Chereads / Pembalasan yang Manis / Chapter 19 - Nana Menghilang

Chapter 19 - Nana Menghilang

Ketika Renata sampai dirumah, dia dikejutkan dengan kabar hilangnya Nana. Papanya belum kembali dari mencari adiknya, sedangkan Mamanya masih pingsan saat tahu anak bungsunya menghilang.

Penasaran bagaimana kronologi hilangnya Nana? Oke kita akan mundur ke beberapa jam yang lalu saat semua orang tidak ada dirumah dan hanya ada Nana saja sendirian.

*flashback pulang sekolah*

Sekolah Nana hari ini pulang cepat karena ada rapat. Nana memutuskan untuk langsung memasuki kamarnya dan berganti baju. Lalu dia turun untuk membuat sarapan sendiri, karena hari ini bibi Ryna tidak bekerja dikarenakan harus menjaga anaknya yang sakit.

Setelah membuat sarapan, Nana makan sendiri. Setelah makan dan menaruh piring ke westafel, Nana berjalan kembali ke kamarnya. Dia berbaring di kasur sambil membuka sosmed. Tapi karena bosan, akhirnya Nana bangun dan menaruh ponselnya diatas nakas. Dia berjalan keluar kamar.

Dia berjalan kearah gudang. Nana membuka gudang dan melihat banyak tumpukan kardus yang berisikan barang-barang lama dan ada juga yang kosong.

Nana berjalan masuk dan mengambil salah satu kardus yang memiliki isi yang cukup banyak. Di dalam kardus itu ada sebuah album foto lama keluarga mereka, mainan anak-anak, dan sebuah diary yang cukup usang.

Nana mengambil buku diary itu dan mengerutkan keningnya. Dia tidak pernah tahu jika Ibunya suka menulis buku diary.

"Aku baru tahu Mama suka nulis diary." Ucapnya pelan

Lalu dia membuka buku diary itu.

"Tapi ini bukan tulisan Mama." Ucapnya lagi

Nana cukup hafal dengan tulisan Ibunya, jadi tidak heran jika dia langsung tahu jika tulisan di dalam buku diary ini bukan tulisan Ibunya.

Nana yang sudah penasaran isi dari buku diary itu langsung membaca isinya.

Diary 1: Kehamilan pertama

Aku tidak menyangka jika Tuhan akan memberikan hadiah terbaik pada kami dimalam universary pernikahan kami yang ke-10 tahun. Hadiah itu adalah seorang anak. Seorang anak yang kami tunggu-tunggu sejak lama, sekarang kami sudah mendapatkannya. Puji syukur kepada Tuhan yang sangat baik hati memberikan kami kepercayaan untuk menjaga satu malaikat kecilnya.

Aku berjanji akan menjaga anak dalam kandunganku dengan baik. Aku tidak akan membiarkan dia menghilang dari diriku. Aku akan menjaganya dengan sepenuh hatiku. Buah hatiku, permataku, selamat datang di perut Mommy, sayang. Mommy harap kamu baik-baik saja di dalam sana.

"Mommy? Apakah dulu kak Nata memanggil Mama itu dengan sebutan Mommy? Tapi kenapa sekarang nama panggilan itu berganti?" Tanya Nana entah pada siapa

Dia benar-benar penasaran dengan panggilan Mommy di dalam buku diary ini. Apakah ini Ibu mereka ataukah orang yang berbeda? Jika dia orang berbeda, lalu siapa dia? Kenapa buku diary orang itu ada di dalam gudang rumahnya?

Nana membalik halaman dan membaca halaman selanjutnya.

Diary 2: Bulan ketiga

Mommy senang bisa menjagamu selama tiga bulan dengan sangat baik. Kata dokter, kau bertumbuh dengan sangat baik dan sehat. Mommy harap kau tetap seperti ini agar suatu saat nanti Mommy bisa melihatmu lahir ke dunia dan memelukmu. Oh iya, Daddymu juga sudah menyiapkan nama untukmu. Ini benar-benar lucu menurut Mommy, karena Daddymulah yang paling antusias saat menyambut kehadiranmu. Dia bilang kalau kau lahir sebagai laki-laki, maka dia akan memberimu nama Revano Adriansyah. Tapi jika kamu lahir sebagai perempuan, maka dia akan memberimu nama Karina Aedreaz Dea. Dua nama yang sangat bagus menurut Mommy. Tapi bukankah itu terlalu cepat untuk memberikanmu nama? Tapi tak apa, Mommy senang mendengar Daddymu seantusias itu dengan kehadiranmu.

"Karina Aedreaz Dea. Itukah nama asliku?" Tanya Nana lagi

Nana terdiam selama beberapa menit sebelum akhirnya dia memutuskan sesuatu.

*Flashback Off*

*****

Setelah satu jam lamanya, akhirnya Ibunya sadar juga.

"Nana? Mana Nana?" Tanya Ibunya

"Nana belum ditemukan, Ma." Sahut Renata

Seketika tubuh Linda kembali lemas.

"Lalu, mana Papamu?" Tanya Ibunya lagi

"Papa masih mencari Nana dan belum kembali." Sahut Renata

Linda sedikitnya bersyukur jika suaminya tidak menyerah dalam mencari anak bungsunya yang menghilang. dia benar-benar khawatir dengan keadaan putri bungsunya. Dia bahkan berulang kali menyalahkan diri sendiri, karena ketakutannya pada masalalu membuat putri yang sangat dia kasihi menghilang.

"Mama jangan menangis. Nata yakin jika Nana akan baik-baik saja dan akan pulang." Ucap renata saat melihat Ibunya menangis

"Ini semua salah Mama. Andai saja Mama mengikuti kemauannya untuk pulang ke Indonesia, pasti semua ini tidak akan terjadi." Ucap Ibunya lemah sambil menitikkan airmata

"Ini semua juga salah Nata. Tadi pagi Nata terlalu keras padanya. Kalau ada yang harus disalahkan, maka salahkanlah Nata." Sahut Renata ikut menangis

Linda mengusap airmata yang turun membasahi pipi putri sulungnya pelan.

"Haikal sudah pulang?" Tanya Ibunya berusaha mengalihkan pembicraaan

"Haikal ikut Papa mencari Nana." Sahut Renata

"Papa sempat pulang?" Tanya Ibunya

"Iya. Papa pulang sebentar untuk memindahkan Mama dari sofa ke tempat tidur. Lalu setelah itu Papa kembali mencari Nana bersama Haikal dan beberapa polisi." Sahut Renata

Ah iya, Linda baru sadar jika dia tengah berbaring di tempat tidur. Bukan di sofa, pantas saja badannya tidak sakit.

Sementara ditempat lain, Haikal dan Samuel orang tua dari Nata dan Nana sedang melakukan pencarian diberbagai penjuru kota. Mereka berusaha untuk menemukan Nana yang tiba-tiba menghilang entah kemana.

*****

"Dibohongi memang menyakitkan, tapi tidak memiliki keluarga itu jauh lebih menyakitkan."

"Buat apa memiliki keluarga, tapi menyimpan sebuah rahasia. Apakah keluarga yang di dalamnya terdapat banyak rahasia pantas disebut sebagai keluarga?"

"Aku mengerti apa yang kau rasakan. Karena aku juga dulu pernah merasakan apa yang kau rasakan saat ini. Keluarga yang didalamnya menyimpan sebuah rahasia memang tidak pantas disebut sebagai keluarga. Aku mungkin dulu berpikir begitu. Tapi sejauh aku jalani, aku mencaritahu rahasia itu. Saat aku tahu rahasia itulah aku mengerti, jika tidak seharusnya aku tahu rahasia itu. Aku jadi menyesal mencaritahu rahasia apa yang disembunyikan keluargaku. Andai saja waktu bisa diputar, aku tidak akan mencaritahu alasan sebuah rahasia itu disembunyikan dariku."

"Apa rahasia itu kak?"

"Ayahku adalah anak angkat dari keluarganya. Saat aku tahu itu, aku mulai memikirkan semua yang terjadi pada kami. Mulai dijauhi keluarga besar, dikucilkan bahkan tidak dianggap. Dulu orangtuaku hanya bilang, kalau ini salah mereka atau ada kesalahpahaman yang terjadi sama mereka hingga kami dikucilkan. Aku yang tidak puas dengan jawaban itu mencaritahu rahasia yang disembunyikan kedua orangtuaku, tapi ternyata itu menyakiti hatiku. Seharusnya aku tidak pernah mencari tahu alasan kenapa keluargaku dikucilkan, dibenci, dan selalu dianggap sampah oleh keluarga besarku."

"Menyakitkan."

"Benar. Sebuah rahasia disimpan untuk melindungi kita agar tidak tersakiti, bukan untuk dicaritahu kebenarannya yang akan menyakiti diri kita sendiri."

"Tapi aku tetap akan mencari tahu siapa diriku sebenarnya dan siapa itu Karina Aedreaz Dea."

"Kau keras kepala, persis seperti Rena."

"Karena aku adiknya."

"Kau sudah tahu itu, tapi kenapa masih mencari tahu lagi kebenarannya?"