"Tapi kenapa kita harus membahas hal seperti ini sih?"
Rafael mendadak protes setelah menjelaskan hal tadi dengan panjang dan lebar.
"Bukan itu alasanku membawamu ke sini. Kamu tahu, bukan?" Rafael semakin mempererat pelukannya pada Luna. Lantas kembali meletakkan dagunya di pundak perempuan itu. "Aku membawa ke sini agar kita bisa bernostalgia dengan masa lalu. Lihatlah? Bukankah ini sangat mengingatkan kita pada masa-masa remaja kita dulu? Awal kita bertemu, saling jatuh cinta, pacaran, hingga melanjutkan kisah kita di SMA. Sayangnya dari sini gedung SMA kita nggak terlalu kelihatan ya?"
Luna terdiam. Di dalam hati ia masih berusaha tegar seperti batu karang yang tidak terpengaruh, namun di saat bersamaan beberapa pertanyaan muncul di pikirannya terkait sang cinta pertama.
"Memangnya kamu sudah benar-benar mengingat semuanya?"
"Tentu saja."
Rafael benar-benar bersemangat. Ia menjulurkan telunjuknya ke depan sana.