Tak hanya mencatat nama-nama saja, melainkan Casanova dengan sigap juga menggambar skesta wajah orang-orang penting yang sedang disebutkan satu per satu oleh Ibu Merry. Sebagai mantan pelukis wajah, hal tersebut tentu bukan masalah yang sulit bagi Casanova.
Wajah-wajah para Mister dan Miss, pimpinan tertinggi keluarga mafia itu digambar pada lembar paling depan. Sementara di lembar belakangnya adalah wajah para pejabat kota, petinggi kepolisian, petinggi tentara militer, serta orang-orang lain yang cukup berpengaruh di kota Venesia. Semua tidak luput menghiasi buku kecil Casanova itu.
"Tapi tunggu ... bukankah setahuku julukan untuk pimpinan kelompok mafia disebut dengan Godfather? Lalu kenapa sekarang berubah nama menjadi Mister dan Miss?" tanya Casanova kepada Ibu Merry. Matanya meminta penjelasan.
"Pertanyaan bagus, Anak Muda. Julukan Godfather memang ada, namun itu adalah istilah lama. Sebab, dalam beberapa dekade terakhir ini, terjadi pemberantasan besar-besaran yang dilakukan oleh polisi Italia guna menghabisi gembong mafia. Situasi menjadi kacau. Para mafia banyak yang tertangkap, terbantai di mana-mana, hingga beberapa kabur ke luar negeri. Nah, maka sejak saat itu Casanova, para mafia banyak mengganti istilah demi menjaga kerahasiaan kelompok. Godfather diubah menjadi Mister. Sedangkan untuk nama keluarga, mereka menaruh istilah 'EL' untuk nama depannya."
"EL?"
"Ya, EL. Itu diambil dari kata Elohim, yang berarti Tuhan," terang Ibu Merry.
"Tuhan? Hah, ada-ada saja, kenapa mereka membawa-bawa nama Tuhan?" protes pemuda itu. "Padahal sangat jelas, keluarga mereka menjalani bisnis kotor dan ilegal. Dan bahkan mereka tidak segan untuk membunuh orang lain demi bisa melancarkan bisnisnya. Jadi menurutku sangat aneh, jika keluarga mafia sampai mencatut nama EL di depan nama keluarga. Keluarga EL Santo, Keluarga EL Capone, Keluarga EL Lee d'Bonuchi, dan juga Keluarga EL Selena Franco. Hah, ada-ada saja. Bukankah istilah EL sangat bertentangan dengan bisnis mereka?" Casanova mengerutkan dahi, kembali meminta penjelasan.
Kali ini Ibu Merry tersenyum lebar sebelum menjawab pertanyaan. Ia merasa Casanova adalah pemuda cerdas dan begitu kritis.
"O, sepertinya kau juga harus tahu, Anak Muda, jika semua anggota mafia merupakan pribadi yang sangat religius. Tiap pekan mereka datang ke gereja untuk beribadah dan berdoa, bahkan tidak segan di hadapan para Pastor mereka mengakui segala dosa..."
"Memang benar, bisnis mereka sangat kotor. Mereka pun tak pernah membayar pajak kepada pemerintah. Namun ingat satu hal, Casanova. Bahwa kenyataannya, para mafia tidak pernah absen untuk membayar 'persepuluhan' kepada gereja (Persepuluhan: adalah kegiatan untuk memberikan 10% dari penghasilan kepada tempat ibadah)..."
"Mereka mirip Robin Hood. Bedanya, Robin Hood memberikan harta kepada orang-orang miskin di luar sana. Sedangkan mafia menyumbangkan harta kepada gereja ..."
"Tak hanya itu saja. Meskipun mafia terkenal sebagai kelompok yang bengis, tapi ada satu peraturan yang tak boleh dilanggar! Mereka tidak boleh membunuh atau melakukan peperang di kawasan gereja. Sebab mereka meyakini jika gereja adalah tempat suci. Sehingga demi menjaga kehormatannya, para mafia membuat kesepakatan bahwa siapa pun yang berada di dalam gereja, berarti telah mendapatkan perlindungan dari Tuhan. Sehingga, dalam situasi segenting apa pun mereka tidak boleh membunuh atau berperang di dalam tempat suci ini. Menarik, bukan?" tanya Ibu Merry.
Casanova mengangguk-angguk. "Seberapa bahaya mafia itu?"
"O, sangat berbahaya. Mereka disebut negara di dalam negara, sebab kekuasan dan pengaruhnya sangat besar. Dan juga, para mafia menyebut diri mereka sebagai 'mafioso', atau yang berarti pria-pria terhormat. Sehingga meskipun berbahaya, mereka harus bisa menjaga sikap sopan santun dan juga kehormatan. Bahkan, pagi ini seperti yang kau tahu, Mister Adam akan menjadi 'Ayah Baptis' untuk seorang bayi dari salah satu keluarganya. Sedangkan menjadi Ayah Baptis tidak bisa sembarang orang. Ia harus orang yang terpandang, terhormat, sekaligus religius," pungkas Ibu Merry menjelaskan panjang lebar.
Casanova mengangguk paham. Tapi tampaknya pemuda itu masih belum puas dengan semua jawaban tersebut.
"Ibu Merry, apa Anda tidak merasa janggal? Jika memang pagi ini hanya ada acara pembabtisan seorang bayi, mengapa Mister Adam harus repot mengundang ..."
TENGG!!!
TENGG!!!
Bunyi lonceng menghentikan percakapan. Semua hadirin seketika berdiri, demi menyambut rombongan yang muncul dari balik tirai besar di depan sana.
Mister Adam dan Nona Bianca menggendong seorang bayi mungil yang dibalut menggunakan kain warna gelap. Bersama mereka, juga ada seorang pastor tua berjalan paling depan membawa tongkat bertahta perhiasan, serta di belakangnya ada dua perempuan pelayan gereja yang masing-masing membawa kendi serta mangkuk besar.
Kemudian rombongan itu berjalan beriringan menuju ke arah mimbar utama, seraya tersenyum kepada seluruh tamu undangan yang berdiri memandangnya.
Terutama kepada tamu terhormat yang duduk di deretan kursi paling depan, 3 orang pemimpin tertinggi keluarga mafia itu.
Mister Adam dan istrinya bahkan sampai berhenti sejenak, demi bisa menganggukkan kepala kepada ketiganya dengan sopan.
Mister Capone mersepon cepat dengan menyaku kembali cerutunya, mengangguk dan tersenyum kepada Mister Adam.
Mister Lee d'Bonuchi, pria asia tampan itu meletakkan satu tangan ke dada, serta membungkukkan sedikit badannya dan tersenyum dengan ramah.
Sedangkan Miss Selena Franco tampak cuek-cuek saja alih-alih berperilaku sopan seperti kedua Mister yang lainnya. Perempuan cantik itu memandang lurus dengan wajah boneka salju, dingin dan tanpa ekspresi. Bahkan lebih parah ia tidak mau melepas kacamata hitamnya, sungguh perilaku tidak tahu sopan santun.
Tetapi ketiga Mister yang lainnya tidak perlu memikirkan perilaku Miss Selena itu, memang sudah begitulah adanya.
Berikutnya rombongan Mister Adam berjalan kembali, hingga sesampainya di depan mimbar utama, mereka memposisikan diri pada tempat yang sudah tersedia.
Acara pembaptisan pada pagi hari ini langsung dimulai.
Dibuka oleh Pastor yang membaca doa-doa, serta tidak lupa memberikan khotbah singkat.
Seluruh hadirin yang berdiri mendengarkan dengan saksama, meski beberapa tampak bosan dan menguap. Hingga tibalah sampai Pastor beralis putih itu bertanya, "Maka, maukah saudara, supaya anak ini dipersatukan dengan Kristus dan diterima sebagai anggota umat Allah?" tanyanya sembari menatap bayi mungil di gendongan itu, kemudian beralih menatap mata Mister Adam.
"Ya, saya mau," jawab Mister Adam mengangguk.
Selanjutnya prosesi sakral dilakukan. Dengan penuh hikmat sang Pastor menuangkan air dari dalam kendi untuk dipercikkan kepada si bayi, sebagai lambang penyucian dan juga pembersihan jiwa. Semua tamu undangan tersenyum melihatnya, mengikuti prosesi pembaptisan ini dengan sangat menghayati, seakan sedang melihat belas kasih dari Tuhan dengan mata kepala mereka sendiri.
"Amen."
"Amen."
Dan akhirnya doa penutup baru saja dibacakan oleh Pastur, sebagai tanda selesainya rangkaian acara pada pagi hari ini.
Hadirin beranjak pergi. Begitupun dengan Ibu Merry. Namun ia merasa heran mendapati Casanova yang masih tetap berdiri di tempatnya seraya menatap tajam ke arah deretan bangku depan.
"Ada apa, Casanova? Ayo kita pulang."
"Sebentar, Ibu Merry. Aku masih penasaran, mengapa untuk acara pembaptisan yang sifatnya kekeluargaan seperti ini, Mister Adam sampai repot harus mengundang 3 Mister yang lainnya?"
Ibu Merry menggelengkan kepala. "Itu bukan urusanmu, Anak Muda. Cepatlah, urusanmu adalah mengantarkan aku pulang. Sekarang!" suruhnya tak ingin dibantah.
"Baik, Ibu Merry." Casanova menurut, lalu pergi meninggalkan tempat berdirinya. Meskipun dalam hati sebenarnya ia masih bertanya-tanya...
Ada rahasia apa di balik acara pada pagi hari ini?