Setelah menyelesaikan makannya, Putri duduk menonton televisi bersebelahan dengan kakaknya. Kebetulan hari ini Kirana sedang tidak masuk kerja, libur tanggal merah soalnya.
Ada dua tanggal merah berturut-turut di minggu ini yaitu jatuh di hari senin dan selasa.
Begitu pula dengan Putri, makanya ia memilih menghabiskan waktu dua harinya itu untuk mendaki gunung bersama para rekan kerjanya.
Remot terus dipegang kendalinya oleh sang kakak, ia sedang sibuk menonton drama korea saat itu.
Apalagi ketika bagian sang wanita dipeluk oleh lelakinya lalu dicium kening olehnya. Ia langsung berkata "Uuu, co cweet banget sih." ucap Kirana.
Berbeda halnya dengan Putri, yang jadi membayangkan kejadian kemarin, saat dirinya dicium keningnya oleh Nara.
Kirana kembali berkata. "Kok gue jadi keinget sama pacar gue ya. Karakternya bener-bener mirip sama pacar gue ih serius." ucap Kirana.
Putri jadi merasa sedikit galau. Ia sadar saja, kalau dirinya malah berharap kepada lelaki yang hanya ada di khayalan dan mimpinya saja.
Berbeda jauh dengan kakaknya yang memiliki pasangan nyata, bukan sekedar
ilusi seperti dirinya.
Putri menghela nafas.
Disaat yang sama Nara tiba-tiba muncul disebelahnya, memandangnya sedih. "Saya disini." ucapnya.
Putri tersentak saat mendengar suara barusan. Ia segera menoleh ke sumber suara. Akan tetapi tidak ada siapapun disana. Putri merinding. Ia merasa curiga dengan ini.
Ia segera melihat ke arah Kirana. Dirinya tampak serius menonton drama di tv. Dia tidak bersuara sedikitpun! Bahkan ibunya juga sedang berada di kamar. Lalu barusan suara siapa?!
Disaat Putri yang sedang sibuknya memikirkan tentang hantu, Kirana mengajaknya berbicara.
"Put, lo emang enggak kepikiran punya pacar kayak gue gitu?" tanya Kirana.
Putri langsung tersadar dan langsung menjawabnya seadanya. "Gak niat pacaran, mending langsung nikah. Itu pun KALO ada." ucap Putri sedikit pasrah.
Kirana hanya menertawainya ketika itu. "Serius deh, lo polos banget sih Put? Lo itu cantik tahu! Cuma lo-nya aja yang enggak pedean sama enggak pernah dandan.
Kayak gue dikit kek, nyisir aja jarang lo hahaha. Gue rasa kutu pun pada nyasar pas jalan dirambut lo." Kirana tertawa geli. Putri mendelik sebal.
"Nyesel gue denger ujungnya. Muji ya kira-kira dikit lah, masa dibarengin sama sindiran." batinnya.
"Kamu memang cantik. Dia benar."
Putri tersentak. Suara barusan...
Tentu bukan suara kakaknya! Putri sesegera mungkin bangkit dari kursinya sedikit menjauh. Kirana merasa heran melihatnya tiba-tiba bangun seperti itu. "Kenapa lo? Kompor belom dimatiin?" tanya Kirana.
Putri tampak begitu ketakutan saat itu. Kirana yang melihatnya pun semakin heran. "Kenapa sih, diem aja begitu?" tanyanya.
Putri langsung menggidik dan kabur detik itu juga ke kamarnya.
"Lah bocah, main kabur aja. Bilang aja males ngomongin soal pacar sama gue. Biarin aja, gue langkahin kawin lo." ucap Kirana.
Putri berlari ke dalam kamarnya lalu menutup pintunya dengan cepat. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan. Ia berjalan menuju kasurnya lalu duduk.
Berpikir banyak hal dilandasi perasaan curiga sekaligus takut pada saat bersamaan. "Suara barusan kayak suara cowok sih. Bahkan seinget gue itu suara mirip banget sama suaranya cowok baju putih kemarin. Apa mungkin dia ngikutin gue sampai sini ya? Hah? Masa sih? Berarti yang gue mimpiin kemarin itu... Beneran?!" ucap Putri tidak menyangka.
"Jadi... Dia benar-benar ada? Dia bukan... Ilusi ataupun mimpi gue aja?!"
Entah kenapa setelah tahu mengenai hal itu. Putri merasa sangat senang, hatinya bahkan seperti berbunga-bunga ketika itu.
Entah kenapa ia merasa dicintai. Akan tetapi separuh hatinya menganggap ini adalah hal yang tidak masuk di akal.
"Enggak...Enggak...Enggak Putri, kenapa sih lo malah kepikiran buat punya cowok yang lo tahu sendiri dia adalah makhluk halus! Duh, gue bego banget sih sampai mikir hal kayak gitu." ucap Putri terus menyalahkan dirinya hingga ia menjatuhkan dirinya ke atas kasur lalu tiduran.
Ia melamun. Memposisikan tidurnya miring ke kanan. Ia bahkan berharap jika pria berbaju putih kemarin ada disamping kanannya, berposisi tidur miring seperti dirinya. Tapi ia merasa sangat bodoh ketika itu.
Lebih bodohnya lagi saat dirinya tiba-tiba mengambil ponsel lalu download aplikasi pendeteksi hantu.
Ia arahkan kamera ponselnya ke arah depannya. Dan kedua matanya langsung terbelalak saat melihat ada energi hantu di depannya melalui aplikasi ponsel tersebut.
Apakah mungkin pria berbaju putih itu kini sedang ikut tiduran disampingnya? Berhadapan dengannya?!
Entah kenapa Putri merasa begitu senang, ia sangat ingin... Menyentuhnya.
Tangan kanan Putri tergerak untuk menyentuh bagian depannya, seolah merasakan kehadirannya melalui aplikasi pendeteksi hantu itu.
Ia mencoba untuk mengusap-usapnya.
Dan ya, ternyata memang benar. Nara sedang berada disampingnya, dalam posisi tidur memiring ke kiri, menghadapnya. Nara memegang tangan Putri yang sedang mencoba untuk mengusapnya.
Nara arahkan tangan Putri untuk mengusap pipinya ketika itu. Putri tersentak saat mengetahui tangannya bergerak dengan sendirinya, seperti diarahkan oleh sesuatu.
Putri tidak percaya dengan itu.
Bahkan sepintas muncul sebuah pintasan kalau Nara sedang berada didepannya dalam keadaan tangannya menyentuh wajahnya.
Putri benar-benar tidak menyangka dengan ini. Ia cukup senang dengan ini.. Bahkan kini ia coba memejamkan mata dan membayangkan kalau Nara ada didepannya sekarang.
Itu terus ia lakukan untuk beberapa waktu yang lama. Begitu pun dengan Nara, ia turut merasa senang dengan itu.
Tengah malamnya, Putri merasakan panas dingin disekujur tubuhnya, ia masih dalam keadaan tertidur saat itu.
Tetapi keringat mengucur deras, ia usik-usikan berkali-kali. Ia merasa sangat tidak nyaman dengan tubuhnya, ia merasakan tubuhnya seperti terbakar, disamping itu juga ia merasa pegal dan merinding pada saat yang sama.
Dibarengi dengan itu juga ia sedang mengalami mimpi buruk. Didalam mimpinya itu ia sedang dikejar oleh banyak tentara jin yang ia temui beberapa waktu lalu di gunung gede.
Tidak ada yang ia lakukan kecuali terus berlari dan berlari dikejar oleh mereka. Tapi sayangnya ia cepat terkejar oleh mereka, bahkan parahnya disaat itu ia tersandung oleh sesuatu.
Putri terus usik-usikan, ia merasa sangat ketakutan, keringatnya membuncah keluar.
Tiba-tiba seseorang muncul dan langsung menusuk para tentara jin itu dengan kerisnya. Pria berbaju putih itu adalah Nara, dia langsung memegang tangan Putri dan membawanya pergi dari sana.
Putri terus digandeng olehnya menuju jalan penuh cahaya didepannya. Putri merasa tersilaukan ketika melihat ke depannya.
"Putri... Sebentar lagi kamu akan bisa melihatku. Jangan dulu palingkan wajahmu ke arah lain. Tetaplah untuk menanti diriku hadir. Aku akan datang sesegera mungkin. Menjemputmu."
"Nama kamu siapa?"
"Nara. Dan saya adalah kekasih yang sudah ditakdirkan menjadi belahan jiwamu."
Putri tiba-tiba membuka kedua matanya, ia segera tersadar dari mimpinya itu. Memburu nafas berkali-kali, ia terengah-engah. Bahkan dirinya sampai mengeluarkan buliran air mata menurun jatuh ke pipi.
Entah kenapa ia merasa sangat sesak dadanya. Antara merasa sangat senang dan sedih pada saat yang bersamaan. Kenapa begitu banyak mimpi yang tidak ia mengerti?
"Nara..." Putri menangis.