Chereads / JASMINE! / Chapter 20 - Gadis Berkepang Dua

Chapter 20 - Gadis Berkepang Dua

Romeo berjalan menuju ke tempat parkir dengan perasaan kacau. Tak menyangka jika gadis yang ia suka itu mengatakan telah memiliki seorang pacar. Romeo pun menghela napas pelan dan mulai menatap tepat ke arah di mana motornya diparkirkan. Matanya membelalak mendapati gadis berkepang dua yang ia temui di kelasnya tadi, kini telah bersama dengan anak laki-laki yang mengaku bernama Ali di sana.

Tepat di samping motor milik Romeo, motor matic si Ali itu diparkir. Jasmine terlihat mengerutkan kening dan Ali terus saja mengomel, menyerahkan helm Jasmine dengan kasar. Melihat pemandangan itu, Romeo ingin marah, namun ia sadar siapa Ali bagi Jasmine. Hingga akhirnya ia putuskan untuk berjalan seperti biasanya dan menuju ke motor secepatnya.

"Ya, lo lama, sih. Ntar ada yang lewat, gimana? Guwoblok dipiara, lo." Zivan yang bernama palsu Ali itu memarahi sang kakak dan menyodorkan helm pada Jasmine.

"Lo pikir jam pulang sekolah gue yang atur? Kagak, ego!" Gadis berkepang du aitu meraih helm dengan kasar dan mulai memasangnya, namun sayangnya ia kesusahan mengaitkan pengamannya dengan benar.

Jasmine berdecak dan mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, sampai matanya berpapasan dengan Romeo yang tengah duduk di motor dan memasang helm, tepat di sampingnya. Jasmine memutar tubuh, menyenggol Zivan dengan pelan berharap sang adik peka dengan kodenya.

"Paan, sih?" Zivan justru menyentak sang kakak saking kesalnya.

"Sayang, aku nggak bisa masang helm~" ujar Jasmine dengan wajah cemberut bak anak kecil dan suara yang melengking manja.

Zivan menoleh cepat dan cengo menatap kelakuan kakaknya yang kembali tak waras. Ia ingin meladeni sang kakak yang tampak menggemaskan saat manja, namun rasa gengsinya jauh lebih tinggi dari hal tersebut. Hingga akhirnya ia menatap Jasmine dengan menaikkan sebelah bibirnya.

"Udah kali, aktingnya." Zivan mengucapkannya dengan sangat enteng.

Walau sebenarnya Romeo mendengar hal tersebut, ia hanya berpura-pura menjadi manusia biasa yang tak sedang jatuh cinta pada seorang gadis bernama Jasmine tersebut. Anak laki-laki itu hanya ingin memasang helm dan lekas pulang menuju ke rumah.

"Psst!" Jasmine berbisik kesal. Gadis itu langsung mengedipkan sebelah mata dan memberi kode.

Zivan kembali sadar bahwa sang kakak hanya memanfaatkannya di situasi genting. Anak laki-laki dengan wajah yang imut nan manis itu melirik ke motor samping, yang mana ada Romeo di sana. Ia pun menghela napas pelan dan memasangkan pengait helm Jasmine dengan benar.

"Kamu tuh, gini doang nggak bisa. Dasar," ujar Zivan sembari menoel hidung sang kakak dengan gemas. 'Anjir! Dapet mulu gua kesempatan. Eh?'

'Si bangsat!' Jasmine tersenyum dengan batin yang tengah mengumpat.

Zivan menoleh ke samping dan berpura-pura terkejut. "Loh? Lo yang tadi ke kelas cewek gue, 'kan?" tanyanya, sok menyapa Romeo dengan ramah.

Romeo ikut menoleh dan tersenyum sembari mengangguk. Zivan tersenyum dan mengatakan jika Jasmine ingin segera diantar pulang, namun reaksi Romeo hanya tersenyum dan mengiyakannya. Tak mau berlama-lama di situasi demikian, Jasmine lekas meminta Zivan untuk pulang.

Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju ke rumah, meninggalkan Romeo yang juga hendak pulang ke rumahnya.

Di tengah perjalanan, Jasmine menepuk pundak sang adik dan bertanya apakah Romeo akan percaya dan tak lagi menganggu ia ke depannya. Zivan mengendikkan bahu dan menjawab tak tahu dan tak peduli, membuat Jasmine berdecak dan semakin kesal padanya.

"Lagian lo juga nerima kalungnya, 'kan? Berarti lo juga suka dong, sama dia?" Zivan merasa sangat heran dengan kakaknya sendiri.

Gadis dengan rambut kepang dua itu memundurkan kepala. "Gue juga baru kali ini kali ambil barang dari dia. Kebetulan gue ketemu kalung sejenis ini beberapa minggu lalu sama Cindy Kiran pas lagi jalan-jalan di mall, makanya gue ambil."

"Ga waras, lo. Gue jadi dia pasti bakal baper kalo barang yang gue kasih diterima."

"Tapi dia tetep ngasih tuh, pas tau lo jadi pacar gu-"

"Najis!" sahut Zivan dengan cepat.

"Pura-pura jadi pacar gue maksudnya," ralat Jasmine dengan memutar bola matanya dengan malas.

***

Dalam perjalannya, Romeo terus menatap datar jalanan yang ada di depan. Ia masih saja teringat bagaimana Jasmine menunjukkan bahwa dirinya dan orang bernama Ali itu berpacaran. Romeo merasa kalah jika Jasmine sendiri yang mengatakannya. Namun, sedetik kemudian ia tersenyum menyeringai dan mengembuskan napas dengan sedikit kasar.

"Tega banget lo, Mine, kayak gini ke gue?" gumamnya, merasa kasihan pada dirinya sendiri. "Gue nggak bakal nyerah kalo tau semuanya kayak gini. Gue bakal buat elo yang ngerasa kehilangan gue."

Dengan satu tarikan yang cukup kuat, motor melaju dengan cepat dan membelah jalanan yang terlihat cukup tenang. Romeo dengan malas langsung membelokkan stang motor dan terlihat menuju ke salah satu kafe terdekat. Anak laki-laki tersebut ingin menyegarkan pikirannya dan menikmati siang menjelang sore dengan secangkir minuman dingin.

Motor memasuki halaman kafe dan Romeo langsung memasukkannya ke area parkir. Dimatikannya mesin motor dan langsung melepaskan helm sembari menurunkan standart motor. Ia langsung berjalan meninggalkan motornya dan menuju ke dalam kafe dengan tatapan datarnya.

Kafe cukup ramai di jam-jam seperti ini, mengingat banyak pelajar yang mulai pulang dari sekolah. Beberapa anak dengan masih mengenakan seragam langsung menoleh ke arah Romeo yang baru memasuki pintu kafe dengan santainya, ada juga beberapa mahasiswa yang berkutat pada laptopnya dan tak memedulikan siapa pun yang ada di dalam kafe tersebut.

"Strawberies Yogurt satu," ucapnya, memesan minuman setelah sampai di depan bar pemesanan.

Setelah dimintai atas nama dan membayar, Romeo langsung mencari bangku kosong untuknya duduk dengan tenang. Melihat satu bangku yang berada di tengah, ia pun langsung berjalan ke sana dan menghela napas panjang. Ditaruhnya ransel ke atas meja dan mulai membuka ponsel.

Anak laki-laki dengan seragam itu membuka media sosial dan melihat bar status. Dilihatnya si gadis kesayangan tengah membuat stories dan dibagikan. Romeo membukanya dengan alis yang mengerut.

Romeo berdecih. "Ni anak, ya," gumamnya merasa geram.

Tampak potret Jasmine yang tengah berdiri dengan ekspresi yang menggemaskan, mata juling dan juga lidah yang menjulur. Di sampingnya terdapat anak laki-laki bernama Ali yang menunjukkan ekspresi garang dan menatap tajam pada kamera yang memotretnya. Dengan tangan Jasmine yang bersender pada bahu Ali alias Zivan, mereka tampak sangat akrab dalam foto yang diunggah di sosial media milik Jasmine tersebut.

Romeo terlalu fokus pada gambar tersebut hingga ia tak sadar barista telah memanggil pesanan atas namanya sedari tadi. Dengan segera Romeo berdiri dan mengambil pesanannya, namun di tengah jalannya ia terhenti saat seorang gadis dengan kepang dua berjalan mendahuluinya. Gadis dengan porsi tubuh tinggi dan juga kaos putih oblong yang dimasukkan ke dalam rok seragam itu membuat Romeo terpaku.

"Jasmine," ujarnya, sedikit lantang sembari menyusul si gadis.

Romeo terus memanggil gadis itu dan menarik bahunya pelan saat sampai tepat di belakang si gadis. Namun, pada akhirnya ia terkejut melihat sosok gadis berkepang dua yang menoleh dan menatap penuh rasa bingung pada Romeo yang tengah memegang bahunya.

"Siapa, ya?" tanya si gadis kebingungan.

Dengan canggung Romeo melepas tangannya dan berdiri tegak. "S-sorry, gue kira cewek gue," ujarnya takt ahu malu.

*****

Kamar Tukang Halu, 28 Juni 2022