Merasa cukup merundingkan hal ini, Rafael berniat untuk mengajak Dave kembali ke tempat kerja mereka. Namun tiba-tiba terdengar denting pertanda kedatangan lift di belakang. Di mana saat dibuka terlihat wajah yang sangat familiar. Dylan Abraham.
"Loh? Raf, kamu masih di sini? Bukankah kamu naik sudah sejak tadi?"
Terjadi perubahan ekspresi lagi di wajah sang Presiden Direktur. Dia merasa lelah saja melihat Dylan yang kembali bersikap manis. Padahal baru beberapa menit yang lalu kakak sepupunya itu menyerangnya bertubi-tubi hanya untuk menjatuhkannya di depan semua anggota direksi.
Namun sudahlah. Rafael harus tetap tenang. Dia tak ingin terlibat konflik mulut, karena dia hanya akan melawan degan prestasi kepemimpinannya saja. Saat tiba saatnya nanti giliran dirinya menghajar Dylan dan Papanya itu dengan bertubi-tubi.
"Aku baru akan kembali ke ruanganku. Ada sedikit hal yang perlu kubicarakan dengan asisten pribadiku," kata sang presiden direktur dengan nada yang datar.
