Dan dengan begitu, Rafael pun benar-benar terlelap. Sama dengan kebiasaannya di perjalanan menuju Abra's Island yang sudah-sudah. Mau masih remaja hingga sudah jadi pria dewasa pun hal itu ternyata tak berubah.
Karena memang, walau dia selalu saja mengapresiasi setiap detik kebersamaannya dengan sang gadis impian. Namun kini sayangnya, dia tak pernah bisa melawan kidung tidur dari suara ombak yang bersatu padu dengan suara mesin perahu di luar sana.
Sehingga kalau sudah begini dia akan melanjutkan misinya dalam mengetuk pintu hati Luna itu nanti, setelah dia mengistirahatkan matanya ini dulu selama beberapa saat. Lagipula dia ingin mengirim Luna agar bersenang-senang dulu di kapal ini selama perjalanan nanti, seperti yang dulu memang selalu dia lakukan.
Setelah memastikan sang tuan muda, Luna pun segera bangkit dari sana. Dengan hati-hati dan perlahan, dia mengangkat kepala Rafael. Lantas meletakkannya dengan perlahan pada kaca kapal di samping kirinya.