"Nana!" Seru Nata senang saat melihat adiknya yang sudah kembali
Renata berlari kearah Nana dan memeluknya.
"Kamu darimana aja? Kami khawatir karena kamu menghilang tiba-tiba." Sahut Renata yang masih memeluk Nana
"Maafin aku, kak. Aku hanya keluar sebentar." Sahut Nana
Renata melepaskan pelukannya.
"Kamu temui Mama sana." Ucap Renata
"Memangnya Mama kenapa?" Tanya Nana khawatir
"Mama pingsan saat pulang tidak menemukanmu. Mama bertemu dengan salah satu teman sekelasmu dibutiknya dan katanya sekolah pulang cepat. Mama langsung pulang berniat untuk memasakkanmu makanan yang kamu sukai. Tapi saat tiba dirumah, Mama tidak melihat keberadaanmu. Mama bilang, harusnya saat teman sekelasmu sudah pulang, kamu juga harusnya sudah berada dirumah. Tapi nyatanya Mama tidak menemukanmu. Mama pikir kamu pasti diculik dan membuatnya khawatir. Papa juga langsung pulang saat Mama beritahu jika kamu belum pulang juga. Papa mulai mencarimu kemana-mana. Tapi Papa tidak menemukanmu." Jelas Renata
Nana merasa bersalah sekarang. Niatnya tadi dia memang ingin kabur dan melarikan diri k Indonesia tanpa sepengetahuan keluarganya, tapi sebelum dia sampai di Bandara dia bertemu seseorang yang memberikannya sebuah nasehat dan memintanya untuk pulang.
"Kau tidak perlu mencaritahu siapa dirimu sebenarnya, kau cukup mengetahui jika kamu memiliki Mama dan Papa yang selalu menyayangimu dan seorang kakak yang tidak pernah bosan mengatakan kalau dia bangga mempunyai adik sepertimu."
"Tapi itu tidak akan pernah menjawab rasa penasaranku."
"Aku tahu. Tapi kau harus memikirkan kedepannya bagaimana. Apakah setelah rasa penasaranmu terjawab akan membawa pengaruh baik dalam hidupmu? Ataukah itu malah membuat hidupmu berubah dalam seperkian detik? Jika rasa penasaranmu nantinya akan membuahkan hasil yang buruk, lalu apa gunanya kamu mencari jawaban atas rasa penasaranmu?"
"Pulanglah dan kembalilah pada keluargamu. Rena dan kedua orangtuamu pasti sedang menunggumu sekarang dengan perasaan khawatir."
Nana tiba-tiba saja teringat percakapannya dengan seseorang beberapa jam yang lalu sebelum dia memutuskan untuk pulang. Dia benar. Harusnya Nana memikirkan kedepannya hidupnya akan bagaimana ketimbang mengikuti nafsunya untuk mencaritahu kebenaran tentang dirinya. Bagaimana jika rahasia yang disembunyikan itu adalah sesuatu yang buruk? Apakah dia akan bisa menerimanya nantinya? Apakah keluarganya masih akan tetap seperti ini nantinya? Dia tidak suka sebuah perubahan, dan dia tidak mau adanya perubahan dalam keluarganya.
"Kenapa diam saja? Sana pergi temui Mama!" Pinta.Renata
"Iya, kak." Sahut Nana
Dia langsung berlari menuju kamar orangtuanya. Dia memeluk Mamanya yang menangis dan menjelaskan kemana dia pergi.
*****
"Nana sudah kembali, aku mau pamit pulang dulu." Ucap Haikal
"Iya. Terimakasih sudah ikut mencari Nana." Sahut Renata
"Tidak masalah. Nana sudah ku anggap seperti adikku sendiri." Sahut Haikal
Haikal mencium kening Renata lama. Lalu dia mengelus surai halus Renata.
"Aku pulang dulu." Ucap Haikal
"Hati-hati." Sahut Renata
Lalu Haikal pergi dari rumah Renata dan keluarganya.
Sebelum pulang, Haikal memutuskan untuk mampir untuk membeli ayam goreng sebentar di salah satu café terkenal dekat rumahnya.
"Haikal." Sapa seseorang dari belakang
(Haikal.)
Haikal berbalik dan melihat seseorang yang sudah lama tidak dia lihat.
"Vannia."Ucap Haikal
(Vannia.)
"Wie geht es dir?" Tanya seorang perempuan yang bernama Vannia
(Bagaimana kabarmu?)
"Mir geht es gut. Und du?" Tanya Haikal balik
(Aku baik. Kalau kamu bagaimana?)
"Mir geht es auch gut. Ach ja, du willst auch was kaufen? " Tanya Vannia
(Aku juga baik. Oh iya, kamu mau beli sesuatu juga? )
"Ja." Sahut Haikal
(Iya.)
"Wie wäre es dann, wenn wir zusammen bestellen?" Tawar Vannia
(Kalau begitu, bagaimana kalau kita pesan bersama?)
"Meinst du?" Tanya Haikal
(Maksudmu?)
"Wir bestellen zusammen und essen zusammen. Wie?" Tanya Vannia
(Kita pesan bersama dan makan bersama. Bagaimana?)
"Tut mir leid, aber ich möchte es nur mit nach Hause nehmen." Tolak Haikal
(Maaf, tapi aku mau dibawa pulang saja.)
"Vermisst du mich nicht? " Tanya Vannia dengan nada sedih
(Apa kau tidak merindukanku?)
Haikal terdiam. Sejujurnya dia sangat merindukan perempuan di depannya ini. Tapi dia sadar kalau dia sudah memiliki Renata.
"Haikal?" Panggil Vannia
(Haikal?)
"Brunnen. Lass uns zusammen essen." Sahut Haikal
(Baik. Ayo kita makan bersama.)
Hal itu membuat senyum Vannia mengembang. Dia pikir Haikal akan menolaknya. Dia langsung menggandeng tangan Haikal dan mereka segera masuk ke dalam café itu. Haikal pergi untuk memesankan makanan buat mereka dan Vannia memilih tempat duduk. Setelah makanan dipesan, Haikal langsung membawa makanan itu ke meja yang sudah dipilih oleh Vannia
"Du erinnerst dich noch an mein Lieblingsessen." Ucap Vannia setelah tahu Haikal memesankan makanan yang dia sukai
(Kau ternyata masih ingat makanan kesukaanku.)
"Ich vergesse es nie." Sahut Haikal
(Aku tidak pernah melupakannya.)
Mereka berdua menikmati makanan mereka.
"Ich werde jetzt wieder hier übernachten." Ucap Vannia tiba-tiba
(Aku sekarang akan tinggal di sini lagi.)
Haikal yang sedang minum langsung tersedak. Vannia langsung mengambil tisu dari dalam tasnya dan mengelap mulut Haikal yang menyemburkan air. Dia juga pindah duduk ke samping Haikal dan mengusap punggung Haikal.
"Du bist okay?" Tanya Vannia khawatir
(Kau baik-baik saja?)
"Warum plötzlich?" Tanya Haikal setelah dari acara tersedaknya
(Kenapa tiba-tiba?)
"Nicht plötzlich. Ich habe Sie vor ein paar Wochen angerufen, aber Ihre Nummer ist gesperrt." Sahut Vannia
(Tidak tiba-tiba. Aku sudah menghubungimu beberapa minggu yang lalu, tapi nomermu tidak aktif.)
"Oh. Ich habe die Nummer geändert." Sahut Haikal
(Oh. Aku ganti nomer.)
"Wirklich? Bitte geben Sie in diesem Fall Ihre aktuelle Handynummer an." Pinta Vannia sambil menyerahkan ponselnya
(Benarkah? Kalau begitu berikan nomer ponselmu yang sekarang.)
Haikal mengambil ponsel Vannia dan mengetikan nomernya yang baru dan menyimpannya. Lalu dia berikan kembali ponsel itu pada Vannia.
"Danke!" Sahut Vannia
(Terimakasih.)
"Hm." Sahut Haikal
(Hm.)
Chup...
Vannia secara tiba-tiba mencium bibir Haikal membuat tubuh Haikal membeku.
"Ich liebe dich." Ucap Vannia malu-malu
(Aku mencintaimu.)
"Es ist spät. Lass uns nach Hause gehen." Ucap Haikal setelah tersadar dari lamunannya
(Ini sudah malam. Ayo kita pulangnya..)
"Du hast nicht gesagt, dass du mich auch liebst." Ucap Vannia merajuk
(Kau belum mengatakan kalau kamu juga mencintaiku.)
Sekarang Haikal bingung harus mengatakan apa. Dia tidak mungkin mengatakan kalau dia mencintai Vannia sementara dia sudah memiliki tunangan. Tapi dia juga tidak mau membuat Vannia sedih dan kecewa padanya, karena nyatanya mereka tidak pernah putus.
"Komm, ich bring dich nach Hause." Sahut Haikal
(Ayo, aku antar kamu pulang.)
"Das ist nicht nötig. Ich habe mein eigenes Auto mitgebracht." Sahut Vannia
(Tidak perlu. Aku membawa mobil sendiri.)
"Dann gehe ich erstmal nach Hause." Ucap Haikal lalu berjalan meninggalkan Vannia yang tengah kebingungan
(Kalau begitu aku pulang duluan.)
Ada apa dengan kekasihnya? Kenapa dia aneh sekali? Apa karena dia tiba-tiba menghilang membuat Haikal jadi canggung lagi dengannya? Tapi bukan maunya dia tiba-tiba menghilang, itu karena Haikal yang secara mendadak tidak bisa dia hubungi lagi. Jadi dia terpaksa lost contact selama satu tahun. Apa gara-gara itu? Entahlah, Vannia tidak tahu.
Sementara itu...
"Sialan! Kenapa dia harus kembali sih?! Bagaimana caranya untuk bilang kalau aku sudah memiliki tunangan?!" Kesal Haikal
Dia benar-benar tidak tahu kalau Vannia akan kembali. Dia pikir Vannia akan menetap selamanya di Jerman, karena mereka sudah lost contact selama satu tahun dan dia pikir hubunganya dengan Vannia otomatis berakhir. Tapi nyatanya? Sekarang dia kembali dan membuatnya bingung harus memilih yang mana. Bertahan sama Renata dan mengatakan hal yang sejujurnya pada Vannia? Ataukah memutuskan Renata dan kembali pada Vannia?
*****
At 08.15 am
Pagi-pagi sekali Renata mendapatkan pesan masuk ke dalam ponselnya. Renata yang penasaran langsung mengambil ponselnya dan membuka pesan itu. Itu adalah pesan dari nomer yang tidak dikenal. Dia membuka pesan itu dan terkejut melihat Haikal makan berdua disebuah café bersama perempuan lain. Bahkan mereka juga berciuman. Renata sangat terkejut melihatnya. Apalagi setelah menonton sebuah video yang hanya beberapa detik saja. Di sana perempuan itu mengatakan kata cinta pada Haikal dan Haikal hanya diam saja. Parahnya Haikal malah menawarkan diri untuk mengantarkan perempuan itu pulang.
Hati Renata sakit. Airmatanya juga seketika turun. Renata tidak menyangka jika Haikal tega menduakannya.
*****
"Ini baru awal. Aku pastikan selanjutnya kau akan mendapatkan hal yang lebih menarik namun sangat menyakitkan lagi nantinya. Cepat atau lambat, Haikal akan menjadi milikku."