"Jangan sampai telat makan, " kata Winada lalu pergi begitu saja.
"Tumben ibu perhatian sama aku, Kak?"
Indira mencondongkan kepalanya.
"Ibu udah nemuin uangnya. Dia salah naruh. Mungkin merasa bersalah karena sudah nuduh kamu," bisik Indira.
***
"Pagi Mbak Lala," sapa Pak Asep. Sebelum Raka berangkat, Pak Asep sudah memerhatikan Lala dari kejauhan. Melihat gadis itu, Pak Asep seperti melihat anaknya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
Celengan rindu yang Pak Asep punya tak berarti apa-apa, sebab sekarang tidak akan ada pertemuan lagi. Jaraknya bukan terhimpit oleh ruang dan waktu. Akan tetapi, oleh alam yang berbeda.
"Pagi Pak Asep," balas Lala dengan sebuah senyum merekah. Begitupun dengan Lalq rasanya ia rindu dengan kedua orang tuanya yang tinggal di kampung. Tak ada lagi yang bisa Lala lakukan untuk menuntaskan candunya selain mengirimkan sebuah doa pada mereka, karena ia tidak bisa pulang seenaknya.