" Safira, kami siap membawa Nivi pergi dari tempat ini, maaf kami saat ini belum bisa membebaskanmu, kami akan pikirkan jalan keluar untukmu." kata Laguna. " Pergilah cepat Laguna, aku sedang menahan dua anak buah Satriyo dengan berpura pura tersedak dan mengalami gangguan pernafasan. Carilah Juno dan suamiku Raka. Mereka pasti tau apa yang harus dilakukan." kata Safira. " Hati hati Safira, kami akan cari bantuan secepatnya." balas Laguna. Diputuskan Laguna akan menggendong Nivi yang terbungkus karet spons dan Tarno membawa ember berisi air laut dari kolam anak penyu. Tarno akan menyirami tubuh Nivi sambil mereka berlari.
Mereka pun melarikan diri tanpa ketahuan oleh anak buah Satriyo, hanya saja jarak 1 km lumayan jauh dan Tarno sudah tua, mereka tetap berlari walaupun tidak dengan kecepatan tinggi. Seiring waktu air di ember yang dibawa Tarno sudah habis. Jarak masih sekitar 100 meter lagi, Laguna mempercepat larinya meninggalkan Tarno dan buru buru masuk kedalam air. Nivi pun dapat bernapas lega. Ia menangis gembira. Butiran butiran mutiara tampak mengambang di sekitar air mata Nivi berjatuhan. Tapi Laguna beserta Tarno yang sudah menyusulnya tidak mempedulikan mutiara mutiara itu, mereka hanya peduli Nivi tetap hidup. Bertiga mereka menyusuri laut dangkal di tepi pantai yang sepi dan dilindungi oleh pemerintah karena masih dalam wilayah penangkaran penyu, sehingga tidak ada satu manusia pun yang terlihat. " kau belum pernah melewati tempat ini Nivi? tempat ini sepi, seharusnya kalian bisa dengan bebas berenang disini." tanya Laguna. " Tapi tempat ini dangkal kak Laguna, aku tidak suka tubuhku mengenai pasir, rasanya seperti diamplas, lagipula banyak hiu berkeliaran karena banyak anak penyu yang menetas disini. Tetapi sebenarnya kalau hiu tidak terlalu menakutkan, karena beberapa dari kami dapat berteman dan berkomunikasi dengan mereka. Yang menjengkelkan adalah biawak, mereka mahkluk darat yang sangat menyukai anak penyu, kadang suka nekat mengigit kami. menjengkelkan!" kata Nivi sambil mendengus jengkel. Laguna hanya tersenyum, beberapa saat kemudian Laguna melirik kakeknya, " kakek tidak apa-apakah, kakek masih kuat?" tanya Laguna secara telepati. " Masih bisa Laguna, jangan khawatir, Pantai hutan bakau sudah sedikit lagi didepan kita, Kakek bisa berjalan pulang dari sana. Masalahnya kakek tidak bisa menunggui Nivi sampai pagi menjelang, kakek tidak kuat berendam selama itu. Bagaimana denganmu Laguna?" tanya kakek. "Biar Laguna saja yang menemani Nivi Kek, Kakek pulang dan ganti baju saja, besok pagi temui Laguna di dekat karang sirip hiu ya kek. Kakek juga jangan khawatir dengan Laguna, sejak dulu, Laguna tidak pernah merasa kedinginan di laut, mau lama atau sebentar tidak pernah jadi masalah. Tapi besok tolong bawakan baju ganti ya kek ?" pinta Laguna. "Bisa diatur." kata Tarno.
Akhirnya mereka sampai di pinggir hutan bakau. " Hati hati kek, jangan sampai terlihat petugas ronda." kata Laguna sambil melihat kakeknya berjalan menaiki pantai di hutan bakau. Kakeknya hanya mengacungkan jempol dan melambaikan tangan saja karena jarak mereka sudah lumayan jauh.
Tarno pulang ke rumah secepat yang ia bisa, untungnya ia tidak bertemu siapa siapa. Sesampainya di rumah, Sumi langsung membuka pintu begitu mendengar suara ketukan, " Mana Laguna? kenapa kamu basah semua begini No?" tanya Sumi. " Panjang ceritanya, aku mau mandi dulu membersihkan diri, nanti aku ceritakan, Laguna aman jangan khawatir. Sum tolong buatkan aku minuman yang hangat ya? Sekarang aku mau mandi dulu." kata Tarno singkat, yang membuat Sumi semakin penasaran dan khawatir dengan Laguna. Walaupun begitu, Sumi tetap membuatkan secangkir kopi susu hangat untuk suaminya, selesai membuatkan minuman, Tarno pun sudah selesai mandi dan mereka duduk di meja makan. Sumi meletakan gelas minuman hangat dihadapan Tarno yang langsung menyeruputnya dengan ribut. "Aaahhh... terimakasih Sum." katanya sambil menikmati minumannya. "Jadi bagaimana ceritanya? " ujar Sumi sudah tidak sabar. " Hmm Sum, sepertinya memang kita harus mengakui bahwa Laguna bukan manusia biasa.. maksudku dibalik kebisuannya." Kata Tarno memulai ceritanya, Lalu Tarno menceritakan secara rinci petualangan paling mendebarkan dan paling aneh seumur hidupnya. Sumi mendengarkan dengan seksama, Sumi terkejut ketika mengetahui Safira masih hidup hanya saja dalam bentuk yang berbeda, bahkan Sumi ikut terharu saat diberitahu bahwa Laguna memiliki suara yang merdu. Ia ikut senang bahwa cucunya dapat berbicara dengannya. Dan walaupun diminta Tarno untuk tidak khawatir dengan keadaan Laguna yang sedang menemani Nivi saat ini, tetap saja sebagi seorang nenek pasti khawatir. Untuk mengalihkan pikirannya ia mengingat ingat segudang keanehan yang sejak dulu dilakukan Laguna. " Memang benar pak, dari dulu ada beberapa tanda tanda keanehan pada Laguna yang selalu kita abaikan, seperti Laguna yang selalu tahu dimana tempat ikan berkumpul paling banyak, ramalan cuacanya selalu tepat, bisa menahan nafas lama dalam air, tidak terganggu dengan tekanan air, bahkan ketika suhu sedang dingin Laguna tidak nampak bermasalah mencari bahan bahan untuk kerajinan tangannya. Laguna adalah perenang yang sangat baik, kalau kita ini orang berada, sudah kita daftarkan Laguna ke klub untuk lomba berenang, pasti selalu memang. " kata Sumi. " iya kita sering mengabaikan keanehannya dan menganggapnya sebagai kelebihan dari yang maha kuasa. Tapi aku sendiri penasaran dengan kaum Mer. Apakah Laguna adalah keturunan kaum Mer atau bukan? atau hanya kebetulan saja " kata Tarno. "Aku jadi teringat cerita Naira mengenai siapa lelaki yang telah menghamilinya. Dia bilang dewa laut.Apakah maksudnya kaum Mer itu?" kata Sumi. "Bisa jadi Sum. Siapapun Laguna aku hanya ingin dia bahagia. Semoga peristiwa ini lantas tidak membuat kita terpisah dari Laguna." kata Tarno yang dibalas anggukan Sumi.
Sementara itu di laut tepi hutan bakau, Laguna masih menemani Nivi. " Nivi kalau dari sini kau sudah tahu jalan pulang ke rumahmu?" tanya Laguna. " Sebenarnya Tahu kak, tetapi Nivi takut bila sendirian dan pada malam hari, karena Nivi masih kecil dan bisa terbawa arus. Kalau siang lebih mudah melihat arah arus dengan bantuan sinar matahari." kata Nivi. "Baiklah, Fajar mungkin akan terbit sekitar dua jam lagi, sementara itu kau mau menunggu dimana? " tanya Laguna. " Ke tempat biasanya kak Juno menunggu di tepi Hutan bakau saja bagaimana kak? ada perairan yang cukup dalam dan tempat untuk bertengger juga untuk kakak, jadi kita bisa istirahat sebentar. Lagipula tempatnya tidak terlihat oleh manusia. Bila sudah pagi kita tunggu kak Juno di tempat yang kak Laguna janjikan. " kata Nivi. " Hmm.. Baiklah, kakak ikuti saranmu, bagaimanapun ini teritorimu Niv." kata Laguna. Dan merekapun menunggu si hutan bakau hingga fajar tiba. Laguna bahkan membiarkan Nivi tertidur sebentar. Tetapi Laguna tetap berjaga, Laguna takut bila Satriyo dan anak buahnya akan kembali ke hutan bakau untuk mencari mereka ke hutan bakau, karena inilah tempat pertama mereka menemukan dan menangkap Nivi.
ketika matahari sudah mulai terbit, Laguna membangunkan Nivi dan mengajaknya berenang menuju karang sirip hiu. Dengan cepat mereka berenang kesana. Laguna sendiri kaget mengapa ia bisa mengimbangi kecepatan renang Nivi, biasanya ia tidak pernah berenang secepat ini. Tapi Laguna senang bisa berenang dengan cepat, ia merasa bebas, ingin rasanya melompat lompat seperti lumba lumba. " Aku belum pernah berenang secepat ini Nivi, rasanya menyenangkan!" kata Laguna sambil tersenyum. "Ini belum ada apa apanya kak, Kaka harus berenang bersama kaum Mer dewasa, pasti kakak ketagihan" kata Nivi sambil nyengir. Laguna membalas cengiran ya sambil terus berenang meliuk liuk di dalam air dengan cepat. Tak berapa lama kemudian mereka sudah sampai di tempat yang dijanjikan. Dan merekapun menunggu Juno disana. Nivi mengambil beberapa genggam rumput laut yang ada disana. " mau kak? aku lapar, semoga kak Juno membawa makanan" ujar Nivi, Laguna yang belum terbiasa memakan rumput laut tanpa diolah hanya menatapnya dengan tidak selera. " tidak terimakasih, kamu makan saja Niv, Kakak belum lapar" ujar Laguna padahal perutnya lumayan keroncongan.
Pagi ini Langit cerah tak berawan. Matahari muncul dari permukaan laut dengan indahnya. Laguna terpesona dengan pemandangan ini dan tidak memperhatikan Juno yang datang dengan cepat, dan ia tidak sendirian.