Chapter 9 - Dikerjain

Ratih langsung berpaling. "Pokoknya kamu enggak boleh pergi ke gunung gede pangrango. Ibu enggak akan tanggung jawab kalau hal buruk terjadi sama kamu selanjutnya." ucap Ratih. Putri tersentak. Kenapa ibunya sampai berkata seperti itu? Memangnya apa yang membuatnya bahaya saat ia berada di gunung daerah Jawa Barat?

"Apa mungkin... Ibu selama ini menghindari Putri untuk enggak pergi ke gunung gede pangrango? Apa mungkin gunung daerah Jawa Barat yang ibu maksud adalah gunung ini?!" tanya Putri yang semakin membuat ibunya itu dicecar.

Tapi bagaimanapun masalahnya, Ratih tetap memberi saran yang baik untuk Putri. Ia memegang kedua pundak anak bungsunya itu.

"Put, kamu enggak perlu tahu banyak hal mengenai ini. Yang jelas kamu harus menghindari pergi ke gunung gede. Karena ini semua untuk kebaikan kamu juga." ucap Ratih.

"Ya kenapa cuma ke gunung gede yang Putri enggak boleh pergi?! Memangnya apa yang bakal membuat Putri celaka saat disana?!" tandas Putri heran.

"Ibu enggak mau cerita tentang ini, karena kalau ibu cerita. Pasti kamu akan lebih penasaran dan bahkan nekat bakal pergi kesana. Ibu enggak mau." ucap Ratih seraya pergi meninggalkannya dengan banyak pertanyaan di kepalanya. Putri bertanya pada Kirana.

"Lo tahu kan tentang alasan semua ini?!" tandas Putri. Kirana kesal. "Apaan sih, mana gue tau!" tandasnya ikut pergi meninggalkannya.

Putri ditinggal dalam keadaan rasa penasaran yang begitu dalam. Kenapa mereka seperti menyimpan sesuatu hal yang begitu penting? Apa sebenarnya rahasia dibalik ini semua?!

Putri masuk ke dalam kamarnya, ia merasa sangat lelah hingga menjatuhkan dirinya dengan cepat ke atas kasur, merebahkan dirinya beberapa saat.

Sangat nyaman rasanya, dimana pundak dan seluruh tubuhnya terasa begitu berat serta kaku. Putri mendadak teringat dengan perkataan ibunya tadi. Ia merasa jika dirinya sedang disembunyikan sesuatu oleh mereka.

Ia tidak memiliki jawaban atas ini. Ia bingung sebenarnya apa sih rahasia dibalik ini?!

Putri memejamkan matanya, ia hanya ingin terlelap sejenak dari kebingungan dirinya yang begitu meningkat.

Tiba-tiba sebuah bayangan seorang lelaki berbaju putih berada tepat disampingnya langsung sekelebat muncul didalam pikirannya. Ia bahkan tampak tersenyum melihatnya dalam keadaan posisi tidur miring menghadapnya.

Putri langsung membuka pejaman matanya dan ia tidak mendapati apapun ada disampingnya ketika itu.

Putri merasa aneh, ia bahkan sampai merinding saat itu. Pria barusan, dia sangat mirip dengan pria berbaju putih yang menyelamatkannya kemarin. Apakah mungkin...

Ah tidak... Mungkin ini karena dirinya terlalu banyak pikiran. Jadinya melantur begini pikirannya! Itulah dalih yang Putri katakan didalam hatinya.

Ia tidak mau berpikir aneh-aneh.

Putri langsung bangkit dari kasurnya dan mengambil handuk.

Ia menutup pintu kamarnya lalu kunci. Ia buka baju dan celananya, ia lingkupi dirinya dengan handuk. Tiba-tiba saja Putri merasa seseorang seperti berdiri dibelakangnya.

Putri menoleh cepat ke belakang. Ia tersentak, tidak menemukan apapun. Putri menggeleng.

"Enggak Putri. Lo enggak boleh halu mulu!" gumam Putri, ia segera beranjak pergi ke kamar mandi.

Putri menutup pintu kamar mandinya dan mulai melepas handuk dari tubuhnya. Berkali-kali ia guyur dirinya dengan air, lalu ia usap tubuhnya dengan air.

Akan tetapi ia merasa seseorang seperti berdiri dibelakangnya lagi. Putri merasa ketakutan, tapi ia tidak menunjukkannya.

Ia segera mempercepat sabunannya dan guyur kembali tubuhnya dengan air. Tiba-tiba ketika memejamkan mata ketika mengguyur kepalanya dengan air.

Ia membayangkan pria berbaju putih kemarin muncul didepannya seraya tersenyum menyeringai. Putri langsung membuka matanya kembali, ia tidak mendapati apapun ada didepannya.

Ia merasa sangat aneh dengan ini. Ia segera menyudahi mandinya lalu lilitkan kembali tubuhnya dengan handuk.

Ia keluar dari sana, tidak sadar jika setelah dirinya keluar dari kamar mandi, Nara muncul didalam sana seraya tersenyum menyeringai.

Ternyata pemikirannya yang sejak tadi beranggapan ada seseorang berdiri dibelakangnya adalah benar.

Itu adalah dirinya.

Putri mengambil baju serta celana didalam lemari dan pakai. Ia juga menyisir sambil melihat ke depan kaca.

Ia memandang intens tanda segitiga warna merah diatas dahinya. Ia kembali dan kembali menggosoknya. Akan tetapi tanda itu tidak hilang.

"Ini apaan sih? Spidol permanen atau bukan coba? Tapi kok anehnya orang-orang pada enggak bisa ngeliat ya?" Putri heran.

Seusai dirinya keluar dari dalam kamar dan berpakaian rapih, dirinya sesegera mungkin mengambil piring dan makanan di meja makan.

Ia comot ayam ke dalam piring. Ia ambil perkedel juga. Lalu ia berniat menyiuk sayur ke dalam piringnya.

Akan tetapi ia langsung tersentak saat melihat ayam dan perkedelnya yang barusan ia ambil hilang. Hanya ada nasi putih saja diatas piringnya.

"Perasaan gue udah ambil deh lauknya, apa gue lupa ya?" batin Putri.

Ia segera mengambil kembali ayam dan perkedel, ia berniat menyiuk kembali sayurnya. Akan tetapi ayam dan perkedelnya hilang lagi.

"Lah? Ini gue yang pikun apa gimana sih?" batin Putri heran.

Putri kembali dan kembali melakukan hal itu, hasilnya ayam dan perkedel itu kembali hilang dari piringnya.

Putri hanya bisa tercengang melihat ini. Ia terdiam dan mematung lama didepan meja makan saat itu.

"Gue lagi mengalami masalah ingatan atau emang lagi dikerjain sama setan ya? Tapi masa iya sih sore-sore begini ada setan?" batin Putri jadi sedikit takut.

Putri pun hanya pasrah ketika itu, ia langsung duduk diatas meja makan. Makan hanya nasi putih dan sayur saja tanpa lauk.

Putri cemberut dan menghela nafas. "Padahal pengen ayam." batin Putri mencebik, lesu, tidak selera makan, loyo.

Tiba-tiba ayam dan perkedel itu langsung muncul diatas piringnya. Putri langsung semringah. "Ayaaam!!!"

Tapi baru akan disantap, ayam yang ada ditangannya itu langsung hilang, ia berakhir menggigit jarinya. Ia pun merasa sangat kesal hingga mendobrak mejanya.

"INI BENERAN DAH! LU SIAPA SIH! NIATNYA APA COBA NGELAKUIN HAL KAYAK GINI!" pekik Putri empet. Ia benar-benar kelewat batas sekarang.

"JANGAN BILANG LO CEWEK BAJU IJO KEMARIN YANG HOBINYA KETAWA MULU? GUE SUMPAHIN MANGAP TERUS LO." pekik Putri kesal.

Tentu ini langsung memicu perhatian ibu dan kakaknya yang berada tak jauh darinya ketika itu.

"Kamu kenapa sih Put? Teriak-teriak enggak jelas begitu? Ngomong sama sendok kamu?" tanya Ratih.

"Tau nih, lo mulai stres ya Put habis dari gunung?" tanya Kirana.

Putri merasa serba salah ingin menjelaskannya juga. Sekalipun ia mengatakan sejujurnya kalau ia sedang dikerjai oleh hantu, mereka pasti tidak akan percaya dengan ini.

"Gue kesel akh! Tauk ah gelap!" ucap Putri kembali duduk di kursi makannya, meski hanya dengan nasi dan sayur saja.

"Masih terang udah dibilang gelap. Pake kacamata lo?" ucap Kirana seraya pergi meninggalkannya, diikuti oleh sang ibu.

Putri memakannya dengan kesal.

"Ketawa kan lu sekarang!" cerocos Putri.

Di ujung sana, tanpa Putri sadari Nara tertawa geli melihat ini. Belum pernah ia sesenang ini sebelumnya. Ternyata mengasyikkan juga mengerjai wanita ini. Entah kenapa ia jadi ketagihan.