Chereads / JASMINE! / Chapter 14 - Sebuah Insiden, Katanya!

Chapter 14 - Sebuah Insiden, Katanya!

Zivan melajukan motor dengan kecepatan sedang. Anak laki-laki dengan kaos putih yang sedikit kedodoran itu tampak berpikir. Ia hendak bertanya pada Jasmine, namun takut sang kakak marah jika ia menyebut nama seseorang. Cukup lama berpikir, ia pun langsung berdecak dan memberanikan diri untuk menanyakannya.

"Yash," panggilnya pada sang kakak.

"Pakek 'kak', kek. Gue tuh kakak lo, Begeng!" balas Jasmine dengan jutek.

"Ya elah, selisih berapa bulan doang," gerutu Zivan merasa terintimidasi oleh usia. "Gue mau nanya, nih."

"Paan?" Jasmine memajukan kepalanya, mendekatkan wajah ke pundak sang adik.

"Lo tau nggak, kemarin di kelasnya bang Rom-"

"Anjir!" sentak Jasmine memotong kalimat Zivan yang belum selesai. "Nggak usah pake 'bang', ege! Geli!" lanjutnya lirih, menusuk.

Zivan menelan saliva dengan cukup berat. Ia langsung merasa ciut dan tak berani melanjutkan kalimatnya. Namun, setelah ia pikir kembali, rasanya sang kakak harus tahu hal tersebut mengingat info-info yang ia dapat dari teman-temannya. Lebih tepatnya info yang ia dapat dari hasil menguping gadis-gadis kelasnya yang bergosip mengenai Romeo.

Jasmine berdecak dan langsung memundurkan badan. Ia dengan geram hanya diam dan berminat untuk mendengarkan apa pun yang adiknya katakan, ia malas mendengar nama Romeo. Hingga saat Zivan hampir kembali mengatakan sesuatu, Jasmine langsung menyahutnya dengan sebuah nyanyian yang absurd karena ia buta nada dan bernyanyi secara asal-asalan.

"Yash, ini tuh ur-"

"De wey Ai Kult bifoooorrr!" sahut Jasmine dengan segera, entah tengah menyanyikan lagu apa.

"Anjir, Yash! Gue seri-"

"Wi don Tolk enimorrr!"

"Yash-"

"Wi don-"

"ANYING LO, BAGONG!" teriak Zivan akhirnya, merasa pasrah dan tak mau lagi berusaha mengatakannya. Hal itu membuat Jasmine tersenyum sangat lebar dan terus bernyanyi dengan nada dan lirik yang berantakan.

Zivan hanya diam dengan perasaan ingin membunuh sang kakak. Hingga mereka tiba di salah satu perumahan yang cukup bersih dan langsung memasuki gerbangnya atas izin security yang tengah berjaga. Anak laki-laki dengan wajah imut itu sangat malas dengan kelakuan sang kakak, namun mendadak ia baru sadar dirinya sedang berada di mana.

Tiba-tiba saja Zivan menghentikan laju motor dan membuat helm Jasmine terantuk pada helm sang adik. Jasmine mendesis dan menepuk helm Zivan dengan keras, ia marah-marah dan bertanya mengapa sang adik berhenti di tengah-tengah jalan, padahal mereka bahkan belum sampai di perempatan gang rumah Cindy.

Zivan mematung sejenak dan menggeleng dengan kaku. Ia mulai kembali melajukan motor dengan perlahan dan menuju ke rumah Cindy.

"Gila, lo!" celetuk Jasmine yang masih merasa sedikit pusing.

Sesampainya di depan rumah Cindy, Jasmine langsung turun dari motor dan melepas helmnya. Ia bertanya pada Zivan apakah sang adik mau menunggu atau pergi.

"Terus gue jemput lo lagi, gitu?" Alisnya menyatu saat menjawab pertanyaan sang kakak.

"Ya, lo pikir gue bakal pulang sama siapa?" Alis Jasmine justru naik mendapati pertanyaan Zivan.

Pintu rumah terbuka dan Cindy langsung keluar menemui Jasmine. Gadis bertubuh lebih pendek dari Jasmine itu menutup kepalanya, merasa cuaca cukup terik padahal menjelang sore. Ia langsung mengajak Jasmine dan sang adik untuk masuk. Gadis itu berbisik pada Jasmine agar bertengkar di dalam rumah saja, karena ia merasa malu pada tetangganya yang selalu adem ayem dan tidak berisik sama sekali.

"Mulut lo kek toa, sih. Masuk aja, yok." Cindy menggandeng tangan Jasmine.

'Toa, katanya?' batin Jasmine terkejut dan ingin semakin mengamuk.

"Van, masuk aja. Bokap nggak di rumah, kok." Cindy juga mengajak Zivan untuk masuk ke dalam. Namun anak itu hanya mematung untuk beberapa saat, hingga akhirnya mengangguk walau kaku.

Jasmine pun langsung berjalan memasuki rumah dengan masih menenteng helm yang ia pakai tadi. Saat memasuki rumah Cindy, ia terkejut dengan Kirana yang tengah duduk di shofa dan sibuk bermain ponsel. Gadis dengan rambut panjang lurus itu menoleh ke Cindy, yang langsung dibalas dengan mengendikkan bahu tak peduli olehnya. Gadis berambut pendek itu bahkan langsung meninggalkan Jasmine untuk mengambil minuman ke dalam rumah.

Gadis berambut panjang lurus itu menghela napas panjang dan langsung duduk di samping Kirana. "Lo ngapain, Na? Bukannya lo nggak level main ke rumah kek gini?" tanyanya pada Kirana dengan sangat santai.

Kirana langsung duduk tegak dan menatap Jasmine dengan alisnya yang saling menyatu. "Anjir lo, Yash! Gue nggak pernah ngomong gitu, ya!"

Jasmine mengendikkan bahu dan menoleh ke samping untuk menaruh helm di rak mini sampingnya. Kirana bertanya Jasmine datang dengan siapa, dan gadis itu hanya menoleh ke pintu, menunjukkan wajah sang adik yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Yow! Jipan ju ju ju ju~" Kirana mengangkat tangannya, menyambut Zivan dengan cukup heboh.

"Halo, Kak," balas Zivan dengan mengangguk canggung. Ia terlihat sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah, namun tetap ia lakukan.

Jasmine berdecak dan memutar bola matanya dengan malas, lantaran mendengar bagaimana adiknya sendiri memanggil temannya dengan sebutan 'kakak', sementara tak Zivan lakukan pada Jasmine.

Kirana menggeser tubuhnya ke samping dan meminta Zivan untuk di sampingnya. Anak laki-laki dengan wajah yang tiba-tiba terlihat polos itu hanya menurut dan langsung berjalan mendekat. Saat hampir mendudukkan tubuhnya, anak laki-laki itu masih sempat mendorong tubuh Jasmine untuk ikut bergeser agar tak terasa sempit.

'Anak monyet!' cela Jasmine dalam hati.

Kirana tersenyum menyapa Zivan dan berkata lama tak jumpa padanya. Hal itu membuat Jasmine terlihat bingung. Padahal mereka berada di satu sekolah yang sama, namun bisa-bisanya Kirana mengatakan hal demikian.

"Lo aja yang nggak pernah ngunjungin gue, Kak." Zivan menjawabnya dengan sok cool, membuat Jasmine ingin muntah saat ini juga.

"Ho ho ho. Masa iya? Kelas berapa lo emangnya?" Kirana yang meladeni Zivan, membuat Jasmine ingin menelan obat tidur saat ini juga. Ia tak tahan melihat adiknya yang bertingkah sok keren di depan teman-temannya.

"10-3. Kapan-kapan ajak ke kantin bareng, kek. Biar orang-orang tahu gue bergaulnya sama orang sekeren kakak." Zivan mengangkat alisnya, membuat Kirana tertawa terbahak-bahak dan menepuk bahu anak laki-laki itu dengan cukup kuat.

"Keliatan lo, ada maunya!" cibir Jasmine, merasa malu dengan kelakuan sang adik.

"Diem, lo!" balas Zivan singkat, dan langsung kembali fokus pada Kirana.

Mereka berdua terlihat sangat akrab satu sama lain, hingga Jasmine terasa seperti sebuah obat nyamuk dan tidak dipedulikan sama sekali. Helaan napas panjang keluar dari mulut Jasmine, ia pun langsung berdiri dan menuju ke dapur untuk membantu Cindy di dalam. Rasanya ia juga sedikit kasihan dengan anak itu yang menyiapkan minum dan camilan untuk tamu sendirian. Apalagi mereka berteman sangat baik, bukan lagi seperti tamu.

Jasmine langsung mendekati Cindy yang tengah menuang sirup ke dalam teko bening dan langsung menyiapkan gelas. Gadis berambut pendek yang tengah memakai setelan training itu menoleh ke Jasmine dan bertanya mengapa gadis itu ada di sana.

"Capek gua jadi obat nyamuk," balas Jasmine seadanya.

Cindy pun terkikik geli. "Keknya adek lu demen Kirana, deh," jawabnya, berspekulasi mengenai Zivan.

"Hah?" Jasmine melongo sejenak. "Kasian Kiran nggak, sih, kalo gitu? Cakep, kaya, anak manja. Eh, dapetnya spek tukang kebon kek si Jipan!."

*****

Kamar Tukang Halu, 11 Juni 2022