Chereads / JASMINE! / Chapter 18 - Kado Ulang Tahun

Chapter 18 - Kado Ulang Tahun

Kirana mengirim pesan pada Jasmine bahwa ia tak bisa pergi ke kantin bersama lantaran dirinya yang harus mengikuti latihan awal lomba Putra-Putri Pilihan, Cindy juga mengatakan jika dirinya juga tak bisa pergi bersama karena ada janji dengan anak kelas sebelah.

Jasmine berdecak dan terlihat lesu di bangku, ia merasa lapar tapi tak mau pergi ke kantin karena ada Romeo yang tengah menunggunya. Cindy sudah pergi dari kelas dan ia tetap tinggal untuk menghindari membuang-buang waktu bersama Romeo.

Mendadak gadis dengan beauty mark di bawah bibir kanan itu duduk tegak dan tersenyum cerah karena mendapat ide. Ia langsung mengambil ponselnya dan menelpon seseorang, berharap akan mendapat bala bantuan untuk makan.

Panggilan mulai terhubung dan Jasmine langsung tersenyum sangat cerah. "Halo," sapa Jasmine pada si penerima telpon.

'Halo. Ngapain lo telpon-telpon gue?' balas si anak di seberang telpon.

Gadis itu berdecih pelan dan mulai menjawab dengan nada yang sedikit manja. "Zivan~ kakak laper."

Zivan di seberang telpon tengah menelan ludah dengan sangat kasar. Ia ingin marah, namun justru sifat Jasmine yang manja tersebut adalah kelemahannya. Sang kakak yang memang sangat jarang menunjukkan sifat manjanya, sekalinya manja akan membuat Zivan lupa jika ia adalah seorang kakak dan justru ingin menganggapnya sebagai seorang adik.

'Ya, makan, lah! Bego bat, dah!' balas Zivan, masih berusaha tetap sadar.

"Eung~ Males ke kantin, nggak ada temennya."

Zivan yang sudah ditunggu oleh guru pelatihnya pun langsung menggeleng kuat. 'Gua sibuk, bye.'

"Loh?" Jasmine menatap ponselnya dan menaruhnya kembali ke telinga secara berulang-ulang. "Halo? Begeng? Woy!"

Di tengah heningnya ruang kelas yang tak berpenghuni selain Jasmine sendiri, gadis itu langsung merengek dan berdecak kesal. Ia merasa kesal karena sang adik yang pelit dan juga karena siasatnya yang gagal dalam merayu adiknya sendiri.

Hingga pada akhirnya, Jasmine hanya diam dan mulai membuka permainan dalam ponsel. Gawai itu dimiringkannya dan ia menghela napas berat karena tak bisa pergi untuk membeli beberapa makanan. Sebenarnya masih ada satu lagi kantin di sekolah dan beberapa warung di luar gerbang, namun karena harus pergi sendirian, Jasmine merasa sangat malas dan tak berselera.

"Ntar pulang langsung makan yang banyak, deh," gumamnya sembari terus memainkan game dalam ponsel.

Gadis itu terlalu sibuk dengan ponselnya hingga tak menyadari seseorang tengah datang dengan membawa kresek makanan beserta minuman. Anak laki-laki itu juga langsung mengantongi kotak kecil yang sempat ia pegang, dia tersenyum manis dan langsung menempati kursi Cindy yang kosong di samping Jasmine.

"Dah tau gue, pasti lo nggak bakal dateng ke kantin, 'kan?"

Suara itu mengejutkan Jasmine dan membuatnya kontan menoleh sembari memundurkan tubuh hingga menempel tembok di sampingnya. Gadis itu masih memegang ponsel dan menatap dengan alis yang menekuk pada anak laki-laki yang baru datang tersebut.

Jasmine masih diam bergeming dan melihat si anak laki-laki yang kini tengah mengeluarkan makanan dan minuman dari dua kresek yang ia bawa. Ia langsung membuka sterofoam yang berisi pentol goreng dan juga membuka segel air mineral. Setelahnya, ia kembali menatap Jasmine dan tersenyum tipis sembari mendorong pelan sterofoam yang sudah ia buka.

"Nih, makan yang banyak. Pasti laper, 'kan?"

'Dih! Ngapa malah ke kelas sih, ni anak?!' batin Jasmine sedikit tertekan.

Romeo mengambilkan air mineral yang sudah ia buka segelnya dan menyerahkannya pada Jasmine. "Gue tau lo lebih suka minum air mineral, 'kan? Jadi, gue bawain ini."

Jasmine tersenyum hambar dan mulai sedikit merilekskan tubuhnya. Ia menerima air mineral tersebut dan memegangnya, ponselnya yang sudah mati ia taruh di atas meja dan kini dirinya hanya diam takt ahu harus bagaimana. Gadis itu merasa tengah terjebak dalam situasi di mana ia tengah diapit oleh tembok dan juga Romeo yang duduk di bangku Cindy, hingga taka da jalan lain untuk langsung kabur begitu saja.

Anak laki-laki dengan potongan rambut undercut itu mengambil tusuk yang ia bawa dengan makanannya, ia tusuk satu pentol goreng tadi dan memajukannya tepat di hadapan wajah Jasmine. Gadis itu diam dan membelalakkan mata melihat Romeo yang ingin menyuapinya dengan senyuman yang terlihat sangat tulus nan menjijikkan tersebut.

"Mau ngapain?" ceplosnya, mulai menggeleng dan tak ingin makan dari suapan Romeo.

"Makan, dih! Udah dibawain juga. Ntar laper, kasian perutmu." Romeo mengatakannya dengan masih berusaha menyodorkan makanan tadi ke mulut Jasmine yang terus diatupnya.

"Masih kenyang." Sedetik setelah mengatakannya, suara perut Jasmine berbunyi dan langsung memecah kesunyian sesaat.

Pfft! Romeo hampir tertawa, namun langsung bisa mnegontrol dan tersenyum sembari mengatakan jika tak apa ia menyuapi Jasmine, karena tak ada satu orang pun yang akan tahu mengingat kelas itu memang sedang kosong.

Jasmine menunduk sejenak dan berdecak. Ia langsung menarik pentol goreng yang dibawa Romeo dan memakannya dengan memutar bola mata malas. Kesal pada diri sendiri yang tak bisa diajak kompromi di saat-saat seperti ini.

Melihat Jasmine yang makan cukup lahap walau dengan wajah jutek, Romeo justru merasa sangat senang. Anak itu langsung mengeluarkan kotak kecil dari dalam saku seragamnya dan memanggil Jasmine dengan lembut. Gadis itu menoleh dan semakin terkejut dengan tingkah Romeo yang mulai menjadi-jadi.

"Apaan?" tanyanya, bingung dan tak enak hati dengan nada suaranya yang dari tadi terus meninggi.

Semakin Jasmine sering marah-marah, justru semakin senang pula hati Romeo melihatnya. Ia ingat tempo hari Cindy mengatakan padanya bahwa Jasmine adalah gadis simple yang cukup pleasure pada orang lain, dan jika sampai Jasmine sering marah-marah dan mulai kehilangan sedikit rasa tidak enak hatinya, maka orang tersebut mungkin tak lagi menjadi orang lain untuknya.

'Keknya bener, deh. Jasmine mulai nyaman sama gue,' batin Romeo, merasa sangat percaya diri dengan apa yang ia rasakan.

"Ehem!" Romeo berdeham pelan, sebelum akhirnya berkata, "Hepi Bis Dai, Princes Jasmine."

Sebelah bibir Jasmine spontan terangkat saking shock-nya ia dengan pronounce Romeo dalam berbahasa Inggris. 'Nilai Bing dia berapa, sih?' batin Jasmine terheran-heran.

"Emang sekarang tanggal berapa?" tanya Jasmine dengan sedikit bingung, karena sebenarnya ia juga tak ingat jika sedang berulang tahun.

Romeo terkekeh pelan. "20 Juni, dah mau UAS, nih."

'Ngapa mrepet-mrepet UAS, dah?'

"Oh." Jasmine hanya mengangguk dan baru menyadari hal tersebut.

Romeo mulai menunjukkan isi dari kotak kecil yang sempat ia kantongi tadi. Ditunjukkannya pada Jasmine dan tersenyum manis. Gadis itu terlihat terkejut mendapati sebuah kalung yang tampak manis dengan gantungan permata berwarna baby blue yang transparan. Ia menatap Romeo dan sedikit melongo. Dilihatnya berkali-kali kalung tersebut yang ia taksir cukup mahal karena telihat seperti barang berbranded.

'Anjir, cakep amat nih kalung? Dapet dari mana? Jangan-jangan nyolong, lagi,' batinnya sedikit heboh.

"Mau aku pakein?"

"Hah?" Pertanyaan itu membuat Jasmine kontan kembali menatap Romeo. 'Najis.'

"Baby, kubeliin nasi goreng, nih."

*****

Kamar Tukang Halu, 23 Juni 2022