Karena harus merangkum pekerjaannya di minggu pertama serta mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk pesta nanti, Rafael cukup terlambat menyelesaikan pekerjaannya malam ini. Dia baru keluar dari ruang kerjanya di jam satu pagi.
Pria itu mendesah di depan pintu ruangan, seraya melirik pintu kamar Luna yang berada beberapa meter dari tempatnya berdiri. Dia yakin pintu itu tidak terkunci sama sekali karena itu sudah seperti peraturan agar dirinya bisa keluar masuk. Di mana mungkin Luna telah terbaring dengan pasrah di atas tempat tidur bagaikan sebuah hidangan untuknya. Yang bisa dia santap kapan saja.
'Yang sayangnya hanya tubuhnya.'
Rafael bergumam pelan sambil tersenyum miris. Dilayangkannya pandangan pada pigura besar yang menggantung di sana. Di mana dia menemukan wajah kedua mendiang orang tuanya di sana. Di mana mereka tampak tersenyum lebar di foto itu, seraya menatap dirinya yang ditinggalkan.
Sesak.