Chereads / Nafkah Satu Juta Rupiah / Chapter 5 - Bab. 5. Pelet

Chapter 5 - Bab. 5. Pelet

POV Rani.

Aku Rani, seorang karyawan di sebuah perusahaan sawit terbesar di Sulawesi. Alhamdulillah selama bekerja disana, kehidupanku menjadi lebih baik.

Di sanalah Aku bertemu dengan mantanku terdahulu dan telah menjadi Mandor saat ini. Ya namanya Fatir. Dia sangat tampan. Semua rekan-rekan ku begitu mengaguminya.

Siapa yang tak mau dengan pria tampan, mapan apalagi seorang Mandor. Waaahhhhh bisa terjamin seumur hidup.

Aku juga tak mau kalah dengan mereka. Setiap hari saat berpapasan, Aku selalu memperlihatkan senyum terbaikku, agar Mas Fatir melirikku.

Namun ternyata tak semudah pergantian lampu merah ke lampu hijau. Ternyata Mas Fatir sudah menikah dan memiliki istri yang cantik dan juga dua orang anak.

Mendengar berita itu membuatku kecewa. Aku sudah terlanjur jatuh cinta padanya. Hingga banyak pikiran-pikiran yang seliweran keluar masuk di kepalaku. 'Mengapa Mas Fatir begitu cepat menikah? mengapa bukan aku saja yang menikahinya??' Batinku.

Hingga suatu hari seorang rekan kerjaku memberi saran yang sebenarnya membuat bulu kudukku merinding. Ia menyuruhku untuk memelet Mas Fatir. Dia punya kenalan yang kemampuannya sudah sangat di ketahui oleh orang banyak. Karena rasa cinta yang begitu besar aku pun menyetujui saran temanku.

Setelah istirahat, Aku pun meminta izin untuk kembali ke perumahan karyawan karena alasan sakit. Begitu pun temanku. untuk menjalankan rencana ini, Aku mengeluarkan biaya sebesar lima juta. Aku tak perduli, yang penting Mas Fatir menjadi milikku.

Dengan mengendarai motor milikku, Kami pun segera menuju tempat dukun itu berada. Sekitar sepuluh menit menempuh perjalanan, akhirnya kami sampai.

Melihat tempat tinggal sang dukun, bulu kudukku merinding, sungguh sangat angker.

"Permisi Mbah..." ucap Dina, teman yang memberi saran untukku ketempat dukun ini.

"Masuklah kalian berdua"pinta dukun itu. Sepertinya Ia tau kalau kami datang berdua.

"Yuk...Ran...kita masuk" pinta Dina lalu menarik lenganku untuk masuk bersamanya.

"Sebenarnya Aku takut Din..."ucapku sedikit merinding ketika memasuki ruangan sang dukun.

"Siapa nama Pria itu"ucap Sang Dukun.

Kami berdua pun terkejut. Belum juga duduk dan menyampaikan maksud kedatangan kami, si dukun udah tau duluan. Emang jago ya!!

"Kalian duduklah..."Pinta sang Dukun.

Kami pun duduk lalu menyerah kan beberapa persyaratan yang Ia minta.

"Katakan siapa namanya" tanya Mbah dukun lagi

"Namanya Fatir Mba" ucapku terbata bata karena takut jika ada hantu atau apalah gitu.

Setelah melakukan ritual dan mengambil foto Mas Fatir. Dukun itu lalu memberikan ku seikat sapu ijuk kecil dari pohon aren. Di dalamnya juga terdapat foto Mas Fatir.

"letakkan ijuk itu di dalam kamarmu, kemudian jangan biarkan Fatir minum air kelapa Muda. karena peletnya akan hilang, dan kembali padamu." jelas Mbah dukun itu.

Aku pun mengangguk. Setelah melakukan pembayaran ku pun pulang.

"Besok, saat melihat dirimu Ia akan langsung memeluk dan tak mau jauh darimu...ingat pantangannya!!!" mendengar ucapan Si Mbah aku pun menjadi lebih semangat.

Keesokan harinya, Aku pun berangkat seperti biasanya. Tapi setelah mendekati pintu gerbang, mataku tertegun saat melihat Mas Fatir menyambut ku dengan senyuman yang paling manis menurutku.

"Mas Fatir...ko disini????" tanyaku basa-basi.

Tanpa aba-aba, Mas Fatir lansung memelukku dan kata yang di ucapnya membuat hatiku berbunga-bunga.

"Rani....aku mencintaimu...!!" itulah kata yang Ia ucapkan.

"Aku juga Mas....tapi....Mas kan sudah punya anak dan istri Mas...Aku tak mau jadi pelakor" ucapku dengan manja agar Mas Fatir semakin terpesona.

"Tenang saja sayang...Dia tak akan tau...Oke.." ucap Mas Fatir meyakinkan. Aku pun membalas dengan anggukan. Dan Akhirnya kami masuk bersama dengan bergandengan tangan. Kemudian kami berpisah di pintu masuk perusahaan.

Hari-hari kami lalui dengan sangat bahagia. Setiap kali Mas Fatir lembur, maka Ia akan tidur bersamaku. Kami pun sudah melakukan hubungan layaknya suami istri walaupun aku harus KB. Hal itu membuat Mas Fatir dan tentunya Aku semakin ketagihan.

Jika malam Minggu hingga Senin, Mas Fatir akan pulang ke rumah istrinya. Karena Ia tak mau jika instrinya jadi curiga. Aku pun tak masalah. Bahkan setiap gajian aku lebih banyak dapat jatah daripada sang istri.

Hubungan kami pun berjalan dengan baik tanpa di curigai siapapun kecuali Dina. Pernah satu ketika Dina datang padaku, katanya Mba ingin bertemu. Ternyata Mba dukun itu mengancam akan mengadukan diriku pada Mas Fatir, jika Aku tak melayaninya di ranjang. Dengan terpaksa aku memenuhi permintaan sang dukun dengan syarat menggunakan pengaman. Aku tak perduli, yang penting Mas Fatir tetap bersamaku.

Hari demi hari berjalan sesuai keinginanku. Hingga suatu hari Mas Fatir datang dengan membawa tas ransel. Ia mengatakan jika istrinya sudah mengetahui tentang gajinya. Tapi Aku tetap merasa tenang. karena Mas Fatir tetap lebih memilih diriku. Seperti biasanya malam yang kami lewatkan selalu menjadi malam yang panas.

Tiga Minggu kemudian, Mas Fatir mengajakku ke rumah orang tuanya. Katanya Ia akan menceraikan Viana istrinya dan menikahiku. Sungguh ini berita bagus.

Namun tak ku sangka, saat sedang bermesraan dengan Mas Fatir, seorang anak perempuan menarik rambutku begitu keras hingga terasa perih di kulit kepalaku.

"Aaahhkkkkkhhh....sakit...Mas...!"

"Widya sayang....jangan Nak...!!Bunda tak pernah mengajarkan Widya seperti itu.." ucap istri Mas Fatir mencoba membujuk anaknya yang tak mau melepaskan genggaman tangannya di rambutku

"Widya... apa-apaan ini..!!!" Mas Fatir membentak Widya.

"Mas...Jangan bentak Widya...!!!" ucap istri mas Fatir tak terima karena Mas Fatir membentak anaknya demi membela diriku. Ohhhh senangnya. aku bersorak di dalam hati.

Karena bentakkan Ayahnya...Widya pun melepaskan rambutku, sungguh, jika bukan anak Mas Fatir, udah ku gampar tu anak..!!!

"Ayah...jahat...ayah ko tega peluk Tante-tante ini...di depan Bunda lagi Yah...apa ayah tak sayang bunda lagi???" ucap anak itu.

"Viana...kamu sengaja ya bawa kifli dan Widya kesini, agar aku balik sama kamu??? Kamu menjadikan mereka senjata untuk meluluhkan hatiku??" tanya mas Fatir. Sepertinya Mas Fatir tak terima jika Istrinya membawa ke dua anaknya menemuinya. Waahhh sungguh pelet ini sangat ampuh.

"Dengar ya Mas..Aku kesini karena permintaan anak-anak yang merindukanmu.. jika bukan karena keinginan mereka, aku tak Sudi menginjakkan kaki di rumah ini." Sepertinya Istri mas Fatir mencoba membela dirinya. Aku hanya menatap dengan senyum licikku. Memang sih istri Mas Fatir itu sangat cantik..!!!tapi aku tetap menang dong...!!

"Alahh...itu alasan kuno...bilang aja merindukanku kan??" Mas Fatir semakin ngawur.

"Mas..apa karena wanita ini sehingga tiga minggu ini kamu tak pulang??" tanya Istri mas Fatir sambil menunjuk ke arahku.

"Kamu ngga perlu tau urusanku...jika kamu memohon dan berlutut padaku...maka aku akan kembali padamu."pinta Mas Fatir. Rasain de lho...batinku mengejek istri Mas Fatir

"Denger ya Mas..aku ngga sudi harus bermohon dan berlutut padamu.., !!! jika itu pilihanmu..maka ceraikan Aku mas.." ucap istri Mas Fatir. Ternya Ia keras kepala juga ya.

"Apa???kau ingin kita bercerai..??!!! baik aku kabulkan...!!! sekarang pergi kalian dari sini.." Mas Fatir pun mengusir anak dan istrinya

"Bun...ayo kita pulang...Widya ngga mau sama Ayah lagi...ayah jahat Bun." Ucap anak perempuan mas Fatir yang tadi menarik rambutku

"Tunggu apa lagi...ayo pergi..!!" ucap Mas Fatir sambil mengangkat tangannya menunjuk ke arah jalan. " Dan tunggu surat cerai dariku." ucapnya lagi.

Aku senang Mas Fatir mengusir Istri dan anaknya. Ini adalah pertanda kemenangan ku. Akhirnya Mas Fatir akan ku miliki seutuhnya.