Cesa duduk di sisi ranjang anaknya. Ia melihat sang putri tertidur lelap sekali. Cesa menatap datar pada wajah Shena yang tampaknya sudah terlelap.
Saat hendak mengelus Shena, Cesa selalu teringat kedua mendiang anak bungsunya yang sudah meninggal. Sulit sekali bagi Cesa menyingkirkan rasa gugup untuk menunjukkan kasih sayangnya pada Shena lagi. Ia malah sering menyalahkan Shena untuk semua yang sudah terjadi. Ia tidak tahu kenapa dirinya jadi begini. Ia merasa selama ini Shena jauh hidup lebih bahagia dari pada Icha.
Tangan Cesa menggantung di atas kepala Shena. Ia tidak jadi membelai rambut putrinya. Cesa kembali menutup pintu, tetapi sebelum itu ia mematikan lampu kamarnya terlebih dahulu. Entah kenapa rasanya melihat Shena kesedihannya malah semakin bertambah.
Kelopak mata Shena perlahan terbuka. Terbuka bersamaan dengan air mata yang mengalir. Rasanya ia rapuh sekali mendapati papanya tanpa mencium kening tanda kasih sayang ibu pada seorang anak.