Pagi-pagi sekali Anita sudah bangun. Dia juga sudah memasak untuk bekal dirinya dan Haikal. Rencananya pagi ini dia ingin berangkat bersama Haikal. Jadinya Anita sudah berdiri di depan cermin dan mematut dirinya.
"Sudah cantik. Haikal pasti langsung terpesona saat melihatku." Ucapnya membanggakan diri
"Ahh... iya. Waktunya menghubungi Haikal." Ucapnya lagi
Lalu Anita mengambil ponselnya dan menghubungi Haikal.
Lama ponsel bordering, akhirnya panggilan tersambung.
'Hallo.'
"Haikal."
'Ini siapa?'
"Aku Anita."
'Kenapa?'
"Apa kamu ada kelas pagi ini?"
'Iya.'
"Bolehkah aku ikut denganmu?"
'Tidak.'
"Kenapa?"
'Karena aku mau berangkat dengan Nata.'
"Ah Rena sudah sembuh ya?"
'Iya.'
"Kalau begitu kita berangkat bertiga saja. Kamu menjemputku terlebih dulu, baru nanti kita pergi kerumah Rena untuk menjemputnya. Rena juga pasti tidak masalah. Bagaimana?"
'Aku tidak bisa. Jarak rumah Nata denganmu itu jauh.'
"Jauh? Apa maksudmu?"
'Aku sekarang sedang berada dirumah Nata.'
"K-kamu be-berada d-di rumah R-Rena?"
'Iya. Aku menginap dirumahnya.'
"T-tidurnya?"
'Tentu saja bersama Nata.'
"Ka-kalau be-begitu a-aku t-tutup d-dulu pa-panggilannya."
Tuutttt...tuutttt...tuutttt...
Panggilan langsung Anita putus begitu saja. Hatinya begitu sakit saat mengetahui orang yang dicintai ternyata menginap dan tidur bersama dengan wanita lain. Yah meskipun wanita lain itu adalah tunangannya sekaligus sahabat masa kecilnya, entah kenapa hati Anita sakit mendengarnya.
Anita berbalik dan menatap cermin, dia menatap dirinya dengan tatapan kasihan.
*****
Sementara ditempat lain...
"Sekarang jelaskan. Kenapa kita tidak pernah pulang ke Indonesia? Kenapa Mama sama Papa selalu menghindar setiap kali aku ajak liburan ke Indonesia? Ada apa dengan Indonesia? Indonesia itu adalah Negara kelahiranku, Mama, Papa, dan kak Nata. Kita juga di sini bicara bahasa Indonesia, bukan Jerman ataupun Pranciss seperti kebanyakan orang. Tapi kenapa kita tidak pernah ke Indonesia? Apa yang kalian sembunyikan dari Nana?! Nana sudah dewasa! Nana berhak tahu apa alasan yang sebenarnya!" Teriak Nana murka
Dia sangat marah pada kedua orangtuanya yang selalu melarangnya untuk pergi ke Indonesia. Bahkan untuk berkunjung selama beberapa hari saja dirinya dilarang. Apakah keluarganya melakukan suatu kriminal hingga dirinya dan keluarganya tidak diperbolehkan masuk ke Indonesia?
"Jangan pernah menanyakan hal itu lagi. Kau tidak perlu tahu alasannya." Ucap Ayahnya
"Papa selalu mengatakan hal itu. Kenapa aku tidak perlu tahu alasannya? Kenapa?!" Marah Nana
"Karena kamu bertanya hal yang tidak penting, Nana!" Marah sang Ibu
"Tidak penting Mama bilang? Kalau tidak penting, kenapa tidak katakan saja alasannya? Kenapa harus kalian sembunyikan? Oh... apakah kalian terlibat masalah dulu dengan Negara Indonesia hingga kita dilarang masuk?" Tanya Nana
Dia benar-benar kesal sekarang.
"Nana! Jaga ucapanmu! Mama sama Papa tidak mungkin melakukan hal seperti itu! Kita masih bisa masuk ke Indonesia. Negara Indonesia tidak melarang kita untuk masuk ke sana dan tinggal di sana." Sahut Renata sedikit berteriak
"Ya lalu kenapa?!" Tanya Nana lagi
"Sebaiknya kamu segera berangkat. Sekolahmu sebentar lagi masuk." Ucap sang Ibu
Nana pergi dengan perasaan kesal. Dia benar-benar tidak percaya bahwa keluarganya menyembunyikan sesuatu darinya. Sesuatu yang tidak pernah dia tahu itu apa.
"Kami juga mau berangkat. Sebentar lagi juga kami ada kelas." Pamit Haikal
"Iya, hati-hati ya." Sahut Ibunya Renata
*****
'Mama, bayi ini baik-baik saja kan? Dia tidak mati kan? Luka ditubuhnya banyak sekali.'
'Nata berdoa saja ya. Semoga dia baik-baik saja.'
'Bolehkah dia jadi adiknya Nata?'
'Itu...'
'Boleh ya, Ma... Nata suka dengan bayi ini.'
'Kita tunggu Papa ya.'
Seketika Renata terbesit ingatan mengenai masalalu. Ingatan yang tidak akan pernah dia lupakan selamanya. Ingatan yang menjadi alasan keluarganya pindah ke Swiss, meninggalkan Indonesia sekalian mengubur ingatan kelam yang terjadi saat itu. Alasan lain kenapa Nana dilarang ke Indonesia adalah karena pembunuh itu masih hidup.
*****
"Kita sudah sampai." Ucap Haikal
"Ah... iya." Sahut Renata
Ketika Renata ingin keluar, tangannya ditahan oleh Haikal.
"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Haikal
"Tidak ada." Sahut Renata
"Aku tahu ada yang kamu pikirkan. Karena sepanjang perjalanan tadi kamu hanya melamun." Sahut Haikal
"Aku hanya mengingat masalalu." Sahut Renata
"Jangan terlalu dipikirkan. Itu sudah berlalu." Sahut Haikal
"Iya." Sahut Renata
Nata memeluk Haikal dan Haikal membalas pelukan Renata. Disaat hatinya sedang resah, Renata selalu memeluk Haikal, karena pelukan Haikal itu sangat menenangkan.
*****
At 12.30 pm
Sekarang sudah jam setengah satu siang. Renata dan Anita sedang berada di café dekat campus untuk minum dan makan selagi menunggu Haikal.
"Aku senang kamu sudah sembuh. Jangan sakit-sakit lagi ya, aku sedih jadinya." Ucap Anita dengan raut wajah sedih
"Tenang saja. Aku tidak akan sakit lagi kok. Jadi kamu jangan khawatir." Sahut Renata
Tiba-tiba dari luar terdengar suara klakson mobil.
"Ternyata Ayahku lebih cepat menjemputku." Sesal Anita
"Tidak masalah. Aku bisa menunggu Haikal sendiri kok." Sahut Renata
"Tapi kalau kamu kenapa-kenapa gimana?" Tanya Anita
"Ini masih siang Anita. Jadi jangan khawatir." Sahut Renata
"Ya sudah. Nanti kalau ada apa-apa hubungin aku ya. Aku pulang dulu." Sahut Anita berpamitan
"Iya, hati-hati." Sahut Renata
Renata melihat seorang pria turun dari mobil dan mencium kening Anita. Renata sampai sekarang masih tidak percaya jika pria yang dilihatnya tempo hari adalah Ayah dari Anita. Ayahnya memang terlihat muda dan banyak orang yang salah paham juga tentang Ayahnya. Tidak hanya Renata, bahkan teman-teman Anita dulu juga sering bilang kalau Ayah Anita itu lebih cocok sebagai Abangnya ketimbang Ayahnya.
Renata melihat Anita masuk mobil dan Ayah dari Anita itu tersenyum padanya dan menundukkan kepala sebagai tanda pamit. Renata juga melakukan hal yang sama. Lalu setelah itu Ayahnya Anita masuk dan menjalankan mobilnya. Anita juga pernah bilang, jika Ayahnya sangat ramah. Bahkan Ayahnya tahu jika Renata adalah sahabat masa kecil dari anaknya. Makanya, baik Ayah maupun Bundanya Anita itu sangat ramah padanya.
Lama menunggu, akhirnya Haikal datang juga.
"Udah beres?" Tanya Renata
"Belum. Mereka masih debat tentang tema festival kampus. Jadi daripada debatnya semakin panas, aku bubarin aja dan bicarain lagi besok." Sahut Haikal
"Sebenarnya tema garden bagus tapi juga monoton." Sahut Renata
"Benar. Ada beberapa anak yang bosan dengan tema itu dan ingin tema yang lain. Ada yang nyaranin tema horror, ada juga yang nyaranin tema hello kitty. Jadinya terpecah belah." Sahut Haikal
"Serem banget tema hello kitty." Sahut Renata
"Serem kenapa?" Tanya Haikal bingung
"Ya kamu bayangin aja seluruh kampus kita di dekor dengan tema hello kitty. Pink pink gimana gitu, kan serem? Lebih baik tema horror sih." Sahut Renata
"Aku ikut keputusan suara terbanyak aja nanti." Sahut Haikal
"Awas aja kalau sampai festival kita temanya hello kitty." Sahut Renata
"Udahlah, ayo pulang." Sahut Haikal