"Wili!"
Jeni berteriak mengeluarkan suaranya yang kencang pada hembusan angin di pinggir danau. Bulir beningnya terus saja luruh membasahi pipinya. Orang-orang bahkan memandang aneh pada Jeni yang terlihat putus asa dan rapuh.
"Aku tidak bisa kehilangan kamu, Wil! Bagaimana bisa aku melewati semua ini sendirian," lirih Jeni mengadukan kepedihannya pada danau yang luas berharap rasa sakit di dalam dadanya sedikit berkurang.
Jeni tampak menangis tersenguk-seguk. Sesekali ia berusaha mengusap pipinya yang basah oleh cairan bening yang tumpah dari pasang maniknya. Raut wajahnya benar-benar terlihat sedu.
Di waktu yang bersamaan, Jeni tampak melihat uluran sebelah tangan menyodorkan selembar tissue. Jeni memang membutuhkannya, ia segera mengambil tissue dari tangan seseorang yang entah siapa pemiliknya.
"Thank you," ucap Jeni dengan suara yang terdengar serak. Ia segera mengusap seluruh wajahnya yang basah dengan air mata dan keringat.