Chereads / Nafkah Satu Juta Rupiah / Chapter 11 - Bab. 11. Menuntut Ganti Rugi.

Chapter 11 - Bab. 11. Menuntut Ganti Rugi.

Hari ini Aku memutuskan untuk menginap di rumah si temani Mba Lala yang kebetulan bertetangga dengan tempat tinggalku. Karena pabrik kripik aku pindahkan ke tempat Bapak, jadi setiap hari Mba Lala selalu ikut denganku saat akan ke Pabrik. Anak-anak sengaja aku titipkan di rumah Ayah dan Ibu. Rencananya Aku dan Mba Lala ingin menyiapkan kebutuhan usaha kripik pisang.

"Mba Viana...nanti saya ke rumah dulu untuk ganti pakaian sekalian pamit sama si Mbok" ucap Mba Lala saat kami sampai di depan rumah.

"Oke Mba...." Jawabku.

Kebetulan Aku dan Mba Lala sampai rumah ba'da Isya, karena saking banyaknya pesanan pelanggan yang harus di selesaikan. Alhamdulillah, pemasukan ku dua bulan ini bisa buat beli mobil Baru.

Setelah motor ku parkirkan di samping rumah, tiba-tiba mobil Avanza putih berhenti tepat di depan rumah. Setelah ku lirik, ternyata mobil mertua.

Aku pun lebih memilih masuk ke rumah, lalu membersihkan diri. Tak berselang lama, pintu pun di ketuk.

tok....tok ... tok...

" Iya.... sebentar....!!!" Aku pun menuju arah pintu dan membukanya. Ternyata bener, Mertuaku dan Mas Fatir datang.

"Assalamualaikum. Vi..." ucap salam Mas Fatir. Dia tak memanggilku Bunda lagi. Mungkin dia sudah tak menganggap ku lagi istrinya.

"Wa'alaikum salam... " jawabku. Aku pun mempersilahkan ketiganya masuk. Kemudian ku buatkan minuman lalu ku sajikan di hadapan Mereka. 'Aku harus sopan kan dalam menyambut tamu??!' Batinku.

"Oh ya Viana.. anak-anak mana???" tanya Mas Fatir.

"Ada di rumah Bapak...!!" jawabku.

"Ngga perlu basa-basi Fatir....!!!" ucap Bu mertua ketus. Ibu mertua dari awal memang tak pernah suka padaku. Namaun karena Mas Fatir kekeh menikah denganku makanya terpaksa Ibu mertua merestui. Tapi saat ini, entah kenapa sikap Mas Fatir seolah berbanding terbalik dengan Mas Fatir yang ku kenal dulu.

"Denger ya Viana, gara-gara kamu ngamuk di restoran, si Fatir jadi turun jabatan, dari Mandor sekarang hanya sebagai karyawan biasa. Itu semua karena ulah kamu yang sok...!" ucap Ibu mertua dengan begitu berapi-api.

"Maksudnya apa ya Bu..????" tanyaku. Aku pun menjadi heran, kenapa aku yang disalahkan???.

"Ya iya dong Vi, gara-gara kamu marahin Fatir waktu itu, ternyata videonya di tonton pula Bos mereka. Makanya Fatir dapat teguran keras...!!! pokoknya kamu harus tanggung jawab...!!!" jelas Ibu mertua yang tak terima jika anaknya turun jabatan.

" Lho Bu, kok Viana yang di salahkan??!!!! Seharusnya kan Mas Fatir yang salah... jadi suami kok mulutnya kaya Perempuan...!!!" ucapku tak mau kalah. Enak aja aku disalahin. Aku yang jadi bahan gunjingan malah aku harus tanggung jawab...!!! Ngga salah ??!!!

"Ya jelas kamu yang salah Viana, kamu kok bisa-bisanya marahin suami kamu di depan orang banyak kaya gitu. Seharusnya kamu tu menjaga nama baik suami bukan sebaliknya..!!!" Sungut Ayah mertua yang juga malah membela Mas Fatir.

"Dengerin tu Viana..." ucap Mas Fatir membenarkan ucapan Ayahnya.

"Pak, bagaimana bisa saya menjaga nama baik suami, sedangkan suami saya malah menjelekkan saya di depan orang banyak. Apa saya harus terima di permalukan seperti itu.??? seharusnya bapak nasehatin tu anak bapak!!!! udah tau anaknya selingkuh, ngga memenuhi kewajiban sebagai suami trus suka julid....masa di bela sih..!!!??" Sungut ku. Aku sangat geram dengan pola pikir kedua mertuaku. sudah tahu anak salah besar...masih saja di belain...makin ngelunjak kan.

"Tutup mulutmu Viana" ucap Mas Fatir yang wajahnya terlihat begitu memerah karena menahan amarah.

"lho Mas Fatir ko marah sama saya. Mas Fatir ngga sadar apa dengan kesalahan Mas..!!! Mas udah jadiin aku bahan perbincangan Mas dan temen-temen Mas,..apa Mas ngga fikir Mas yang akan malu sendiri. Mas bilang aku ngga cantik dan ngga mengurus diri. Bagaimana aku bisa seperti itu sementara uang yang Mas berikan tak cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga. Mas bilang ngga puas sama Aku. Bagaimana bisa aku puasib Mas, sementara Mas tidur dengan wanita lain...apa hal seperti ini yang harus dibela????!!!" Aku pun mulai tak tenang, emosiku semakin memuncak. Apa sih sebenarnya yang ada dipikiran tiga orang di hadapanku saat ini.???!!

" Jangan kurang ajar kamu sama anak saya Viana. Bapak tak terima kamu berlaku kasar sama Fatir....!!! Fatir itu masih suamimu...!!! Ayah mertua semakin ngotot agar aku tak kasar pada anaknya. Emangnya aku mau terima aja di kasarin dan di ceritain kemana-mana????

" Yah sudah....sekarang kita ke intinya saja. Dengar ya Viana. Untuk pertanggung jawaban kamu karena Fatir udah di turunin jabatannya, maka kamu punya andil untuk membiayai keluarga Ibu dan Bapak. tak ada penolakan. Kamu kan sudah sukses dengan kripik pisangmu. Jadi uang kamu adalah uang Fatir juga. Jadi sebagai orang tua Fatir kami juga berhak atas hasil usahamu. Lagian kan modal kamu dari Fatir juga kan???" Ucapan ibu mertua membuatku ingin tertawa terbahak-bahak. Sejak kapan uang istri menjadi uang suami, yang ada uang suami uang istri...!!!! Ya ampun...kalau seperti ini buang-buang waktu aja berdebat dengan mereka. Karena mereka tipe orang yang tak mau kalah.

" Maaf ya Bu..aku tak mau menuruti keinginan Ibu. Lagian uang modalku itu adalah uang tabunganku saat masih kuliah. Dan Ibu harus tau, tak ada sejarah nya uang istri menjadi uang suami. Dan tak ada sejarah nya seorang menantu membiayai keperluan mertua.!!!!" ucapku tegas pada mereka semua.

"Sekarang pergi dari rumah saya...atau saya panggil masyarakat disini untuk mengusir kalian. " Geramku. ku lihat Ibu dan Bapak mertua sudah mulai tak tenang, begitupun dengan Mas Fatir.

"Oke, jika kau mengusir kami. Tapi ingat Viana, rumah ini adalah rumahku. Hasil dari kerja kerasku. Dan aku ingin rumah ini di jual

.!!!" ucap Mas Fatir tak kalah tegas.

"Apa aku tak salah dengar Mas.....rumah ini adalah rumah anak-anak Mas...dimana pikiranmu Mas...!!!! Kamu ngga mikirin anakmu???" Ya Ampun, baru kali ini aku mendapatkan seorang lelaki yang pikirannya sangat buntu dan picik seperti. Apa dia sudah tak menganggap Widya dan Kifli sebagai anaknya???? Astagfirullah.... kuatkan hamba ya Allah....

" Aku tak perduli... pokoknya sebagai ganti rugi karena kau membuatku turun jabatan karena Vidio itu tersebar maka rumah ini harus di jual. titik...!!" ucap Mas Fatir tegas

" Dengar ya Mas....aku tidak akan mau menjual rumah ini...dan jika Mas masih berkeras maka kita akan bertemu di pengadilan. Sekarang saya minta kalian pergi dari rumah saya...!" ucapku semakin geram.

"Awas ya kamu Viana...ingat tanggung jawabmu....!!!!" sungut Ibu Mertua.

"Oh ya Bu....aku tidak punya tanggung jawab sama sekali terhadap kalian, Lagian kan ada Mas Fatir yang selalu kalian porotin...Sia kan anak kalian. Dia yang lebih berhak bertanggung jawab terhadap Ibu dan Bapak...!!" Ya ampun sungguh aku tak habis pikir dengan kedua mertuaku ini....!!! bisa- bisanya mereka minta tanggung jawab dariku. " Dan ingat ya Mas Fatir, segera ajukan perceraian kita ke pengadilan Agama, jika Mas tak mampu biar aku yang melakukannya.!!!" ucapku mengingatkan lagi Mas Fatir.

Ketiganya pun pergi dari rumah. Ya Allah kuatkan hambamu ini...??? Gumamku dalam hati.