Chereads / BALAS DENDAM MANTAN ISTRI / Chapter 7 - Di Ujung  Perpisahan.  

Chapter 7 - Di Ujung  Perpisahan.  

Sebelum Sekar mengambil keputusan untuk berpisah, Sekar berkonsultasi dengan beberapa orang yang sudah berpengalaman dalam berumah tangga dan rumah tangganya baik-baik saja dan mereka mengatakan, "Sekar, kalau suamimu seperti itu lebih baik berpisah daripada kamu jadi berdosa dan kamu tidak mau dimadu, juga dalam segi ekonomi selama ini dia tidak memberi nafkah dan hanya memberi pertengkaran saja, itu sudah bisa untuk mengajukan gugatan cerai ke pengadilan, itu sudah kuat." Tetapi kalau Herman, Sekar minta petunjuk dan nasehatnya mengenai rumah tangga, aku baru sadar pantas saja Herman tidak bisa memberi saran atau nasehat karena dia sendiri belum menikah alias berumah tangga

Ketika hatinya sudah mantap untuk berpisah dengan suaminya dan sudah dipikirkan dengan matang untuk kebaikan dan masa depan anaknya. Kemudian pada hari itu Sekar tidak masuk kerja, minta izin pada atasannya untuk pergi ke pengadilan mengurus perceraian, yang sudah pernah Sekar bicarakan dengannya. Dan Sekar pergi ke pengadilan diantar Herman, karena Herman selalu setia mengantar kemana saja Sekar mau pergi pasti Herman turuti. Sesampainya di pengadilan, Sekar bertanya pada seorang petugas yang ada di tempat pendaftaran dan menanyakan syarat-syarat untuk bercerai dan sesudah diterangkan, kemudian Sekar diberi formulir untuk di isi sesudah formulir Sekar isi berikut lampiran-lampirannya lalu Sekar serahkan ke petugas pendaftaran. Sesudah itu Sekar di panggil oleh petugas panitera pengadilan dan menerangkan, bahwa mereka tidak bisa langsung bercerai karena harus melalui proses mediasi dahulu, tetapi Sekar tidak mau mediasi karena akan menguntungkan suaminya, karena Martin memang tidak mau menceraikan Sekar sampai kapanpun dia tidak mau bercerai, tapi Sekar yang sudah tidak tahan dengan perilakunya. Tetapi panitera pengadilan tetap mengatakan harus mediasi dahulu, jadi nanti bila tidak ada kesepakatan baru bisa sidang dan sidang juga tidak bisa satu kali putus dan selesai, tetapi bisa berkali-kali bila tergugat atau penggugat tidak mau bercerai, "Aduh repot," pikirnya.

Pada pembicaran dengan panitera pengadilan, Sekar menerangkan duduk persoalan sebenarnya kemudian panitera memberikan surat panggilan mediasi ke pengadilan untuk suaminya yang waktunya telah ditentukan dan surat penggilan untuk suami, Sekar yang akan memberikan sendiri langsung kepadanya. Sesudah keluar dari ruangan panitera, Herman lalu menghampiri dan menanyakan bagaimana hasilnya dan Sekar jawab, "Sudah selesai , dan harus mediasi dahulu dan bila tidak berhasil mediasi maka langsung di jadwalkan untuk sidang." Lalu Sekar minta diantarkan pulang. Dan ketika dalam perjalanan pulang Herman mulai membuka pembicaraan, "Sekarang, kita kemana ? aku, lagi tidak ada pekerjaan, sebab proyekku sudah jalan semua." Sekar jawab, "Aku, lelah Her, fisik dan pikiran sekarang kalau mau santai terserah kamu saja karena aku lagi tidak mau berpikir." "Ya, sudah terserah aku," katanya.

Setelah bertemu suaminya, lalu Sekar memberikan surat panggilan dari pengadilan, dan lalu Martin berkata, "Ini, apa Ma." Lalu Sekar jawab, "Surat panggilan pengadilan." "Memang, ada apa di pengadilan," ujarnya. "Buka, dahulu baru kamu tahu isinya," kata Sekar. Lalu Martin membuka surat panggilan dari pengadilan dan terkejut, "Apa, kamu menggugat cerai aku, kenapa Ma ?," tanyanya. "Koreksi, dirimu sendiri apa yang telah kamu perbuat selama ini padaku," jawab Sekar. Kemudian Martin tanya lagi, "Apa, ini tidak bisa kita selesaikan baik-baik Ma." Jawab Sekar, "Pa, aku tidak mau dimadu dan selama pernikahan kamu tidak pernah memberi nafkah sepeserpun, yang ada aku berikan semua kebutuhanmu dan orang tuamu juga istri mudamu, jadi hidup kamu terlalu enak ya, dan aku tidak rela dunia akhirat penghasilanku kamu nikmati." Lalu jawab Martin lagi, "Tenang, saja Ma, kamu tidak tahu dan jangan cepat emosi, itu istri mudaku nanti juga aku cerai dia bila tiba waktunya, kamu harus sabar dulu Ma." Lalu Sekar jawab, "Aku, tidak mau pokoknya aku mau kita berpisah." Lalu malam itu mereka bertengkar hebat, apa saja yang ada di rumah pecah Sekar lempar-lempar kearah Martin, dan Martin diam saja tidak membalas.

Setelah pertengkaran hebat itu Martin meninggalkan rumah sambil mengumpat dan sumpah serapah segala macam yang keluar dari mulutnya, setelah Martin pergi asisten rumah tangga lalu membersihkan rumah yang berantakan karena habis perang tanding, dan Sekar langsung masuk kamar membawa Chandra untuk menidurkannya, karena Chandrra menangis terus menerus tidak berhenti, setelah digendong langsung diam dan tertidur. Lalu langsung ditidurkan disampingnya dan biasanya anaknya tidur di kamar sendiri. Ketika Sekar terbangun pagi hari, Sekar lihat anaknya sudah mandi dan sedang di gendong asisten rumah tangga disuapi bubur. Setelah Sekar selesai mandi lalu bersiap untuk berangkat ke kantor, ketika di tengah perjalanan Herman menelepon dan mengatakan, "Ingin bertemu membicarakan suatu hal yang sangat penting." Lalu Sekar menjawab, "Kapan, dan dimana ?, sekarang aku bawa mobil." Lanjut Herman , "Yang penting, kamu ada waktunya kapan ?, aku siap kapan saja." "Oh, begitu nanti sore bagaimana, karena aku kerja tidak ada lembur malam ini," jawab Sekar. Dan jawab Herman, "Baik, nanti sore saja, kamu aku jemput dan biasa, mobil kamu taruh di kantor titip security dan dari sekarang kamu sudah pesan ke security jadinya mobil kamu di pindahkan tidak di parkiran depan." "Baik, bos," jawab Sekar.

Setibanya di kantor Sekar bergegas menuju ruangan kerja karena biasanya atasannya sudah datang dan bila Sekar terlambat dia hanya tersenyum sambil memperhatikan, itu membuat perasaannya jadi tidak enak hati karena atasannya orang baik. Sesudah jam kerja usai, Sekar bertanya pada atasannya, "Apakah masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan." Dan atasannya menjawab, "Tidak ada, kalau kamu mau pulang silahkan." Lalu Sekar pamit pulang karena sudah ada janji dengan Herman. Dan ketika lift terbuka, Sekar terkejut karena Herman telah berdiri di depan lift dan teman-temannya Sekar tersenyum saja melihat Herman, Sebab Herman sudah familiar di kantornya dan orangnya sangat humoris, berbeda dengan Martin yang jarang bercanda orang yang selalu serius. Kemudian setelah berbasa-basi dengan teman-teman lalu Herman berkata kepada teman-teman Sekar, "Kami, jalan lebih dahulu ya." Dan teman-teman menjawab, "Ya, silahkan Pak." Setelah itu dengan cepat Herman menggandeng tangannya untuk segera menaiki mobilnya. Setelah didalam mobil Herman berkata, "Kemarin malam, kamu bertengkar hebat dengan suamimu ?, kalau bisa sudahlah jangan bertengkar, kamu sudah putuskan untuk bercerai jadi tidak usah ada pertengkaran lagi." Sekar berkata terheran-heran, "Herman, kenapa kamu tahu kalau aku bertengkar dengan Martin ?." Kemudian, Herman menjawab, "Martin, suamimu datang ke kantor dan rumahku dia menanyakan ada hubungan apa antara aku dengan kamu, dan aku katakan, kami hanya pertemanan saja dan tidak ada hubungan apapun diantara kami, dia tidak percaya karena dimana ada aku disitu ada kamu menurutnya." Lanjut Herman lagi, "Sekar, dia itu sangat curiga dengan kita." Dan di tengah perjalanan, biasa mereka mampir makan di warung tenda tempat biasa mereka makan, sesudah selesai makan lalu mereka melanjutkan perjalanan pulang kerumah masing-masing. Dan sesampai dirumah, lalu Sekar membersihkan diri sesudah itu bermain dengan Chandra yang belum tidur.