Chereads / Keturunan Terakhir / Chapter 6 - Kilas Balik Penyerangan

Chapter 6 - Kilas Balik Penyerangan

*flashback on*

"Pack Dentes menyerang sisi selatan benteng!"

"Mereka menggunakan banyak Rogue! Panggil Alpha dan yang lain ke sini!"

"Bagaimana ini? Kondisi benteng kita sedang gelap gulita, tak ada penerangan cukup!"

"Ini pasti sabotase! Ada mata-mata di sini!"

Kegaduhan malam itu terjadi dalam benteng Pack Mensis. Terlihat banyak sekali warrior yang mondar mandir mencari persenjataan mereka dan juga alternatif lain untuk pencahayaan mereka saat itu.

Di tengah kegaduhan yang terjadi, Alpha, Beta, dan Gamma datang ke barisan paling depan. Nikk melihat Chris memimpin pasukan di sana. Ada banyak sekali anggota yang ia bawa dan beberapa Rogue. Ia bisa mencium bahwa bau para werewolf ini tidak menyatu dengan klan milik Chris. Itu berarti, mereka adalah Rogue. Karena Rogue adalah werewolf yang tidak memiliki klan. Mereka akan membantu apabila mendapat imbalan.

Nikk maju ke tengah untuk mendekati Chris. Saat anggotanya ingin menyerang, Chris menahan mereka. Ucapannya penuh kesombongan, membuat anggota Nikk jengah mendengarnya.

"Kau bermulut besar seperti biasa, Chris. Jadi kau ingin bermain licik ya dengan menyerang klanku di tengah kegelap gulitaan ini. Kalau kau bermain licik, aku pun bisa bermain sama."

Nikk memanggil Cleon dan ia menyerahkan senjata milik Nikk yang paling ia gemari. Ia langsung menghunuskan tombak panjang itu tepat ke hadapan wajah Chris. Segaris luka berhasil ditorehkan Nikk ke pipinya. Setetes darah turun mengalir dan Chris menghapusnya dengan gerakan lambat.

"Kau! Mari kita lihat siapa yang akan menang."

Pada akhirnya dua klan tersebut berperang. Namun sangat disayangkan karena banyak sekali anggota dari pihak Nikk yang tumbang. Penyerangan tiba tiba yang dilakukan Klan Dentes membuat klannya tidak siap. Mereka kurang persenjataan karena memang sedang dalam perbaikan, sedangkan lawan mereka berperang dengan senjata lengkap.

Tak bisa dihindari. Pertempuran itu sangat hebat. Untungnya kawasan di mana Klan Mensis berada agak jauh dari kawasan manusia, jadi tak ada korban jiwa dari pihak manusia di luar klan mereka.

Tampak peperangan itu sudah mulai menemui titik terang. Klan Dentes menarik mundur pasukannya karena anggota mereka banyak yang meregang nyawa. Sedangkan Klan Mensis, banyak diantara mereka yang juga luka-luka dan tak sedikit yang tewas dalam pertempuran. Dari 500 anggota, 100 diantaranya tewas, 200 lainnya luka berat, dan sisanya luka ringan. Tak terkecuali Nikk, Cleon, dan Galen. Mereka bertiga terkena luka ringan.

"Ini kekalahan terbesar kita. Selama pemerintahan ayah, kita tak pernah menghadapi kematian sebanyak ini."

"Sudahlah Nikk, memang Klan Dentes itu licik, dia selalu tahu kapan kelemahan kita sedang ada di puncak. Untungnya bulan sedang normal, kalau tidak sudah habis mereka semua."

"Mereka tak bodoh. Kalau mereka menyerang kita saat bulan purnama, mereka tahu mereka akan kalah, Galen."

"Betul Cleon. Lain kali kita pakai cara licik untuk membalas kematian para anggota kita. Chris memang kurang ajar. Berani-beraninya dia memulai peperangan."

Cleon mengusap dagunya. Ia mencari sesuatu yang sangat penting, yaitu daftar anggota yang tewas dan luka-luka.

"Galen, kau sudah dapat datanya?"

"Belum, Delta masih sibuk membantu mengobati tim medis kita menangani anggota yang luka. Mungkin satu jam lagi daftar namanya akan muncul."

Nikk mondar-mandir di depan kursinya. Ia tak memperdulikan pelipisnya yang berdarah akibat hantaman keras dari senjata milik Chris. Ia hanya memikirkan bagaimana cara yang tepat membalas semua perlakuan ini dan apa penyebab terjadinya kejadian ini.

"Kenapa bisa kita sampai selengah ini? Chris sepertinya mengirim mata-mata di antara kita karena mereka tahu betul keadaan di benteng kita seperti apa."

"Menurut yang kudengar juga begitu. Kemungkinan besar ada pengkhianat di antara kita, Nikk."

Cleon mencari tahu dengan kemampuannya membaca pikiran. Ricuh sekali. Di mana-mana anggotanya sibuk berpikir ada apa dan bagaimana masalah ini bisa terjadi. Ia hampir tak bisa menyaring semua pemikiran orang karena terlalu ribut. Dalam pikirannya ia mencoba lebih fokus dan akhirnya ia menemukan orang yang diduga sebagai pengkhianat.

"Aku tahu pengkhianatnya."

Galen menoleh dan menatap Cleon lama sekali sebelum akhirnya ia berbicara.

"Siapa? Katakan dengan jelas, Cleon."

Cleon tak begitu yakin. Antara percaya dan tidak, ia mengucapkannya dengan perlahan. Tapi sebelum itu, ada seorang warrior yang masuk dan memberikan daftar nama atas siapa saja korban tewas dan luka-luka. Mereka mengumpulkan para anggota dengan hati-hati. Jadi, agak sedikit terlambat untuk memberikan nama-nama yang diminta Galen sebelumnya.

Galen merapalkan satu per satu nama korban yang berjatuhan saat itu, terlebih korban tewas. Karena mereka harus menyiapkan pemakaman bersama dan penghormatan terakhir. Ada sekitar 112 anggota yang tercatat tewas di lokasi peperangan. Kondisinya macam-macam. Tak perlu dideskripsikan karena ia khawatir Cleon akan mual.

Nikk mendekat dan menggapai daftar nama tadi. Ia kembali membaca dan mencoba mengingat nama-namanya untuk jaga-jaga. Ditakutkan ada yang terlewat atau ia melewatkan sesuatu yang penting. Selepas ia melihat daftar itu, Nikk kembali duduk di kursi kebesarannya dan tampak berpikir lagi. Kepalanya jadi sakit sekarang. Apa yang akan ia lakukan untuk memberi kompensasi pada keluarga korban tewas nanti?

"Cleon, bisa coba kau urus masalah kompensasi keluarga korban tewas? Kepalaku pusing sekali."

"Tidak mau. Aku mau menginterogasi terduga pengkhianat."

Nikk memijit pelipisnya. Cleon begitu keras kepala. Ia sudah tahu akhirnya kalau Cleon yang ingin menginterogasi terduga itu. Maka dari itu ia menyerahkan tugas lain pada Cleon dan membiarkan dirinya sendiri yang akan maju. Mungkin ia akan ditemani Galen.

"Cleon, tolong dengar pemimpinmu." ujar Galen dengan penuh penekanan. Cleon yang diberi bantahan dua kali dari Nikk juga Galen akhirnya mengalah. Meski pun taringnya sudah memanjang tanda ingin melawan, pada akhirnya ia memang harus mengalah karena Nikk terlihat siap manyerangnya.

"Oke. Aku akan mengurus masalah kompensasi itu."

"Bagus. Sekarang beri tahu siapa terduga pengkhianat di sini. Aku butuh informasi lanjutan darimu."

Nikk menatap Cleon dengan tajam. Ia tak main-main. Ia benar akan mencengkeram dagu Cleon apabila mengulur-ulur waktu. Ia butuh informasi yang akurat dan terpercaya. Saat ini hanya Cleon yang bisa diandalkannya.

Galen menatap Nikk dan Cleon dalam diam. Dia memang terlihat paling tenang dan paling stabil emosinya. Ia juga jarang berbicara dan terkesan cuek. Akan tetapi dirinyalah yang paling peka terhadap situasi dan kepribadian seseorang.

Galen berjalan mendekati Cleon. Ia menatap jauh ke dalam mata Cleon. Pancarannya yang tak gentar bahkan mampu mengalahkan pertahannya sendiri. Ia meletakkan kedua tangannya di kedua bahu Cleon. Selagi ia menghela napas panjangnya, tatapannya berubah menjadi teduh.

"Ceritalah Cleon. Kami sangat butuh info darimu. Siapa sebenarnya terduga itu? Nikk akan langsung menginterogasinya mewakili dirimu."

Cleon memejamkan matanya. Sembari menghela napas, ia berkata, "Watcher. Dialah terduganya."

*flashback off*