Chereads / JASMINE! / Chapter 12 - Hanya Satu Teman

Chapter 12 - Hanya Satu Teman

Anak laki-laki yang baru saja sampai itu terlihat kelelahan. Ia langsung telentang di lantai saking lelahnya berlarian dari kelas menuju kantin. Napasnya masih memburu dan ia mulai memegang dadanya yang kembang-kempis. Tiga gadis itu mengintip ke bawah meja dan melihat anak laki-laki tersebut dengan aneh, terutama Kirana yang langsung menekuk alisnya tajam mendapati kedatangan manusia satu itu.

Jasmine menghela napas pelan dan kembali duduk dengan benar. Rasanya ia tak mau lagi membuat drama hari ini dengan anak laki-laki itu. Gadis tersebut merasa lelah denga napa yang sudah terjadi hari ini, apalagi ini masih cukup pagi.

"Lo ngapain sih, ke sini?" Kirana langsung bertanya dengan judes.

"Jasmine … hosh … Jasmine nggak apa-apa 'kan?" Anak itu balik bertanya dan masih berusaha mengatur pernapasannya.

Kirana menghela napas panjang dan beralih menatap Cindy. "Lo yang nyuruh dia datang, ya?" Namun, Cindy terlihat tidak peka dan masih menatap Romeo dengan kesal, karena anak itu terlambat datang.

Gadis tinggi dengan rambut panjang gelombang itu pun langsung berdecak dan melempar sendok ke arah temannya. "Woy, Cebol!" panggilnya sarkas.

"Paan, sih? Sakit, tau!" Cindy memegang kepalanya yang terkena hantaman sendok.

"Udahlah. Abis ini ada jam, loh. Kalian nggak laper emangnya?" Jasmine menengahi pertengkaran antara Kirana dan juga Cindy.

Benar yang gadis itu katakan. Meskipun guru-guru sedang rapat, mereka tetap akan ada jam pelajaran setelah ini. Walau jam kosong, mereka tetap diharuskan untuk kembali ke kelas sesuai jam yang ada.

Romeo langsung bangun dan memegang kuat tepian meja untuk membantunya berdiri. Tanpa rasa malu ia dengan cepat menarik minuman yang Kirana pegang dan meminumnya hingga tandas.

"Woy!" Kirana hampir kembali marah, namun tangannya ditarik oleh Cindy.

Romeo langsung duduk dan mendesak Kirana hingga gadis itu terpaksa menggeser duduknya. Anak laki-laki itu menatap lekas Jasmine yang tengah memakan makanannya. Ia menghela napas panjang saat melihat gadis yang ia suka tampak baik-baik saja. Walaupun Jasmine tak memedulikan keberadaannya, Romeo tetap tersenyum manis memandang gadis tersebut.

Cindy berdecak dan kembali mengambil ponselnya. Ia langsung membuka aplikasi chat room, yang mana ada banyak sekali pesan yang masuk dari anak-anak laki-laki yang ia kenal. Beberapa juga tengah berusaha mendekatinya, namun ia tengah berjual mahal pada anak-anak tersebut, karena memang ia masih memiliki seorang kekasih yang menjadi pesan utama dalam sematan chat room tersebut.

"Gue nggak tau dia bakal kayak gitu ke lo. Sorry, ya, Jasmine," ujar Romeo dengan rasa bersalah.

Perlahan Jasmine mendongak dan menatap Romeo dengan kebingungan. Alisnya mulai menyatu dania balik bertanya, "Siapa? Kenapa lo yang minta maaf?"

Romeo menggeleng cepat. Ia tersenyum sangat manis dan menjawab, "Bukan siapa-siapa, tapi lo harus hati-hati ya sama dia."

'Paan, sih?' batin Jasmine risih.

***

"Gue jadi penasaran, deh," gumam Jasmine dengan memegang buku dan menatap kosong apa yang ada di hadapannya.

"Soal apa?" Kirana mulai bergabung dalam obrolan Jasmine pada entah siapa.

Gadis dengan rambut panjang lurus itu menoleh dan mengerutkan kening. "Sama anak yang tadi," jawabnya.

"Julia maksud lo?" Cindy menimpali.

"Julia siapa?"

"Lah? Lu kenal dia?" Kirana dengan terkejutnya langsung menyentak Cindy dan memotong ucapan Jasmine.

Cindy menggeleng dan menurunkan ponselnya. Ia menghela napas panjang dan menggaruk rahangnya tanpa sebab, bingung mulai dari mana ia harus bercerita. Jasmine yang baru menyadari bahwa hanya ia yang bahkan tak tahu nama dari gadis yang menyebalkan di kantin tadi.

"Gue nggak kenal sama dia, tapi Romeo yang kenal." Jawaban Cindy berhasil membuat rasa penasaran Jasmine musnah seketika.

Gadis tinggi berambut panjang nan lurus itu berdecih dan langsung kembali fokus pada buku paket yang ia pegang. Kirana langsung menatap tajam Cindy dan bertanya mengapa Julia mengganggu Jasmine dan apa hubungannya dengan Romeo.

"Si Dongok itu bilang sih, Julia ini temennya pas masih kecil gitu." Cindy berujar dengan nada yang cukup serius.

"Childhood friends?" Kirana tertawa setelah mengatakannya. "Terus salah satu dari mereka fallin in love dan satunya kagak? Hahahahaa! Jadul banget cerita cinta mereka."

Cindy ikut tertawa mendengar kalimat yang Kirana katakan, sementara Jasmine tiba-tiba mematung dengan masih menatap buku yang terpampang di hadapannya. ia mendadak merasa de javu dengan satu kata yang diucapkan oleh Kirana.

Jadul, jaman dulu. Kata ini benar-benar membekas dalam ingatan Jasmine, yang mana kata tersebut adalah salah satu kata yang menyakitkan yang pernah Romeo katakana padanya. Terlebih kata itu digunakan untuk memaki Jasmine di hari pertama mereka bertemu. Gadis itu masih tak mengerti mengapa bisa seeorang membenci dan mencintai di hari yang sama seperti Romeo. Sewaktu pagi ia memaki, beranjak siang ia menyatakan cinta. Memang serandom itu kelakuan manusia.

"Aaarght! Sebel gua!" teriak Jasmine tiba-tiba, membuat beberapa anak kelasnya terkejut.

Kirana menoleh dan langsung menatap Cindy. "Kenapa, tuh?"

"Lu sih, pake bahas si Romeo," balas Cindy sedikit berbisik.

"Lah, kan elu yang duluan."

***

Beberapa anak 11 IPA-1 mulai berbisik saat seorang gadis berponi memasuki kelasnya. Mereka menatap malas gadis yang baru saja melewati pintu itu. Dia adalah anak pindahan saat pertengahan semester awal tahun ini.

Julia, seorang gadis berambut panjang dan berponi yang pindah ke SMA Harapan Negara karena adanya sebuah kasus di sekolah lamanya. Ia memilih ke sekolah tersebut karena mengetahui seorang teman baiknya sewaktu SMP ada di sana. Berharap akan mendapat banyak hal baik di sekolah yang baru, namun Julia justru tak memiliki satupun teman baru yang bisa akrab dengannya.

"Dia aneh nggak, sih? Kalo ngomong suka nyudutin orang lain," bisik salah satu anak dengan bando pink yang bertengger manis di atas kepalanya.

"Mana gitu ngejar si Romeo mulu lagi," balas temannya yang duduk di samping bangkunya sembari tertawa berbisik.

"Khkhkhkk." Gadis bando pink tadi ikut terkikik mendengar hal tersebut. "Padahal semua orang juga tau kali, kalo tuh cowok kagak bakal senyum ke orang lain. Kita yang sekelas aja kagak pernah disapa."

"Hahahaa, bener banget. Tuh anak terlalu bucin sama anak kelas sebelah, sih."

"Padahal nggak dapet feedback dari yang onoh, tapi Romeonya masih aja ngejar."

Mendengar bisikan yang semakin lama semakin ke mana-mana tersebut, Julia merasa tak tahan dan langsung melempar ponselnya ke bangku yang ia tempati hingga ponsel tersebut menabrak dinding dan pecah begitu saja. Semua anak kelas menoleh ke arahnya dan terkejut, beberapa di antara mereka mulai sedikit takut jika gadis itu tengah kesurupan.

Suasana hening cukup mencekam, hingga seorang anak laki-laki dengan potongan rambut undercut-nya masuk ke dalam kelas dan menuju ke bangkunya dengan santai. Ia sendiri cukup terkejut melihat suasana yang adem dan sangat sunyi tersebut, padahal ia tahu jika geng dari gadis berbando pink tadi benar-benar sangat berisik setiap harinya. Namun, saat mendapati Julia yang masih berdiri mematung di samping bangkunya, Romeo langsung mengerutkan kening dan berbalik badan. Anak itu memilih untuk kembali keluar kelas dan tak mau berurusan dengan apa pun yang tengah Julia lakukan.

*****

Kamar Tukang Halu, 07 Juni 2022