"Trus, gimana Abang di atas sana?" tanya Rangga dengan suara cemas.
Prayoga mendongak ke langit. Hanya dalam sesaat, cuaca cepat sekali berubah. Langit pun menjadi gelap karena cahaya matahari terutup awan mendung. Angin berembus menjadi lebih kencang, mengumpulkan awan hitam tebal di langit New Mexico.
Seperti teringat sesuatu, Prayoga segera berjalan ke pinggir. Melirik ke arah bawah puncak Shiprock.
"Kalian ada temukan karamantel di carrier bag yang satu lagi di situ?"
Prayoga balik bertanya melalui alat sambungan komunikasi yang terpasang di helm, menimpali pertanyaan Rangga tadi. Terdengar suara gemeresek di ujung alat sambungan suara. Sepertinya kedua orang tim ofisial di bawah tebing Shiprock, Rangga dan Bisma, sedang bergegas membongkar carrier bag.
"Ada, Bang!"
Terdengar suara Rangga berseru dengan cepat.Prayoga tersenyum sekilas. Kembali ia mendongak melihat situasi cuaca yang berubah sangat cepat itu. Pusaran angin yang meliuk-liuk itu bergerak melibas semua yang terbentang di dataran yang dilalui. Pohon, batu dan hewan padang kering tertarik dan terlontar ke angkasa.
"Cepat cari piton di carrier bag itu dan hammer yang satu lagi! Buat pengaman kalian di sela atau lekukan dinding karang tebing! Pakukan pitonnya di situ! Lilit karamantelnya di piton itu! Ngerti? Lakukan sekarang, cepat!"
Bergegas Prayoga memberi instruksi. Kini ia pula yang terkesan cemas. Sambil bicara dengan Rangga, karamantel yang masih terjulur memanjang ke bawah tebing, ditariknya cepat ke atas. Kantung piton dan deskender yang tadi diletakkan di karang puncak tebing, kembali dipasang di pinggang.
Gumpalan awan tebal pun semakin mendekat. Angin bertiup semakin kencang. Suara gemuruh semakin keras. Pusaran angin yang semakin membesar itu, terlihat meliuk-liuk menghancurkan semua yang dilewatinya. Prayoga berjalan dengan susah payah sambil memegang karamantel agar tidak terlempar. Dengan cepat, beberapa piton dipakukan ke karang di puncak tebing itu. Lalu, deskender dikaitkan agar dapat menyelipkan karamantel. Namun, Prayoga tidak dapat berdiri lagi. Kini, ia hanya bisa merapatkan tubuh ke karang sambil-memerhatikan ke mana badai tornado itu akan lewat.
Mengetahui badai datang ke arah sebelah kanan Shiprock, Prayoga memalingkan wajah ke sebelah kiri. Karamantel pun ditarik sambil perlahan beringsut merangkak ke sebelah kiri tebing. Namun sial, tarikan dari pusaran angin itu sangat kuat. Tubuh Prayoga pun melayang terbawa.
"Aaargh!"
Oleh karena panik, Prayoga berteriak sekencang-kencangnya. Beberapa meter di atas puncak tebing Shiprock, ia terbang terhisap mendekat ke pusaran angin di sebelah kanan tebing.
Sret ... sret ...!
Karamantel bergesekan di deskender saat tubuhnya tertarik naik. Pusaran angin yang kencang itu begitu kuat menghisap. Namun tubuh Prayoga yang melayang, tersentak karena tertahan piton yang tadi dipakukan ke karang tebing.Namun ....
Krak ... !
Satu piton tertarik lepas. Prayoga tersentak.
"Aaargh!"
Prayoga berteriak lagi dengan sekencang-kencangnya. Sontak tubuhnya tertarik semakin dekat ke pusaran angin. Rasa ketakutan kini begitu menguasai diri sang pendaki tebing. Kembali ia menjadi panik.
Tubuh Prayoga kembali melayang di atas puncak tebing Shiprock karena tersedot. Pusaran angin itu seakan ingin melumat tubuh Prayoga. Terombang-ambing seperti itu, membuat karamantel kembali tersentak-sentak dengan kuat. Ketakutan itu terutama berasal dari apa yang dilihatnya di piton yang dipakukan ke batu tebing. Ia takut jika piton kembali tercabut karena sentakan-sentakan akibat tubuh yang tersedot putaran angin topan.
Krak ... !
Tidak ayal, satu piton lagi tertarik lepas. Apa yang ditakutkan Prayoga terbukti kini. Ia melayang terhisap mendekati pusaran angin.
"Aaargh!"
Dengan sangat ketakutan, Prayoga berteriak karena kembali melayang mengikuti tarikan pusaran angin. Kini tubuhnya pun melayang cepat semakin mendekati pusaran angin yang meliuk-liuk. Namun, kembali tertahan karena karamantel terkait dengan piton yang telah dipakukan ke karang di puncak tebing Shiprock.
Sementara itu, gumpalan awan hitam yang mengeluarkan pusaran angin perlahan bergerak menjauh. Tubuh Prayoga yang masih melayang di atas puncak Shiprock, juga ikut perlahan turun. Saat gumpalan awan hitam yang mengeluarkan pusaran angin itu bergerak semakin menjauh, tubuh Prayoga pun terbanting jatuh ke karang puncak tebing.
Braaak!
Kepala Prayoga yang terlindung helm, membentur karang permukaan puncak tebing Shiprock yang keras. Mata terpejam dan tubuhnya diam terkapar.
---
Di sebuah ruangan yang dijaga oleh beberapa orang bersenjata api laras panjang otomatis, terlihat seorang laki-laki yang tubuhnya penuh tatto, duduk meringkuk di lantai dengan tangan terborgol. Kepala laki-laki itu ditutupi kantung kertas berwarna hitam sehingga ia tidak bisa melihat sekeliling ruangan. Ia duduk tanpa bergerak. Para penjaga yang berpakaian hitam-hitam dengan masker tengkorak berwarna hitam juga, berdiri menjaga dengan mengarahkan moncong senjata apinya ke si laki-laki yang terborgol.
Tiba-tiba pintu terbuka dan beberapa orang yang membawa senjata api laras panjang otomatis masuk ke dalam. Semua penjaga di ruangan, seakan terkejut, bergegas memalingkan muka ke pintu dan mengarahkan senjata ke situ. Salah seorang yang masuk dengan berjas hitam, langsung berjalan mendekati si laki-laki yang terborgol.
"Hei you Domingo el Blanco, the most wanted drugs leader of De la Cochoya cartel, stand up! Quick!"
Kaki orang yang bicara itu, menendang pinggang lalu menyentakkan punggung si laki-laki yang terborgol ke depan. Sontak tubuh yang semula duduk meringkuk di lantai, karena terkejut menjadi tertelungkup jatuh. Dengan susah payah ia menegakkan tubuh untuk duduk kembali. Namun kedua tangan yang terborgol ke belakang itu, sangat menyusahkannya mendapatkan keseimbangan saat memperbaiki posisi untuk bersiap akan berdiri.
"Where huuuf... do you wanna ... take me to go? Huuuf!" tanya si laki-laki yang terborgol.
Posisi tubuh yang sulit itu membuat si laki-laki yang terborgol menjadi susah untuk bicara. Ia terengah-engah bergegas berdiri, dengan kepala tertutup kantung kertas yang menyulitkan untuk bernapas. Tidak ada satu pun pula orang di ruangan itu yang membantu. Mereka semua hanya menatap tajam dengan senjata yang ditodongkan.
"You will get your sweetest hell. Quick! Move!"
Tampak si laki-laki yang tadi menendang pinggang itu, sangat bersikap tidak ramah. Seperti tidak sabar, ia menegakkan si laki-laki yang terborgol tetapi kemudian mendorong maju. Susah payah si laki-laki untuk mempertahankan posisi berdiri agar terus berjalan. Oleh karena bergegas, si laki-laki berjas yang berjalan di belakang, memegang pundaknya untuk menuntun arah.
Di sebuah ruang garasi yang berjejer tiga mobil MPV hitam, orang-orang bersenjata itu membuka pintu mobil yang di tengah. Si laki-laki yang terborgol, dimasukkan ke dalam. Dikawal laki-laki berjas yang duduk di sebelahnya, para pengawal bersenjata api laras panjang otomatis itu masuk pula ke mobil yang pertama dan terakhir. Sebuah pintu yang terangkat berputar secara otomatis, membuka jalan bagi mobil mobil itu meluncur ke luar dengan cepat.
---
Bersambung
Terjemahan:
"Hei you Domingo el Blanco, the most wanted drugs leader of De la Cochoya cartel, stand up! Quick!"
"Hei kamu Domingo el Blanco, pemimpin kartel narkoba De la Cochoya yang paling dicari, berdiri! Cepat!"
"Where huuuf ... do you wanna ... take me to go? Huuuf!"
"Ke mana huuuf ... kamu mau ... bawa aku pergi? Huuuf!"
"You will get your sweetest hell. Quick! Move!"
"Kamu akan dapat neraka termanismu. Cepat! Bergerak!"