"Kita harus berenang agak jauh dari pantai Laguna, apakah kamu sanggup melawan arus?" Tanya Raka. " Kalau tidak dicoba kita tak akan tahu kan?" Kata Laguna sambil melihat perahu yang dinaiki oleh Kakek dan Neneknya berlabuh di pantai dan mereka pergi menuju desa tempat tinggal Laguna selama ini dengan tergesa-gesa. Ia sendiripun harus segera menghilang dengan pasukan yang dipimpin Raka karena sebentar lagi masyarakat desa akan berbondong bondong melakukan pencarian dirinya di laut. Tetapi ada rasa ketakutan di hatinya, apakah ia akan pernah kembali lagi atau tidak. Saat ini Laguna tidak mempunyai pilihan selain maju terus, ia hanya bisa berdoa dalam hati semoga Sang Gusti menuntun langkahnya ke depan.
"Baiklah, sudah waktunya kita pergi, biasanya kami menyelam jauh ke bawah, tetapi kami belum tahu kemampuanmu jadi kami akan berenang bersamamu diatas sampai kita bertemu dengan Shaman dari kaum Mer." jelas Raka. " ide yang bagus, aku hanya mampu bertahan tanpa udara kurang lebih 1 menit saja." kata Laguna. Dan merekapun berangkat. Laguna memperhatikan rombongan terbagi dua. Rombongan pertama sudah berenang me jauh dengan kecepatan tinggi sedangkan sisanya berenang bersamanya, termasuk ayah Juno dan Nivi yang menemaninya.
" kemana mereka pergi?" tanya Laguna.
" menjemput Shaman, ia tinggal di paling laut, tanpa membuka potensimu kamu tidak akan pernah sampai kesana." kata Raka menjelaskan. " begitu rupanya, apakah kalau potensiku terbuka aku akan mempunyai tubuh seperti kalian?" tanya Laguna kembali, dalam hati berharap tidak karena ia masih ingin bertemu kakek neneknya kembali, dan ia memerlukan kedua kakinya untuk bisa berjalan menemui mereka.
" Tergantung, klan kami adalah klan duyung, kami bukan satu satunya klan di dunia Mer, ada klan ular laut, klan kepiting, dan masih banyak klan lainnya. Ketiga klan yang kusebutkan tadi adalah klan yang paling memungkinkan karena di perairan ini dihuni oleh ketiga klan tersebut. kecuali kalau kau berasal dari tempat yang jauh melewati 7 samudera, kuharap kau bukan dari klan Coresy, tapi kurasa kemungkinannya kecil, klan Coresy tidak bisa hidup di tempat yang terang, sedang tempat tinggalmu berada di daerah tropis yang sinar mataharinya masuk hingga ke dasar laut, jadi kau bisa tenang." kata Raka sambil tertawa. " memangnya kalau aku ternyata dari klan Coresy kenapa?" tanya Laguna penasaran. Tawa Raka memudar, " maka aku terpaksa membunuhmu..." hening sejenak , lalu tawa Raka dan ajudannya memenuhi kepala Laguna. " Ya ampun cuma bercanda rupanya" desah Laguna lega. " tapi benar Laguna, klan Coresy adalah klan buangan dan tidak memiliki kesadaran seperti kita, mereka hidup berdasarkan insting. Mereka bahkan memangsa kaum Mer yang lewat dekat dekat dengan persembunyian mereka." kata Raka, " tapi jangan khawatir, kemungkinan kau adalah klan Coresy sangat kecil. Oya itupun kalau darah Mer di dalam tubuhmu cukup banyak, kalau tidak ya kau tetap manusia." kata Raka. "Hah, menenangkan sekali penjelasan mu" kata Laguna pendek, ia semakin gugup semakin jauh mereka meninggalkan pantai.
ketika mereka sudah berada di tengah lautan, pantai sudah lama tidak kelihatan, benar benar hanya laut, bahkan tidak ada pesawat , perahu ataupun sampan yang melintas, Raka memberi sinyal untuk berhenti.
" Mereka hampir sampai" kata Raka.
Dan tidak lama kemudian anak buah Raka yang bertugas menjemput Shaman kembali bersama seorang Shaman. Shaman itu tidak terlihat tua tetapi Laguna dapat merasakan bahwa orang yang ada dihadapannya ini berumur lebih tua dari kakeknya. Dan ketika Laguna melihat kearah kakinya, bukan kaki atau ekor ikan yang dilihatnya, melainkan badan ular, dari perut kebawah Shaman itu berwujud ular, ular dengan ekor yang sangat panjang. Laguna menelan ludah sambil berpikir bahwa Shaman ini pasti klan ular. Ia juga teringat salah satu dongeng yang diceritakan oleh kakeknya mengenai seorang ratu pantai selatan yang sangat cantik jelita tetapi badannya setengah ular. Mungkin ada sedikit kebenaran dalam dongeng itu. Laguna sebenarnya agak geli dengan ular, tetapi demi tidak menyinggung perasaan si Shaman, Laguna berusaha untuk tidak memperlihatkan perasaannya dengan cara menatap Shaman itu hanya dari dada keatas.
"Tetua Agil, terimakasih sudah memenuhi panggilanku, apa anak buahku sudah menceritakan garis besar alasan Tetua dipanggil kemari?" tanya Raka setelah menyapa Shaman yang ternyata seorang Tetua kaum Mer. " Raka anakku, senang berjumpa denganmu walaupun situasi saat ini terbilang tidak kondusif, dan kau selalu ke pokok permasalahan seperti biasa. Baiklah,.. ya anak buahmu sudah cerita, jadi manusia dibelakangmu ingin dibukakan potensinya? " tanya Tetua Agil. Raka memberi jalan pada Tetua Agil untuk menghampiri Laguna. Raka memang bukan seorang yang pintar berbasis basi, dan saat ini banyak masalah yang lebih penting di benaknya, basa basi adalah sesuatu hal yang tidak ada dalam kamusnya.
Laguna menganggukkan kepala kepada ketua Agil. "Selamat siang Tetua, nama saya Laguna. saya seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh Kakek dan nenek angkat saya. Belakangan ini saya banyak mengalami keanehan keanehan yang membawa saya untuk mempertanyakan asal usul saya dan siapa saya." kata Laguna. "Ya, pertanyaan yang terkadang membingungkan manusia, siapa kamu sebenarnya Laguna. Saya sendiri bertanya tanya" ujar Tetua Agil. Laguna mengerjai bingung. " satu pertanyaan lagi Laguna, apakah kamu siap meninggalkan Kakek nenekmu? begitu saya membuka potensimu, kemungkinan besar kamu tidak akan bisa kembali lagi ke dunia manusia. Apakah kamu siap?" tanya Tetua Agil. " Sejujurnya, saya tidak siap, memikirkan berpisah dengan kakek dan nenek saja sudah sakit rasanya, tetapi saat ini saya tidak punya pilihan. Kalau saya kembali sekarang, saya malah akan membahayakan mereka karena ada manusia yang sangat ingin menangkap saya atau kaum Mer manapun. Kakek dan nenek saya adalah mata rantai yang lemah dalam hal ini, pasti mereka yang akan diincar bila saya tetap bersama mereka. " kata Laguna. " putuskan mata rantainya dan semua selamat, keputusan yang membutuhkan pengorbanan yang besar. aku mengagumi keberanian mu, nak. " kata Tetua Agil, " Baik, kapanpun kau siap, menyelamlah, aku akan memulainya, tapi harus didalam laut, tidak bisa diatas sini. " lanjut Tetua Agil dan ia pun turun ke dalam air dan semakin jauh ke bawah meninggalkan Laguna. Laguna menarik nafas dalam dalam, lalu dikeluarkan kembali untuk menenangkan syaraf syarafnya yang gugup. Lalu ia menghirup kembali nafas dalam dalam dan langsung menyelam menyusul tetua Agil. " sekarang atau tidak sama sekali, sudah sangat terlambat untuk mundur!" kata Laguna dalam hati. Ikan ikan berwarna putih keperakan berseliweran di kanan kirinya, Laguna tetap mengarahkan pandangan pada Tetua Agil, "sampai kapan Tetua itu akan terus turun?" pikir Laguna. Ia menyadari bahwa Raka dan pasukannya mengikuti mereka tetapi menjaga jarak.
Laguna sudah menyelam hampir 30 detik, ia masih bisa bertahan sekitar 30 detik lagi. Tetua Agil tidak menunjukan tanda tanda berhenti. Dasar laut sudah terlihat, Tetua Agil berdiri di dasar lautan yang hampir tidak ada mahkluk hidupnya, hanya pasir sejauh mata memandang. Daerah ini pun sangat datar. Laguna heran, apa yang terjadi daerah ini sehingga daerah ini terasa sangat mati baginya. Tetua Agil tersenyum, " Kau bisa mengikutiku kesini dan masih bisa menahan nafasmu, hebat. kita lihat sampai berapa lama?" katanya lalu menyilangkan tangan didadanya. "Apa, bukannya Tetua akan membuka potensiku, apakah bisa dilakukan secepatnya? aku sudah hampir kehabisan nafas!" kata Laguna mulai panik. " Tenangkan pikiranmu, kaum Mer tidak pernah takut tidak dapat bernafas. Oksigen selalu ada dimana mana. Apapun bentuknya. Ingat itu!" kata Tetua Agil. Laguna berusaha menenangkan diri. Mukanya mulai memerah, paru parunya seakan mau meledak. Gelembung gelembung udara yang berharga keluar dari hidung dan mulutnya saat Laguna berusaha mencari udara. Air laut membanjiri hidung dan mulutnya. Tetua Agil memegang tangannya, menahannya supaya tidak kembali ke permukaan. Tubuh Laguna tersentak sentak saat air laut membanjiri paru parunya, "tenangkan dirimu, konsentrasi lah!" kata Tetua Agil. " Udara, aku butuh udara!" pikir Laguna.
Disaat dirinya sangat membutuhkan udara Laguna merasa ada yg terbuka di kedua sisi lehernya, air terasa masih membanjiri paru parunya, tetapi ia dapat bernafas. Laguna meraba lehernya, di tempat yang tadinya adalah bekas luka seperti sayatan 3 jari, sekarang terbuka dan menyaring air seperti layaknya insang pada ikan.
Tetua Agil tertawa melihat muka Laguna yang terkejut. " Kau memang punya potensi, bagus sekali. Sekarang aku bisa memulai membuka potensimu yang sebenarnya. Kemari, berdiri dengan tegap di hadapanku!" kata Tetua Agil. Laguna yang masih terkejut langsung cepat cepat berdiri tegap dihadapan Tetua Agil.
Tetua Agil meletakan ibu jari kirinya di dahi Laguna, sedangkan ibu jari kanannya berada di dada kiri tempat jantung Laguna berada. Lalu ia menundukkan kepala, menarik napas dan menengadahkan wajah dan membuka matanya, hanya saja saat ini dari matanya keluar sinar kebiruan seperti laser, sinar itu terus menjalar ke tangan Tetua Agil dan mengalir menyelimuti seluruh tubuh Laguna, tak lama kemudian dari mata, hidung, telinga,mulut dan semua jari jarinya mengeluarkan sinar laser kebiruan yang sama, sinar itu terus menyinari sekitarnya, awalnya tempat mereka berdiri adalah dasar lautan yang mati, tiba tiba rumput laut tumbuh dengan cepat dari bawah kaki Laguna menyebar hingga beberapa kilometer jauhnya, karang karang yang mati hidup kembali. Lautan yang mati tiba tiba penuh dengan kehidupan. Ikan berwarna warni bermain main keluar masuk karang. Sinar yang menyelimuti Laguna belum hilang, Tetua Agil melepaskan jarinya, mulutnya membentuk huruf o dan terlihat jelas ia sangat terkejut, bahkan Raka dan pasukannya yang mengamati dari jauh ikut terkejut dengan perubahan alam yang tiba tiba. seumur hidup mereka tidak pernah melihat pembukaan potensi yang seperti ini. Siapakah Laguna?