambil memamerkan senyum penuh arti pada Dom.
Dom hanya mengembuskan napasnya. "Oh, Mom ... bagus, kau tak membantuku," gumamnya. Ia sadar, sifat Avery yang posesif mulai muncul. "Well, bersenang-senanglah kalian besok!"
"Pasti!" jawab Avery sambil tersenyum menantang.
"Hmm ... aku tak pernah mendapati makan malam kita 'seramai' ini sebelumnya," gumam Lucius tenang seolah justru menikmati momen-momen itu.
____****___