Motor berhenti tepat di depan gerbang rumah yang tampak tertutup. Jasmine langsung turun dan membuka gerbang agar sang adik bisa memasukkan motornya ke dalam. Setelah keduanya masuk ke dalam rumah, Jasmine pun langsung memasuki rumah dan mendapati seseorang yang sudah menunggu di dalam. Sedangkan sang adik langsung masuk dengan terburu-buru saat melihat orang yang tengah menunggu Jasmine tersebut.
Gadis dengan rambut pendek dan pakaian kasualnya itu langsung tersenyum lebar melihat kedatangan Jasmine yang sudah ia tunggu cukup lama. Sementara gadis dengan kepang dua itu hanya menatapnya dengan bingung dan tak tahu mengapa Cindy sudah berada di rumahnya begitu saja.
"Mama, adek laper!" teriak Zivan mencari sang mama.
Jasmine menoleh ke Zivan dan menyahut, "Mama lagi di rumah tante Devi, tau."
Zivan menoleh dengan cepat dan mengerutkan kening. "Hah? Kok, nggak bilang dulu?"
"Lah? Kita tadi cari makan dulu juga karena di rumah nggak ada orang, bego!" cerca Jasmine dengan kesal. "Lagian lu tadi, kan, dah makan banyak. Masih laper?" lanjutnya, bertanya dengan penuh keheranan.
Cindy yang menyaksikan pertengkaran kecil tersebut hanya diam, mengangkat alis dan membuka ponsel seolah tak melihat atau mendengar apa pun yang ada di hadapannya.
Zivan hanya berdecak dan menatap Cindy sekilas. Ia ingin marah, namun merasa gengsi karena ada Cindy di rumah. Hingga akhirnya anak laki-laki berwajah imut itu hanya diam dan beranjak pergi menuju kamarnya di lantai atas.
Jasmine menghela napas pelan dan menggeleng. Ia langsung duduk di samping Cindy dan menatapnya penuh rasa heran. "Maling, lo?"
Cindy berdecak dan mengerutkan kening. "Gue tadi ngechat nyokap lo, katanya kunci rumah sama gerbang ada di bawah pot samping gerbang," jawabnya sedikit kesal.
Jasmine terkikik pelan dan langsung menaruh tasnya ke atas meja. Dengan pelan ia merebahkan punggungnya ke sandaran sofa dan mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. "Lo ngapain ke mari? Gabut?" tanya Jasmine tanpa menoleh ke Cindy.
"Bokap lagi dinas beberapa hari. Gue mau nginep sini aja, boleh nggak?" Cindy menelengkan kepala dan memasang wajah manjanya pada Jasmine.
Brugh!
Suara benda jatuh itu membuat dua gadis itu menoleh seketika ke arah anak tangga. Mereka berdua terdiam sejenak melihat seorang anak laki-laki yang tengah terduduk di anak tangga paling bawah. Dua gadis itu tak tahu jika Zivan terjatuh karena mendengar Cindy berkata akan menginap selama beberapa hari ke depan.
Tanpa banyak bicara, Cindy berdiri dan langsung berlari untuk membantu Zivan kembali berdiri. Namun, anak laki-laki itu juga bergegas berdiri saat melihat Cindy yang hampir menghampirinya.
"Nggak apa-apa?" tanya Cindy, terdengar khawatir.
Dengan kaku dan bungkam Zivan menggelengkan kepala. Jasmine di kejauhan hanya berdecih dan menyahut, "Ya elah, jatuh gitu doang. Masa sakit, sik?"
"Mati kek lu, sono!" balas Zivan spontan, membuat Cindy hampir membuncahkan tawanya.
***
Jasmine memasuki kamar dengan handuk di atas kepalanya. Ia mulai menguap dan ingin lekas istirahat di kamar. Selagi ia berjalan menuju tempat tidur, dilihatnya Cindy yang tengah membuka lemari dan terlihat mencari sesuatu.
"Emang beneran maling, ya, lo?" Jasmine mengatakannya dengan alis yang saling bertautan.
Cindy berdecak dan tak peduli. "Baju lo nggak ada yang crop top, nih?" tanyanya dengan tak tahu malu.
Jasmine berdecih dan mengatakan baju-bajunya yang berukuran sedikit kecil ada di bagian bawah sebelah kiri. Dengan cepat Cindy pun beralih ke sana dan mengacak-acak isi lemari, hanya untuk mencari baju yang cocok dengan seleranya.
"Jangan diacak-acak gitu, doongg!!" teriak Jasmine, kesal pada sahabatnya sendiri.
"Kalo ngga gini nggak bakal ketemu yang pas."
"Itu semua kecil bajunya! Banyak yang crop juga, jadi jangan diberantakin!" Gadis dengan rambut panjangnya yang basah itu mulai geram. "Lagian dah tau nginep kenapa kagak bawa baju, coba?" lanjutnya, mencibir lirih.
"Gue salah bawa tas, Ege! Bukannya ngga bawa baju." Cindy terlihat memegang satu baju dengan serius. "Seragam lo ada dua, 'kan?" Gadis bertubuh mungil itu menoleh ke Jasmine dan bertanya dengan polosnya.
Gadis dengan handuk itu hanya mendengus dan memutar bola mata karena mulai malas. Ia tak ingin peduli dengan Cindy untuk saat ini. Hingga akhirnya si kawan baiknya hanya tersenyum tak berdosa dan kembali mencari pakaian yang pas.
Jasmine terlihat mengambil ponsel dan membuka grup obrolan bersama dua teman baiknya. Ia memotret Cindy tanpa berkata apa pun dan langsung mengirimkannya ke grup obrolan tersebut.
Baru beberapa detik pesan Jasmine terkirim, dengan cepat langsung mendapat jawaban dari Kirana.
Kirannn: Ngapain tu cebol ke sana?
Jasmine menahan tawa dan mulai mengetik balasan.
Jasmine: Ngambek sama sugar daddy.
Kirannn: Nginep dia?
Jasmine: Ho'oh
Kirannn: BISA-BISANYA NGGA AJAK GUE?!!
Kirannn: HARUSNYA LO AJAK GUE JUGA DONG, YASH! TEMEN MACAM APA, LO?!!
Jasmine tersenyum sangat lebar dan mengatakan pada Kirana agar ia langsung datang saja jika ingin. Gadis itu tak terlalu berpikir jika Kirana akan benar-benar datang, karena sejauh ini kawannya tersebut memang jarang datang bermain ke rumahnya. Apalagi kali ini sudah mulai malam, Kirana mungkin tak akan datang ke sana.
Kling!
Sebuah balasan dari Kirana berhasil membuat pupil mata Jasmine mengecil. Ia mengangkat alis dan langsung menoleh ke arah Cindy yang masih sibuk dengan baju. Dengan cepat Jasmine memanggil Cindy, nada suara gadis dengan rambut basah itu bahkan sedikit menyentak.
Kirannn: Ok!
"Kiran mau dateng, weh!" ujar Jasmine sedikit khawatir.
Bukan apa-apa, hanya saja Jasmine tahu kalau Cindy tak akan mau Kirana ikut bergabung dengan mereka. Tiga gadis itu memang bersahabat, namun Cindy dan Kirana justru bertingkah seolah mereka bermusuhan dan saling membenci satu sama lain. Jika mereka berada di ruangan yang sama dengan Jasmine di malam hari, Jasmine tak yakin dirinya akan cukup tidur malam ini karena ada mereka.
"Ngapain?!" sentak Cindy seketika.
"Ikut nginep, katanya." Jasmine membalas dengan nada polosnya yang membuat Cindy kesal.
Cindy kontan menatap datar Jasmine dan mulai mengerti apa yang tengah terjadi. "Bego ya emang, lo, Yash," ujarnya sangat menekan kata 'bego', membuat Jasmine semakin meninggikan senyumannya yang sok polos.
"Suruh balik! Jangan bolehin!" sentak Cindy seketika.
Jasmine mengerutkan keningnya. "Udah malem, ege. Lo tau sendiri, Kirana ngga bakal buka hape di perjalanan. Paling-paling sekarang dah otw tuh anak."
"Nggak! Nggak mauuu! Nggak mau, Yash!" Cindy terlihat seperti anak kecil yang tengah merajuk pada temannya.
"Rumah, rumah gue. Apaan sih, lu? Kiran juga temen lu, keles." Jasmine terlihat tak peduli dan langsung membalas pesan di grup. Ia mengatakan agar Kirana hati-hati dalam perjalanan, tentu tak lagi mendapat balasan dari Kirana sendiri.
Cindy berdecak dan kembali mencari pakaian yang pas untuk dirinya. Sebenarnya Jasmine merasa tak enak hati, namun ia ingat mereka bertiga bersahabat baik. Gadis dengan rambutnya yang basah itu percaya jika dua sahabatnya benar-benar bersahabat baik.
*****
Kamar Tukang Halu, 08 Juli 2022